Udara malam semakin dingin tapi tidak membuat Lily beranjak dari kursi kerjanya, dia masih disibukan oleh kertas-kertas yang ada dimejanya.
"Ternyata menjadi seorang Penasihat Kerajaan memiliki jabatan yang tinggi dan di kerajaan ini tidak ada penasehat kerajaan seorang wanita, sebenarnya apa yang di pikirkan Raja Damarion?"
Lily kembali membaca ulang beberapa berkas.
Didalam dunia ini menjadi Penasihat Kerajaan adalah sebuah pekerjaan yang sangat diimpikan oleh para bangsawan karena jabatan sebagai penasehat kerajaan sangat tinggi.
Dan memiliki keistimewaan seperti memiliki hak dalam pengambilan berbagai keputusan.
Penasihat Kerajaan di wajibkan untuk membantu Raja dan para Pangeran kerajaan dalam hal ekonomi, politik dan militer.
Mereka juga menjadi tempat konsultasi bagi Raja dan Pangeran, maka dari itu orang yang menjadi penasehat kerajaan harus memiliki otak yang sangat cerdas.
Tentu saja para penasihat terdahulu memiliki otak yang cerdas sehingga dapat membantu Kerajaan Grissham menjadi lebih berjaya.
"Tapi bukankah ini akan menjadi kesempatan bagus? Jika aku menjadi Penasihat Kerajaan, aku bisa mempermudah rencanaku tanpa takut adanya acaman dari para Pangeran." gumam Lily yang terlihat senang karena memiliki pemikiran seperti itu.
"Sepertinya aku harus membuat rencana baru dan...ASTAGA! Aku baru ingat jika syarat ujian itu harus berumur 17 tahun, sedangkan aku di dunia ini masih berumur 16 tahun."
Lily terlihat langsung patah semangat karena mengingat persyaratan itu.
Sudah tiga bulan sejak Lily ada di dunia dalam novel ini, sejak itu dia benar-benar menjalankan rencananya yang berjalan sangat lancar.
Sedangkan dia akan berumur 17 tahun pada bulan keenam dan masih membutuhkan waktu tiga bulan lagi.
"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya sambil menghela nafas.
"Nona, sebaiknya Anda istirahat karena jam sudah menunjukan waktu dini hari." kata Marie yang mencoba membujuk Lily untuk istirahat.
"Baiklah aku akan istirahat." ucap Lily yang sudah merasa sangat lelah.
Keesokan harinya Jannie, Joanne dan Roseline datang ke mansion keluarga Chester karena undangan yang di berikan Lily.
"Aku tidak menyangka Raja memintamu secara langsung untuk mengikuti ujian itu." kata Roseline.
Saat ini mereka sedang menikmati teh dan beberapa makanan ringan yang di siapkan oleh Lily.
"Bagi seorang bangsawan itu adalah sebuah kehormatan, tapi apa kamu sudah memikirkan semua ini?" tanya Joanne.
Lily yang terlihat sedikit murung menganggukan kepalanya. "Aku sudah memikirkan semuanya maka dari itu aku mengundang kalian bertiga untuk membahas ini."
"Tapi ini akan menjadi hal yang sulit karena umurmu belum cukup memenuhi syarat ujian itu." sela Jannie.
"Kak Jannie benar. Aku dan Lily memiliki umur yang sama dan kak Jannie satu tahun di atas kami lalu kak Joanne dua tahun di atas kami." jelas Roseline sambil memakan kue didepannya.
"Aku setuju jika kamu menjadi Penasihat Kerajaan bukan hanya rencana kita akan semakin lancar, tetapi kamu hampir memegang kendali atas kerajaan Grissham." kata Joanne yang setuju jika Lily menjadi Penasihat Kerajaan.
"Kak Joanne, apa kamu sangat yakin kalau aku lulus ujian itu?" tanya Lily.
Joanne tersenyum. "Tentu saja aku yakin, di umur kamu yang masih sangat muda tapi kamu sudah membuat rencana sehebat ini."
"Yang di katakan kak Joanne benar." kata Jannie yang menyutujui ucapan Joanne.
"Tapi bagaimana cara Lily mengikuti ujian itu? Sedangkan dia belum memiliki umur yang cukup." ucap Roseline yang membuat ketiga orang di hadapannya berpikir.
Tiba-tiba Marie datang sambil membawa surat di tangannya. "Nona maaf mengganggu waktu anda. Nona Lily mendapatkan undangan dari istana." Marie memberikan surat undangan itu ke Lily.
Setelah membaca surat itu Lily menghela nafas. "Yang benar saja." gumamnya.
"Ada apa? Siapa yang mengirim surat itu?" tanya Roseline penasaran.
"Dari Raja Damarion, dia memintaku datang ke istana besok untuk membicarakan hal penting." jawab Lily sambil menyerahkan surat itu ke Marie.
"Lily sepertinya aku tahu kenapa Raja Damarion sangat menginginkan kamu menjadi kandidat di ujian itu." ujar Jannie tiba-tiba.
"Aku mendengar beberapa rumor di kota, bahwa anak laki-laki Duke Bavol ikut berpatisipasi dalam ujian itu dan anak laki-laki sangat pintar sehingga dia memiliki potensi lulus dalam ujian itu tapi masalahnya..."
"Masalahnya?" tanya Lily.
"Masalahnya Duke Bavol terkenal haus dengan harta, sehingga dia memanfaatkan anaknya yang pintar itu untuk menjadi Penasihat Kerajaan sehingga dia bisa menjadi lebih kaya dan nama keluarga nya akan dikenal oleh banyak bangsawan kelas atas." jelas Jannie.
"Bukan hanya itu, aku mendengar dia melakukan hal licik seperti menyingkirkan orang-orang yang akan menghalangi jalanya dengan menyewa pembunuh bayaran." lanjut Roseline yang mengetahui beberapa informasi tentang Duke Bavol.
"Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Lily yang masih bingung.
"Mungkin dengan kamu menang dalam ujian itu, maka penyelidikan tentang dirinya yang menyeludupkan obat terlarang di kerajaan ini akan terungkap." jawab Joanne.
"Walaupun dia seorang bangsawan kelas menengah, tetapi dia sangat berpengaruh di dalam pasar gelap dan mungkin saja setelah dia tidak bisa mencapai tujuannya, Pangeran kedua bisa membuka rahasia Duke Bavol yang malu karena kekalahannya dan menangkapnya." kata Jannie.
"Lalu bukankah lebih baik kamu yang menjadi Penasehat Kerajaan dibanding anak dari keluarga Bavol itu." usul Joanne.
"Bukankah kerajaan ini akan sangat beruntung memiliki Penasihat Kerajaan secerdas kamu." kata Roseline yang senang.
"Hahaha terima kasih atas pujian kalian." balas Lily.
Akhirnya Lily memutuskan untuk datang ke istana dan dia juga penasaran apa yang ingin Raja bicarakan dengannya.
"Selamat datang di Istana Ruby Lady Calesta." hormat Hugo.
"Terima kasih Hugo."
"Atas perintah Raja dan Putra Mahkota saya akan mengawal Lady hari ini." kata Hugo sambil tersenyum ramah.
"Mohon kerja samanya." kata Lily yang ikut tersenyum, menurut Lily senyum Hugo sangat menggemaskan.
Setelah itu Hugo mengantarkan Lily ke ruangan kerja Raja Damarion.
"Hugo apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Lily.
"Silakan Lady." jawab Hugo.
"Apakah seorang bangsawan boleh melihat bangsawan lain yang ada di penjara?" tanya Lily.
"Yang di perbolehkan hanya keluarganya saja, tapi jika dalam keadaan mendesak, bangsawan lain di perbolehkan melihat." jawab Hugo.
"Hm... Begitu." gumam Lily.
"Apa Lady ingin melihat seseorang?" tanya Hugo yang sedikit penasaran.
"T-tidak aku hanya bertanya saja." jawab Lily sambil tersenyum paksa.
Akhirnya mereka sampai di ruangan kerja Raja lalu Hugo mengetuk pintu ruangan itu. "Yang Mulia Lady Lilybeh Calesta sudah datang."
"Masuk." jawab Raja Damarion dari dalam.
"Salam kepada Yang Mulia Raja Damarion semoga kebahagiaan selalu bersama Anda." salam Lily.
"Silakan duduk Lady Calesta." kata Damarion.
"Jadi hal apa yang ingin yang mulia bicarakan?" tanya Lily yang langsung ke intinya.
"Seperti biasa kamu selalu tanpa basa-basi, kamu pasti tahu syarat untuk mengikuti ujian itu adalah berumur 17 tahun, berasal dari keluarga bangsawan dan memiliki wawasan yang luas." jelas Raja Damarion yang menyebutkan syarat mengikuti ujian Penasehat Kerajaan.
"Jika saya boleh bertanya kenapa hanya para bangsawan yang di perbolehkan untuk mengikuti ujian itu?" tanya Lily.
"Peraturan itu di buat sejak kerajaan ini berdiri dan alasan logisnya adalah rakyat biasa tidak memiliki hubungan yang luas untuk membangun kerja sama antar kerajaan" jawab Raja Damarion.
"Tapi bukankah setelah mereka menjadi Penasehat Kerajaan akan memiliki kemungkinan untuk menjalin hubungan dengan kerajaan lain?" tanya Lily lagi.
"Ya Lady benar, tapi mereka tidak memilki edukasi yang cukup untuk menjangkau semua itu karena pembelajaran yang di berikan kepada bangsawan dan rakyat biasa sangat jauh berbeda, saat mereka menjadi Penasihat Kerajaan mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk belajar kembali karena jadwal mereka yang padat." jawab Raja Damarion yang membuat Lily terdiam.
"Apa penjelasan saya sudah membuatmu puas Lady?" tanya Raja Damarion.
"Sudah yang mulia, terima kasih." jawab Lily yang sedikit menundukan kepalanya.
"Baiklah kita kembali ke pembicaraan utamanya, aku akan memberikan surat perizinan resmi dari kerajaan yang berisi tentang perizinan mu yang masih di bawah umur untuk mengikuti ujian itu."
Perkataan Raja Damarion membuat Lily terkejut. "Yang Mulia itu sebuah kehormatan bagi saya tapi boleh saya tahu alasan yang mulia menginginkan saya di posisi Penasehat Kerajaan?"
Raja Damarion tersenyum. "Walaupun kamu masih muda tapi kamu mampu membantu kerajaan ini secara tidak langsung, aku sangat mengakui kepintaranmu dan aku harap kamu bisa membantu anak-anakku kelak."
Lily terkejut dengan jawaban Raja Damarion yang sangat percaya kepada dirinya, tetapi Lily masih ragu apa mungkin dia bisa memenuhi keinginan sang Raja?
"Aku tahu apa yang Lady khawatirkan, tapi aku percaya kepada kemampuanmu Lady Calesta."
Lily yang merasa senang karena di kasih percayaan yang begitu besar oleh Raja membuat dia berani mengambil keputusan. "Baiklah Yang Mulia, saya akan mengikuti ujian itu."
Raja Damarion tersenyum. "Keputusan yang bagus Lady Calesta, kamu bisa mengambil kertas pendaftaran di Gedung 'emerald' besok dan untuk surat perizinanmu akan di kirim ke rumahmu nanti malam."
"Terima kasih yang mulia."
"Aku harap kamu mempersiapkan segalanya dengan baik sebelum ujian di mulai."
"Baik yang mulia."
Pertemuan dengan Raja yang berakhir dengan keputusan dia mengikuti ujian itu dan Hugo mengawal Lily untuk kembali ke rumahnya sesuai perintah Raja Damarion.
***
"Sepertinya Ayah berhasil membujuk wanita itu untuk mengikuti ujian." celetuk Jhon yang memecahkan keheningan di ruangan itu.
"Kau tertarik sekali jika ada hal mengenai wanita itu." kata Jimmy.
Jhon hanya menyunggingkan senyumnya tanpa membalas ucapan Jimmy.
"Apa yang menarik dari wanita itu? Dia hanya bisa membuatku kesal." gerutu Tedh.
"Nanti kau akan mengerti Tedh hal yang menarik dari wanita itu." balas Jhon.
Sebutlah Jhon gila tapi memang seperti itu kenyataannya, semenjak dia bertemu dengan Lily sifatnya sedikit berubah.
"Dari pada kau terus melamun lebih baik kau temui dia." saran Jimmy yang kesal melihat Jhon jadi sering melamun.
"Astaga! Jimmy kau memang terbaik!" balas Jhon dan dia langsung pergi dari ruangan itu.
"Kau memberikan dia ide yang gila." protes Tedh.
"Yang terpenting dia sudah menyelesaikan tugasnya dengan cepat." kata Jimmy yang terlihat acuh.
"Permisi Pangeran saya sudah memberikan surat kepada Grand Duke Arcana dan dia langsung memberikan jawaban bahwa dia menyetujui rencana Pangeran." kata Ben yang tiba-tiba saja datang.
"Kita harus memberitahu Jeron tentang langkah selanjutnya." kata Tedh sambil merapihkan buku yang dia baca.
"Kita juga butuh pendapat wanita itu." usul Jimmy membuat Tedh langsung menoleh ke arahnya.
"Tidak! Aku tidak ingin bertemu dengannya!" tolak Tedh.
"Ben cari Jhon dan bilang padanya untuk menunggu kita, katakan kepadanya bahwa kita ingin pergi ke rumah wanita itu." perintah Jimmy.
"Baik Pangeran." jawab Ben langsung menghilang dari hadapan mereka.
"Tedh silakan kau pilih, di asingkan oleh Jeron selama 3 bulan di wilayah terpencil atau datang ke kediaman wanita itu?" tanya Jimmy yang membuat Tedh bungkam.
"Ck! Baiklah aku ikut." decak Tedh.
"Bagus, ayo kita berangkat." ajak Jimmy.
Disisi lain ketika Jhon ingin menaiki kereta kuda tiba-tiba Ben datang dengan ditandai hembusan angin yang kencang.
"Ada apa?" tanya Jhon malas.
"Pangeran Jimmy dan Pangeran Tedh akan ikut ke kediaman Lady Calesta dan mereka meminta Pangeran Jhon untuk menunggu mereka." jawab Ben.
"Hm... Begitu baiklah akan ku tunggu." kata Jhon.
Tak lama datang Jimmy dan Tedh dengan wajah kesalnya, mereka langsung masuk ke dalam kereta kuda.
"Jalan." perintah Jhon dan kereta kuda jalan.
"Kenapa kalian ikut? Bukankah kalian harus memberikan hasil rapat ke Jeron?" tanya Jhon.
"Jika masalah lapor ke Jeron aku sudah menyuruh Daniel, lalu tujuan aku dan Tedh pergi ke kediaman wanita itu untuk membahas Grand Duke Arcana." jawab Jimmy.
Jhon hanya diam. dia sudah menebak kalau Grand Duke Arcana akan menyetujui rencana mereka.
Setelah nemempuh perjalanan selama 1 jam akhirnya mereka sampai di kediaman Chester.
"S-selamat datang Yang Mulia." salam Thomas.
"Maaf atas kedatangan kami yang tiba-tiba, kami ingin berbicara dengan Lady Lilybeth Calesta, ada hal penting yang harus kami bicarakan dengannya." kata Jimmy dengan ramah.
"Baik Pangeran akan saya beritahu Lady Lily, silakan tunggu di ruang tamu." kata Thomas dan dia menyuruh beberapa pelayan untuk mengantarkan mereka ke ruang tamu dan menyiapkan teh.
Sedangkan Lily yang mendengar ketiga Pangeran termuda datang langsung bangkit dari kursinya.
"Apa?! Kenapa mereka ke sini?" tanya Lily terkejut.
"Pangeran Jimmy hanya bilang ada yang ingin mereka bicarakan dengan Lady." jawab Thomas
Mendengar itu Lily langsung pergi ke ruang tamu untuk menemui mereka.
"Salam kepada Pangeran Kerajaan Grissham semoga kebahagiaan selalu bersama kalian." salam Lily.
Ketiga Pangeran itu menoleh mendengar suara Lily, "Selamat malam Lady Calesta maaf mengganggu waktu istirahat Anda." sapa Jimmy sopan.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lily langsung.
"Ini tentang Grand Duke Arcana, dia menyetujui untuk bekerja sama dengan kita." jawab Jimmy.
"Itu sebuah berita yang bagus Pangeran, tapi jika dia mengajak bertemu di kediamannya saya sarankan Pangeran untuk menolaknya." usul Lily.
"Alasannya?" tanya Tedh.
"Saya mengakui bahwa para Pangeran sangatlah kuat tapi jika sendirian kesana akan berbahaya bagi keselamatan kalian, lebih baik untuk sekarang kalian berkomunikasi lewat surat saja." jawab Lily.
"Jika dia menyerang, kita langsung bunuh saja." kata Jhon yang menganggap remeh ucapan Lily.
"Inilah yang aku tidak suka dari Pangeran paling muda ini." gumam Lily yang tidak terdengar oleh siapapun.
"Pangeran Jhon tolong jangan anggap remeh sesuatu walaupun Anda kuat coba pikirkan dari berbagai hal, jika kalian menyerang pasukan mereka atau melukai Grand Duke Arcana lalu Banner Cristopher mengetahui itu maka kalian secara tidak langsung menyatakan perang terhadap Kerajaan Delton, jika itu terjadi bukankah akan berdampak buruk bagi ekonomi kerajaan ini?" jelas Lily.
"Jadi maksudmu Grand Duke Arcana akan memutar balikan fakta seakan-akan kita yang menyerang mereka secara tiba-tiba sehingga dia tetap berada di lindungan Banner?" tanya Tedh.
Lily menganggukan kepalanya. "Benar Pangeran, mungkin saja dia menyetujui rencana ini karena dia merasa aman ada yang membantu rencananya, terlebih dia mengetahui bahwa Pangeran Kerajaan Grissham yang membantunya."
"Lalu kenapa kau menyarankan orang itu jika tahu ia berbahaya?" tanya Jimmy dingin.
"Karena dia akan menjadi informan yang sangat berguna dan akan sangat baik jika kita bisa bernegosiasi denganya untuk beraliansi dengan Kerajaan Grissham, lalu wilayah yang dia kuasai akan meningkatkan ekonomi kerajaan ini." jelas Lily.
"Kalau tidak salah wilayah yang di kuasai Grand Duke Arcana adalah wilayah dekat pesisir pantai, hasil laut dan mutiara mereka memiliki kualitas bagus sehingga menaikkan pembeli dari kerajaan lain." ujar Tedh.
Lily tersenyum walaupun Pangeran Tedh menyebalkan, bukankah dia sekarang terlihat seperti seorang Pangeran yang cerdas.
"Apa yang di katakan Pangeran Tedh benar, jika kita bisa membuat Grand Duke Arcana berada di pihak Kerajaan Grissham maka kita akan mendapatkan keuntungan yang besar." kata Lily.
Jhon tersenyum kecil, itulah yang membuat wanita di depannya ini sangat menarik karena dia memiliki wawasan yang luas dan cerdas.
"Terima kasih atas saran Anda Lady Calesta, saya akan sampaikan itu kepada Putra Mahkota dan..."
Jimmy mengeluarkan surat dan memberikannya kepada Lily. "ini adalah surat perizinan resmi kerajaan untuk anda mengikuti ujian nanti."
"Terima kasih Pangeran." balas Lily tersenyum.
Melihat senyum Lily membuat ketiga Pangeran di hadapannya terpukau oleh wajah cantik Lily.
"Ehm!" dehaman Thomas membuat ketiga Pangeran itu tersadar.
"Kalau begitu kami permisi karena sudah malam, terima kasih atas kerja samanya dan selamat istirahat Lady Calesta." kata Jimmy lalu mereka bertiga keluar dari ruang tamu.
Lily menghela nafas entah kenapa dia merasa sangat lelah karena dia harus mempersiapkan diri untuk ujian.
"Sepertinya aku harus segara istirahat." gumam Lily yang langsung pergi menuju kamarnya.
Sedangkan ketiga Pangeran itu masih memikirkan wajah Lily yang cantik dan juga ekspresi tenang ketika menjawab pertanyaan mereka.
'kau akan menjadi milikku.' Itulah kata-kata yang ada di dalam batin mereka.
Tanpa Lily sadari dia sudah membuat hati ketujuh Pangeran itu berubah sedikit demi sedikit dan roda takdir berputar ke arah yang baru.
To be continue...