Chereads / The Seven Wolves: The Collateral / Chapter 30 - Babydoll On a Dinner

Chapter 30 - Babydoll On a Dinner

Entah kesalahan apa yang telah dilakukan Delilah di masa lalunya sehingga ia kini ia malah berbaring di ranjang yang sama dengan pemimpin kelompok mafia Daga Nero yang terkenal di seluruh Italia. Ia dipaksa terlentang di sebelah James Harristian alias James Belgenza, si pemilik Superhart Tech.

James ikut memandang langit-langit kamar bersama Delilah yang sudah ketakutan setengah mati akan diperkosa. Tangan Delilah sudah beku kedinginan. Darah rasanya tak lagi mengalir ke kepala menjadikan Delilah tak bisa berpikir. James lalu menoleh melihat Delilah yang masih meluruskan pandangannya. Ia tersenyum dan terkekeh kecil. Cekikikan itu membuat Delilah menoleh sekilas.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya James dan Delilah lalu menoleh lagi.

"Tidak ada, Tuan," jawab Delilah takut-takut.

"Kenapa begitu sulit bagimu untuk menurut padaku? Masalah kita mungkin sudah selesai jika kamu tak keras kepala," ujar James dengan suara alto-nya yang lembut.

"A-aku hanya ingin membayar utangku,�� ujar Delilah menjawab James. James menarik napas dan mengeluarkannya dengan cepat.

"Kalau begitu menurutlah padaku."

"Ijinkan aku pergi agar bisa mencari uangmu, Tuan J." James mendengus lalu menoleh pada Delilah yang sudah memalingkan wajah melihatnya lebih dulu. Ia lalu menggeleng.

"Ayahmu sudah kabur karena aku berbaik hati memberinya kesempatan. Bukannya kamu juga ingin kabur dariku sebelumnya? Bagaimana aku bisa percaya padamu?" tanya James dengan wajah serius. Delilah sedikit menundukkan pandangan dan tak berani menjawab. Ia meluruskan lagi kepalanya.

"Wanita lain pasti sangat ingin tidur denganku tapi kamu malah ketakutan. Apa wajahku kurang tampan?" tanya James berniat melucu. Tapi Delilah malah balik memandang James dengan kening mengernyit.

"Kenapa melihatku seperti itu? Aku belum pernah tidur seranjang dengan wanita manapun," ujar James dengan wajah polosnya.

"Tapi bukannya..." James sedikit tergelak.

"Maksudmu wanita yang kemarin? Hanya untuk pemuas nafsu tidak lebih." Tangan James lalu meraba dan menggenggam sebelah tangan Delilah yang dekat dengannya.

"Tidurlah..." sambung James lagi. James kemudian memejamkan matanya ingin tidur. Tapi Delilah tak mau melakukan hal yang sama, ia bahkan berusaha melepaskan tangannya dari James.

"Jika kamu bisa membuatku tertidur aku akan mengurangi bunga dari utangmu."

"Tiga persen?" sahut Delilah langsung bernegosiasi.

"Tujuh!" potong James masih belum membuka matanya.

"Lima!"

"Deal!" sahut James lalu menoleh pada Delilah.

"Kamu sadar baru saja bernegosiasi dengan pimpinan Daga Nero, Candy," sambung James lagi.

"Aku akan tidur, Tuan J." James mengangguk pelan sambil masih terus memperhatikannya.

"Tapi 5 persen..."

"Oh Tuhan, Candy... iya 5 persen. Tapi aku harus tidur kalau tidak akan aku batalkan."

"Jangan... a-akan aku buat dirimu tertidur, Tuan J." James menghela napas dan Delilah tampak berpikir. Karena James terus menunggu dan memandanginya, Delilah jadi bingung dengan apa yang harus ia lakukan untuk membuat James tertidur. Tak tau harus berbuat apa Delilah sedikit menyamping lalu sebelah tangannya yang tak dipegang James menepuk-nepuk lembut lengannya.

Tepukan lembut itu diharapkan Delilah bisa membuat James tertidur. Sambil tersenyum dengan pikiran yang seketika relax, James mulai memejamkan matanya. Sedangkan Delilah juga malah ikutan mengantuk. Delilah tertidur di sebelah James yang telah lebih dulu memejamkan mata.

Pagi hari ini sebenarnya James memiliki janji meeting pagi-pagi sekali. Jadi Earth bersiap hendak membangunkan Tuannya. Namun kamar utama tak ada yang membuka. Salah satu pengawal memberitahukan jika James tidur di salah satu kamar bersama Delilah.

Karena tak mau membangunkan dan takut James marah, Earth menyusup masuk perlahan. Ia tertegun di dekat ranjang melihat posisi tidur James yang tak seperti biasanya. Ia hanya menggengam sebelah tangan Delilah dan tangan Delilah terlihat terletak diatas lengan James. Posisi tidur yang sangat sopan untuk sepasang wanita dan pria dalam satu kamar.

"Tuan... Tuan Harristian..." bisik Earth membangunkan James. James perlahan membuka matanya lalu menoleh pada Earth tanpa merubah posisinya.

"Kita... harus pergi sekarang," bisik Earth lagi setengah menyengir. James lalu melihat pada Delilah yang masih tertidur pulas karena waktu masih sangat pagi. James memberi kode dengan tangannya bahwa ia akan segera bangun. Earth mengangguk lalu keluar perlahan dari kamar tersebut.

James melepaskan pegangan dan memindahkan tangan Delilah dari lengannya perlahan dan hati-hati. Setelah bisa duduk, James memandang Delilah dengan senyuman tipis di pagi hari. Ia lalu membelai rambut Delilah dengan lembut sebelum kemudian bangun dari ranjang dan keluar dari kamar.

Begitu keluar kamar, James merenggangkan otot-otot punggungnya yang tegang lalu melihat Earth.

"Beri aku 15 menit." Earth kemudian mengangguk dan melihat punggung James berlalu pergi dari koridor menuju kamar utama. Earth lalu menatap pintu kamar tamu tempat James baru saja keluar.

"Apa dia sedang jatuh cinta?" Earth menghela napas dan melipat kedua lengan sambil menunggu James.

James bersiap dan berangkat pagi-pagi dalam keadaan segar setelah semalam dapat tidur tanpa mimpi buruk. Ia menyelesaikan beberapa pekerjaan dan meeting penting sampai akhirnya jam makan siang dipergunakan James untuk menghubungi Delilah.

"Halo?" sapa Delilah dari sambungan telepon mansion saat James meminta Lordes memberikannya pada Delilah.

"Apa kamu sudah makan siang?"

"Sudah, Tuan J."

"Baguslah, bersiaplah. Nanti malam kita akan makan di luar. Besok aku harus ke luar negeri, jadi malam ini aku mau makan malam denganmu," ujar James sambil berjalan keluar dari ruang meeting. Delilah masih tak menjawab. Ia malah kebingungan kenapa sekarang malah diajak makan malam.

"A-aku..."

"Gaunmu sudah kusiapkan di dalam ruang ganti. Kamu akan kujemput pukul 6. Bersiaplah," sambung James tanpa memberi kesempatan Delilah untuk bicara. James lantas memutuskan sambungan telepon dan Delilah jadi makin bingung.

Ia lalu diantar Lordes ke kamar utama dan masuk ke walk in closet di dalamnya. Sebuah dress sequin berbahan chiffon warna pastel akan menjadi gaun makan malam Delilah.

Selama berpakaian Delilah tak memikirkan apapun sampai ia akhirnya berpikir untuk kabur. Ini merupakan kesempatan baginya melarikan diri karena mereka akan makan malam diluar.

Seorang Stylish bahkan dipanggil untuk mendandani Delilah menjadi angsa cantik malam ini. Delilah tak diijinkan memakai kacamatanya lagi. Mata minusnya diatasi dengan lensa kontak warna netral agar kecantikan warna matanya tak hilang.

Tak butuh waktu lama mendandani Delilah menjadi wanita yang sangat cantik. Rambutnya dibuat sedikit bergelombang dan digerai begitu saja. Dengan gaun warna soft, Delilah terlihat seperti boneka.

Lordes bahkan sampai bertepuk tangan kecil dan bersemangat saat melihat hasil dandanan itu.

"Tuan Harristian pasti akan menyukainya!" ujar Lordes setengah memekik. Delilah hany tersenyum tipis saja. Ia melihat lagi dirinya di cermin. Seperti itu bukan dirinya, ia berubah jadi orang lain. Warna matanya yang biru jadi tampak lebih kentara karena dandanan semi natural yang diberikan.

James pulang lebih awal untuk bisa menjemput Delilah. Ia tak perlu mengganti pakaiannya karena setelan jas yang ia gunakan masih rapi dan baik. Ia mengenakan setelan jas dari Dormeuil Vanquish II berwarna hitam sama seperti kemeja Balleciaga di dalamnya. Sambil menunggu Delilah, James memilih Penthouse yang akan ia sewa selama seminggu atau lebih di Jakarta. Sementara Delilah dibawa turun oleh Lordes melalui tangga utama pada James.

Mata James perlahan terangkat dan terpaku menatap wanita paling cantik yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Delilah sedikit menundukkan pandangan sambil terus berjalan ke arah James. James memberikan iPad yang digunakannya untuk memilih Penthouse pada Earth saat Delilah mendekat. Seutas senyum tipis menghiasi ujung bibir James Harristian.

"Ayo pergi!" ajak James lalu berjalan lebih dulu dan Delilah mengikuti dari belakang setelah sedikit menoleh pada Lordes. Earth diminta James tak ikut karena ia ingin makan malam tanpa pengawalan apapun. James bahkan membawa kendaraannya sendiri. Setelah pintu dibuka dan keduanya masuk, mobil sport Ferrari, James melajukan mobilnya tanpa mengebut ke sebuah restoran mewah berbintang Michelin.

Delilah dan James tak saling bicara, tapi Delilah sedang menelusuri jalan untuk kembali. Ia menghapal semua jalan dan lorong agar rencana pelariannya kali ini takkan gagal. Tiba di restoran, James membukakan pintu dan menggenggam tangan Delilah masuk ke dalam restoran. Beberapa mata sempat menoleh pada James Belgenza si pengusaha terkenal sekaligus penguasa kota menggandeng seorang wanita cantik.

James terkenal tak suka membawa-bawa wanita bersamanya tapi kali ini ia membawa seseorang bersamanya ke tempat umum, itu adalah pemandangan yang berbeda.