Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 40 - Calon Penyihir Agung

Chapter 40 - Calon Penyihir Agung

Semua orang terkejut setelah mendengar apa yang terjadi, pantas saja aku merasa tak asing dengan nama Doktor Morty, ternyata dia memang orang yang sama yang mengirim nenek buyut Fay, sang penyihir... Morterd.

Aku sedikit berat untuk mempercayai cerita itu, dan sekarang aku paham mengapa Tony bersikukuh melindungi serigala tersebut dari siksaan ogre. Robby dan yang lainnya menerima cerita Tony begitu saja, tetapi Levi... dia masih kesal dan langsung menghajar Tony untuk yang kesekian kalinya!

"Levi!! Hentikan!"

Robby memisahkan mereka berdua, Tony tergeletak ditanah dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

"Aku memang tak bisa di maafkan oleh siapapun di dunia ini, tapi tolong lah... aku punya permintaan. Kembalilah! Balai kota! Selamatkan sisa-sisa manusia yang berada di sana! Selamatkan Pak wali kota!"

"Apa maksudmu?!"

"Serigala putih itu... istriku, memberi tahu satu hal kepadaku sebelum kematiannya. Alice dan para pengungsi lainnya... mereka dalam bahaya! Ada alasan kenapa Pak wali kota tak bisa memberitahu kalian secara langsung, dia selalu diawasi... dia hanyalah boneka mereka. Oleh karena itu dia menmyuruh kelompok ini untuk melakukan investigasi ke wilayah barat, Pak wali kota ingin kita mengetahuinya sendiri, dan ingin kalian selamat. Salah satu orang terkuat Immortal saat ini sedang menuju balai kota untuk menghabisi sisa-sisa manusia yang masih selamat, kalian harus cepat! Orang-orang dari pemerintah sudah gila! Mereka berniat menumbalkan orang-orang sebagai jaminan keselamatannya!"

"Hah?! Apa kau berusaha menipu kami lagi?"

"Kumohon... percayalah padaku kali ini."

"Robby, kau kapten... kau yang memutuskan."

"Aku percaya padanya, bagaimana dengan kau Aria? Dia temanmu bukan?"

"Aku juga percaya padanya."

Aku hanya bisa percaya, aku harus percaya.

"Kalau begitu kita harus cepat. Selagi kita membicarakan hal ini orang-orang di balai kota sedang dalam bahaya."

"Bagaimana cara kita kembali? Kita tak punya waktu untuk berjalan kaki?"

"Ya, kita tak memiliki banyak waktu. Butuh beberapa jam untuk sampai di balai kota."

"Jangan bilang kalian akan pergi? Setelah kami menyelamatkan kalian, apa kalian akan mengingkari janji kalian untuk membantu kami?"

"Bukan begitu Elyssa, kami benar-benar harus menyelamatkan mereka."

"Kalahkan Immortal dan semua akan kembali normal."

"Benar kata Elyssa, kapten. Mengalahkan mereka dan mencari jalan keluar adalah prioritas utama kita. Di sana masih ada anggota militer dan anggota kepolisian, jika mereka masih memiliki kewarasan maka mereka akan membantu rakyatnya."

"Aku tak percaya mereka."

Sial, jika terus berdebat seperti ini maka tak akan pernah beres. Haahh…. jika di pikir-pikir lagi, melawan satu kelompok immortal adalah satu hal yang menakutkan, lebih baik aku pergi ke balai kota bersama Fay.

Ya!! Itu lebih aman.

"Robby... Levi... kau dan kelompokmu pergi saja bergabung dengan Union Six, biar aku dan Fay yang pergi ke pusat Kota. Kalian kalahkan saja para immortal itu dan kami yang akan mengurus orang-orang di balai kota, dia hanya satu orang bukan? Kami akan baik-baik saja, kami akan segera menyusul dengan beberapa bantuan."

Ini adalah sesuatu yang baik untukku! Ya!

Aku tak akan ragu untuk pergi meninggalkan mereka. Ini merupakan salah satu caraku untuk menghindari kekacauan yang lebih beresiko, melawan immortal terdengar sangat berbahaya, aku tak ingin ikut bersama mereka. Orang yang menyerang balai kota hanya satu orang, aku, Fay dan orang-orang dari pemerintah pasti bisa melawannya dengan mudah, dan aku bisa beristirahat dengan tenang. Itu pun jika para anggota TNI dan Polisi ikut membantu, meskipun mereka tak membantu, aku masih memiliki Fay... dia lebih dari cukup.

"Aria... baiklah, kalau begitu kalian berhati-hati lah."

"Tony, bagaimana dengankau?"

"Aku, sebenarnya ingin pergi bersama kalian tapi…."

"Jangan bilang kau masih ingin balas dendam? Kau mungkin tak tahu, saat itu Pak Kuswara menyelamatkan kami dan dia menghadapi ogre tersebut sendirian. Aku tak tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah, kami belum bertemu dengan mereka lagi."

"Entahlah, aku tak bisa tenang, seluruh badanku selalu gemetar saat mengingat istriku dihajar habis-habisan oleh ogre sialan itu. Aku akan ikut Robby dan yang lainnya, kalian hati-hati lah."

"Lalu... bagaimana kalian pergi? Jangan bilang kalian akan berjalan kaki?

"Haah...(membuang napas) aku bisa membantu kalian, Aku akan menemani kalian pergi ke balai kota. Dari desa kanekes kalian hanya tinggal lurus, nanti penjaga akan membukakan gerbang sihir untuk kalian, mereka sudah mengenal Joni dan yang lainnya."

"Aku tak tahu apa yang akan kau lakukan, tapi sepertinya kau sangat yakin, kalau begitu kami pergi duluan. Kalian jangan sampai mati."

Elyssa tiba-tiba menjulurkan kedua tangannya dan melafalkan sesuatu dimulutnya, dia sedang melakukan ritual sihir.

"Nah-neht... ahn-non... ah-da kehmenn air-nill thohn... Trees of Eden!!!"

Entah apa yang dia ucapkan? Bagiku terdengar seperti bualan saja, dan kecepatan merafal mantranya itu sangat cepat! Seolah seperti sedang menyanyikan sebuah rap! Aku hanya bisa mendengar kata-kata terakhirny,a trees of eden... entahlah.

Batu-batuan berukuran kecil tiba-tiba menggelinding ke arahnya, seakan-akan tanah yang berada di bawahnya mengangkat tubuh Elyssa, tapi tak hanya dia! Kami semua merasakan sesuatu sedang bergerak di bawah kami!!

Tumbuhan yang besar tiba-tiba muncul dari bawah dan mengangkat kami semua!

Aku benar-benar terkejut setelah melihat apa yang terjadi! Wanita-wanita yang kutemui dan kukenal entah kenapa semuanya sangat kuat, bahkan lebih kuat dariku jika bukan karena kekuatan aegis.

"Tak kusangka kau sehebat ini."

"Sebenarnya... aku adalah salah satu calon penyihir agung kerajaan tertinggi."

Dia tersenyum sambil mengatakan hal tersebut.

"…eh?"

"Pegangan yang erat!"

Oke… tunggu! Pegangan?!! Apa yang harus aku pegang?!!

Tumbuhan besar itu merambat keatas kemudian melaju dengan kencang melewati puing-puing bangunan di bawahnya! Gila! Ini sungguh gila! Dunia di sekitar ku benar-benar telah berubah!

Aku benar-benar hidup di dunia fantasi! Aku tak percaya dia menggunakan sihirnya seperti sebuah kendaraan saja. Dengan sihir ini aku yakin kita bisa dengan cepat sampai di balai kota!

"Bolehkah aku mengusulkan? Jika kau berkenan, bawalah orang-orang dari penampungan untuk keluar dari Kota menggunakan sihir ini?"

"Itu tidak mungkin, di atas sana banyak sekali sihir yang kuat. Aku masih belum memiliki mana sebesar itu untuk mengatasinya, tapi masih ada satu cara… kau, aegis. Mungkin kekuatanmu bisa menghancurkan pelindung sihir tersebut, itu pun jika kau bisa memaksimalkan kekuatanmu sebagai seorang aegis."

"A-ahh... ya... seperti yang kau tahu."

Aku tak bisa berbuat apa-apa, pada akhirnya kami akan tetap berada di sini sampai waktu yang tak bisa di tentukan.

Duniaku benar-benar sudah berubah, apa aku masih bisa membaca dan menonton One Piece dengan keadaan dunia yang seperti ini? Entahlah. Aku sudah lelah dengan segala keanehan yang terjadi di Kota ini, entah bagaimana aku bisa hidup di dunia yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Kurang dari satu menit kami berhasil keluar dari wilayah barat Kota Bandung ini, dari atas sini aku bisa meihat sebagian Kota Bandung, keadaanya benar-benar kacau sekali. Entah seberapa dalam Kota ini masuk kedalam tanah, meskipun aku sedang berada di atas aku masih tak bisa melihat daratan di atas sana.

Aku bersyukur cahaya masih bisa masuk walaupun sedikit, tak terbayang apa yang akan terjadi jika cahaya benar-benar tak bisa masuk ke dalam Kota.

"Sepertinya... hanya sampai di sini, maafkan aku. Aku sudah mencapai batasku."

"??"

Perlahan-lahan tumbuhan ajaib ini semakin turun kebawah dan semakin mendekati daratan, ternyata ini yang dia maksud. Dia terlihat sangat kelelahan setelah mengantar kami dengan tumbuhan besar ini, meskipun begitu dia sangat hebat... aku masih tak percaya dengan semua ini.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya... aku baik-baik saja."

"Kalau begitu, kita harus bergegas. Kau masih sanggup berjalan bukan?"

"Ya, mari."

Tak jauh dari sini kami melihat benteng besar, tak salah lagi... itu balai kota. Aku bahkan bisa melihatnya dari jarak sejauh ini, cuaca sedang berteman... meski langit masih mendung seperti biasanya. Elyssa dia sangat hebat, dia benar-benar mengantar kami dengan cepat meninggalkan Bandung Barat dan sampai di pusat Kota hanya beberapa menit.