Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 38 - Kenyataan pahit 2

Chapter 38 - Kenyataan pahit 2

Apa maksud dari perkataanyta? Sisi yang salah? Dan apakah aku tak salah dengar? Pangeran? Apa maksudnya? Aku tak mengerti, aku benar-benar tak mengerti dan juga... bukan saatnya untuk itu! Getaran yang kami rasakan semakin membesar!

Air hujan semakin deras, angin menghembus semakin kencang, suara langkah kaki raksasa tersebut semakin mendekat! Apa benar getaran ini berasal dari langkah kaki seorang raksasa? Apa mungkin... dia makhluk yang waktu itu kami lihat di pertenakan kuda?! Sial! Gawat sekali jika memang raksasa itu sedang menuju kemari!

Dari jauh kami seperti melihat sebuah siluet, sebuah bayangan hitam besar berada di tengah hutan sedang menuju kemari!

Tapi... di pertengehan jalan dia mendadak berhenti, lalu menghilang! Bayangan itu menghilang seketika, lenyap begitu saja... seolah tak pernah ada apapun di sana. Setelah semua yang terjadi orang-orang kanekes segera berlari mendekati Puun yang sedang tergeletak di tanah. Dengan segera kami semua mendekati Puun.

Dia benar-benar terluka parah! Di sekujur tubuhnya di penuhi dengan darah, dan yang lebih parah ada sebuah lubang yang cukup besar di daerah jantung miliknya. Dan aku tak percaya, dia masih bisa bernapas setelah darah yang keluar dari jantung dan mulutnya itu.

"Jo...ni, Yaya, Ke...mal."

Puun memanggil mereka dengan nada yang lemah

"Puun..."

Mereka menjawab dengan kesedihan di wajah mereka, meski mereka mencoba menahan segala kesedihan tapi air mata mereka terus berlinang.

"....aa...ahh..."

Sepertinya dia sudah tak bisa berucap apapun lagi... semua orang suku kanekes mulai menangisi kepergiannya. Joni berteriak tak terkendeli, dia terus menerus mencari bantuan, Gea dan Juan mencoba menenangkan Joni.

Lalu tak lama kemudian Elyssa datang dari belakang.

"Biarkan aku memeriksanya."

Elyssa mengucap sebuah mantra yang tak bisa ku mengerti sambil kedua telapak tangannya di arahkan ke dada Puun, lalu tiba-tiba kedua tangannya mengeluarkan sedikit cahaya berwarna putih kehijauan. Aku masih tak menyangka dengan apa yang aku lihat, dan sepertinya masih banyak kejutan-kejutan lainnya.

"Bagaimana?"

"Dia sudah tidak ada, kerusakan pada jantungnya sudah sangat parah sekali... maafkan aku."

"Begitu."

Semua orang kanekes menunduk, menangis, berduka, terluka, mereka semua telah kehilangan seorang pemimpin yang menurut mereka adalah pemimpin terbaik yang pernah mereka miliki.

Setelah emosinya stabil, Joni menceritakan kepadaku apa yang terjadi sebelumnya, saat mereka hendak kembali ke dalam hutan, seorang wanita datang dengan aura yang sangat menyengat. Dia datang dengan rasa haus darah... aura pembunuh, auranya sangat terasa pekat, namun sepertinya aura itu tak sampai kedalam gua.

"Wanita itu datang, dan mencari kau... Aria."

Orang-orang kanekes hanya diam dan tak ada satupun dari mereka menjawab pertanyaan dari wanita itu... karena wanita tersebut sangat mencurigakan. Dia terus menanyakan hal yang sama, setiap pertanyaan yang dia lontarkan... aura yang dia keluarkan pun semakin menggila. Aura yang dimilikinya membuat pikiran orang-orang kanekes semakin kacau, hingga pada akhirnya mereka merasa terancam dan menyerang wanita tersebut.

Namun pada detik-detik akhir saat mereka ingin menyerang wanita tersebut, Puun berteriak menghentikan orang-orangnya. Dia sadar betapa kuat dan bahayanya wanita tersebut, dia tak ingin orang-orangnya mati, Puun pun maju ke depan mencoba melawaanya seorang diri. Pertarungan satu lawan satu pun tak terhindarkan.

Puun mengambil inisiatif untuk menyerangnya terlebih dahulu... tapi wanita itu dengan mudah menahan tendangannya dan menghindarinya. Puun mencoba menaikan intensitas serangan miliknya, dan serangan itu sangat efektif. Puun mengeluarkan seluruh jurus-jurus silat yang tak tertandingi oleh siapapun di dunia persilatan, dan wanita itu beberapa kali terkena pukulan telak. Namun setelah menerima segala serangan dari Puun, wanita itu tak terlihat merasa kesakitan sedikitpun, dia sangat kuat. Dia hanya tersenyum, dia menganggap serangan dari Puun tidak lebih dari pukulan anak-anak.

Sampai akhirnya, Puun berubah menjadi seekor serigala, namun perubahannya berbeda dengan yang lainnya... dia tak menjadi serial seutuhnya, dia berubah seolah seperti manusia serigala. Serigala yang berdiri layaknya manusia dengan tubuh yang besar dan kekar. Kekuatannya meluap-luap mengalir ke seluruh tubuhnya, tanpa basa-basi Puun menyerang dengan kecepatan yang tak masuk akal dan membuat wanita itu tersungkur... terbentur... dan akhirnya membuat luka di tubuhnya.

Namun wanita itu... masih diam, dan tersenyum. Wanita itu aneh sekali, dia terlihat senang saat dia tahu jika dia terluka, wanita itu seperti seorang masokis... orang gila yang senang saat dirinya tersiksa.

Puun mencoba mengeluarkan jurus andalanya dan mencoba mengakhiri wanita tersebut dengan satu serangan kuatnya, dia berlari dengan cepat... bahkan kecepatanya membuat angin-angin berhembus kencang, orang-orang kanekes berpikir jika Puun akan menang dan wanita itu akan mati—

Tapi...

Tiba-tiba semua orang merasakan getaran yang besar! Tanah di sekitar seketika retak dan hancur begitu saja, asap debu memenuhi setiap tempat sehingga tak ada sedikit celah untuk melihat.

Lalu saat hujan turun dan menghilangkan asap, wanita itu sedang menginjakan kakinya tepat diatas tubuh Puun. Puun sudah tergeletak dengan lubang besar di dekat jantungnya dan darah di sekujur tubuhnya.

Begitulah dengan apa yang terjadi saat aku dan yang lainnya masih berada di dalam gua.

Baru saja beberapa hari kami berada di Bandung barat, kami sudah mendapatkan banyak sekali masalah dan hal-hal yang sangat tak terduga. Pikiranku tak pernah berhenti bekera, di dalam otakku masih banyak permasalahan yang belum terpecahkan, dan disetiap harinya masalah terus muncul, satu masalah belum terpecahkan sudah datang lagi masalah yang lainnya, aku benar-benar lelah.

Kenapa—

Hari-hariku—

Menjadi seperti ini!

Mungkin telat untuk kusadari, tapi Fay adalah awal dari segalanya.

"Kau tak apa?"

Fay tiba-tiba menanyakan hal itu padaku dengan wajah polosnya itu.

"Menurutmu? Apa kau baik-baik saja?"

"....Hmm? (Fay memiringkan kepalanya) Tentu saja, aku lebih kuat 1000 kali darimu."

"Ya ya ya..."