Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 25 - Menuju kematian 2

Chapter 25 - Menuju kematian 2

BRAGGGG!!!!

Tiba-tiba aku terbangun seelah mendengar sesuatu menggangguku.

"Maaf aku membangunkanmu, aku tak sengaja menjatuhkannya."

Gea sedang mengeluarkan barang-barang dari kereta dan tak sengaja dia menjatuhkan salah satu barang yang dia bawa. Apakah sudah sampai? Sepertinya tidak, aku pikir tujuan kami masih jauh. Haa…h Bahkan sampai saat ini langit masih saja tertutup oleh awan hitam.

Hujan pun mulai turun dan membasahi seluruh Kota.

"Bagaimana tidurmu, tuan penjaga kasir?"

Dia bertanya sambil membangun sebuah tenda.

"Lumayan."

Robby, Tony dan yang lainnya nampak sedang sibuk membangun tenda. Fay rupanya sudah bangun dan dia... sedang makan cemilan—

Lupakan.

Haruka masih tertidur, dia terlihat sangat kelelahan, apakah semalam dia pergi berlatih lagi? Bukankah semalam dia bersama kami di perpustakaan? Entahlah.

Aku segera turun dari kereta dan membantu yang lainnya.

Aku melepaskan ikatan kuda pada kereta dan membawanya ketempat yang teduh.

Tak lama setelah itu hujan semakin deras.

Apa makhluk-makhluk aneh itu akan menyerang? Biasanya mereka mulai berkeliaran saat hujan datang. Kami harus lebih waspada, agar kami terjauh dari hal-hal yang tak di inginkan.

Setelah tenda selesai dibangun, kami segera masuk ke dalam dan menyalakan beberapa lentera, Gea dan Tony bertugas membuat sesuatu untuk dimakan, dan yang lainnya ya... seperti biasa, duduk bersantai dan mengelap armor… Juan, dia masih saja begitu.

Fay... dia membaca komik One Piece sambil memakan cemilan.

"Oii... apa mungkin... temanmu itu, me me-menyukainya??!"

Tiba-tiba saja Robby berbisik kepadaku dan menanyakan hal seperti itu.

"Menyukai? Siapa kepada siapa?"

"Tidak-tidak, lupakan itu."

Aku sangat terkejut... tak kusangka orang seperti dia... dikeadaan yang seperti ini... meskipun ini hal yang wajar.

Hmm... apa mungkin dia menyukai Gea? Sepertinya begitu, terlihat jelas sekali di wajahnya.

"Kenapa kau menanyakan itu?"

"Tidak apa, hanya saja... di-dia... hebat, padahal mereka baru saja mengenal satu sama lain, tapi sudah memiliki hubungan sedekat itu."

Lalu Levi menceploskan sesuatu kepadaku.

"Oii tuan penjaga kasir... jangan seperti dia, dia itu pengecut... lemah terhadap wanita. Padahal mereka selalu bersama, tapi dia belum pernah mencoba mendekatinya sama sekali. Oii kapten... kau pikir kami tak tahu, kalau kau suka—."

"Woiii Levi... diamlah!"

"Ngomong-ngomong, berhenti memanggilku tuan penjaga kasir... aku memiliki nama."

"Ohh iya, aku lupa... aku belum tahu namamu, tunggu dulu bahkan kami berlima belum tahu namamu..."

"Aku juga..."

Fay dengan wajah polosnya yang seperti biasanya sambil memakan cemilan.

"Haaahh!!!!!!!???"

Robby, Juan dan Levi terkejut.

"Bahkan orang yang tidurnya bersender di pundakmu, belum mengetahui namamu?!"

"Tak bisa dipercaya...."

Hmmm, bukankah tak ada satu pun dari mereka yang menanyakan namaku? Aku bahkan tak memiliki kesempatan untuk menyebutkan namaku, atau memang aku yang tak peduli? Atau mereka yang tak peduli?!! Entahlah.

"Meski katanya kau ini seorang yang terpilih itu... tapi sepertinya kau memiliki keberadaan yang sangat tipis sekali, maaf."

Itu tak ada hubungannya sama sekali oi...

"Jadi namamu?"

"Namaku..."

Namaku?!

...Crch ...!!!

Terdengar sesuatu di luar tenda.

Tiba-tiba kami merasakan sesuatu, kami merasakan sebuah kehadiran seseorang yang tak jauh dari tenda, tidak! Ini dekat! Sangat dekat sekali! Dengan cepat Fay menyimpan cemilannya dan memegang katana miliknya.

Kami semua bersiap dalam posisi menyerang, bayangan seseorang tersebut terlihat dari dalam tenda, tanganya mulai terlihat dan mencoba untuk membuka resleting tenda. Siapa? Apa itu? Musuh? Tidak! Sepertinya aku tahu, aku mencoba memastikannya lagi dan melihat orang-orang di dalam tenda, dan ya!! Aku tahu siapa orang yang berada diluar tenda!

Tony dan Gea yang berada paling dekat dengan pintu masuk dengan cepat mengarahkan serangannya menggunakan tongkat golf!

"Tunggu dulu Tony!!! Gea!"

Tony sudah terlanjur melancarkan serangan dan tak bisa dihentikan, namun—

BUGGGGG

Orang yang berada diluar tenda langsung menendang Tony tepat kearah perutnya! Tony tersungkur kebelakang! Dia KO hanya dalam satu tendangan! Tony terkapar kesakitan.

Orang itupun masuk kedalam tenda, dia... Haruka! Ya Haruka!

"Haruka."

"Kapteeen... kau tak membangunkanku."

Haruka dengan kimononya yang basah kuyup dan matanya terlihat sedikit mengeluarkan air mata.

Dia benar-benar mengejutkan semua orang!

Untung saja Tony yang berada di depan, dan bukan Fay, sesuatu yang buruk akan terjadi jika Fay yang berada di sana.

Saat Haruka masuk ke dalam tenda, tiba-tiba terjadi sesuatu hal yang tak terduga! Angin yang sangat kencang dan kuat muncul menerjang tenda begitu saja! Saat itu kami hanya diam karena kami yakin jika tenda yang kami buat sudahlah kuat, tapi... kenyataanya tenda ini tidak begitu kuat! Terjangan angin tersebut membuat tenda ini ambruk dan terguling-galing!!

Di dalam tenda kami saling tabrak satu sama lain! Kami tak bisa melakukan apapun dalam kondisi seperti ini! Kami hanya pasrah dengan keadaan yang saat ini menimpa kami!

Sialan!!

Aku hanya bisa memegang kepalaku agar tak terbentur sesuatu yang keras!

Keadaan semakin kacau saat lentera mati, tubuhku beberapa kali menabrak seseorang, aku tak tahu siapa yang ku tabrak dan siapa yang menabrak! Aku tak bisa melihat apapun!

Setelah kurang lebih 1 menit kami terompang-ampin di dalam tenda, angin besar itu pun berhenti. Kami semua masih berada di dalam tenda dengan kondisi yang sangat kacau, seseorang mencoba untuk membuka resleting tenda, dan saat cahaya menerangi tenda... sesuatu menimpaku.

<>

Kata-kata itu tergambar di pikiranku saat aku menyadari sesuatu.

Dengan suara pelan... Gea berbicara kepadaku dengan wajahnya yang memerah.

"Sudahlah, cepat lepaskan dan lupakan, ini bukanlah hal yang disengaja... aku tahu itu. Jadi tolong, cepatlah..."

Aku tak sengaja menindihnya dan memegang dadanya, sialnya aku juga tertindih oleh tubuh Haruka dan membuatku semakin sulit untuk melepaskan tanganku. Robby yang membukakan tenda melihatku sedang menyentuh dada Gea, dia menatapku dengan wajah tanpa ekspresi.

"Aku... pulang saja..."

Robby tersenyum padaku.

"Robby?!"

"Jangan katakan apapun."

Fay berdiri lalu menendangku begitu saja! Aku dan Haruka tersungkur menabrak barang-barang yang berada di dalam tenda!

Dan kali ini aku menindih tubuh Haruka! Kenapa ini?! Ada apa ini!! Tapi untungnya aku tak memegang dadanya seperti yang kulakukan sebelumnya kepada Gea... meskipun tak sengaja.

Jika dipikir-pikir... saat aku memandangnya dari dekat, Haruka ternyata cantik juga.

Tiba-tiba saat aku melihat wajahnya, entah kenapa wajah Haruka semakin memerah.

Sial!

Aku lupa jika pakainya saat ini masih basah! Aku dapat melihat dengan jelas lekukan tubuhnya, apalagi ini sangat dekat sekali!

BUGGGG

Fay menendangku lagi untuk yang kesekian kalinya!

Sialan, ada apa dengan Fay?? Dan juga ada apa dengan diriku kali ini?!! Apa aku bisa menyebut semua itu keberuntungan? Atau kesialan? Entahlah.

Setelah semua yang terjadi akhirnya kami berteduh di salah satu puing bangunan, karena jika membangun ulang tenda akan membutuhkan waktu yang lama lagi.

Dan—

Dingin sekali! Sangat dingin!

Hujan dan hembusan angin membuat tubuh kami semakin kedinginan, sialan!

A-aaku... mati!!

"Perjalanan masih jauh, kita berangkat sekarang saja. Jika malam tiba... kita istirahat."

"Ya hujan juga sudah lebih mengecil dari sebelumnya."

Setelah itu aku dan Levi menyiapkan kereta kuda, dan yang lainnya merapihkan barang-barang yang terpuntang-panting di dalam tenda. Kami harus segera berangkat dan meninggalkan tempat ini, karena sepertinya dalam beberapa jam kedepan langit akan semakin gelap, dan itu sangat berbahaya.

Perjalanan ini terasa sangat lama dan jauh sekali, padahal jika tak ada hambatan munkin hanya dengan 1 jam saja kami bisa sampai di wilayah barat, itu pun jika menggunakan kereta kuda dari balai kota. Jika bukan karena puing bangunan, bangkai kendaraan, dan struktur jalan yang berubah, kami tak akan memakan waktu selama ini.

Entah berapa kali kami harus berputar balik, dan mencari jalan alternatif lainnya, belum lagi dengan jalanan jelek yang dipenuhi dengan genangan air dan lumpur, dan juga banyak sekali medan yang sulit untuk di terjal. Salah satu alasan lainnya mengapa kami harus berputar adalah retakan besar yang memisahkan jalanan.

Tak terasa hari semakin gelap, kami harus beristirahat disuatu tempat, akan terlalu beresiko jika kami terus memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Meski sudah setengah hari perjalanan, kami masih belum sampai juga di wilayah barat, namun Robby mengatakan jika tak lama lagi kita akan segera sampai.

Kami pun mendirikan tenda seperti biasa, kali ini kami mengikatnya lebih kuat agar tak mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya. Malam ini akan terlihat sangat gelap karena pencahayaan yang kami miliki hanya dua buah obor, dan itu pun masih kurang. Semua lentera yang kami miliki pecah akibat keteledoran kami sebelumnya, sialan.

Disaat kami sedang sibuk memasang tenda, dari kejauhan aku melihat sebuah cahaya, semua orang di sini berhenti memasang tenda dan berhati-hati. Cahaya itu semakin mendekat, Levi dengan segera memadamkan obor.

"Satu... dua... mereka cukup banyak, mungkin 6 orang atau lebih."

"Kapten?"

Juan mengambil gada miliknya dan memposisikan dirinya untuk bertempur.

"Tunggu dulu... sepertinya mereka bukan makhluk-makhluk itu."

"Meski mereka manusia, kita harus tetap berhati-hati."

"Tunggu aba-abaku, jangan dulu ada yang menyerang."

Sekelompok orang itu semakin mendekat dan berteriak dari jauh.

"Oii... siapa di sana?! Kami butuh bantuan! Kami butuh pertolongan! Oii!"

"Kami dari pusat! Kemari lah!"

Kami menyalakan kembali penerangan, sekitar lima orang mendatangi kami dan sepertinya mereka satu keluarga, mereka membawa tas besar dan juga koper. Mereka memiliki senjata seperti kapak, pisau dan benda tajam lainnya. Mereka sedang terluka, salah satu dari mereka menangis dan meminta tolong kepada Robby.

"Tolong kami, tolong anakku... anakku...."

"Turunkan senjata kalian, kemarilah."

"Ya, baiklah..."

"Gea, ambilkan Kotak P3K dan bantu mereka yang terluka."

"Baik."

Kami menunda pembuatan tenda dan membantu mereka, Tony mengumpulkan kayu lalu membakarnya. Tony dan Haruka memasak sesuatu untuk kami makan, sedangkan Gea, Levi dan Robby membantu mereka yang sedang terluka. Dan aku... aku sedang memberi makan kuda.

Fay... dia sedang asik makan cemilan dan membaca komik—

Begitulah dia.

Orang-orang itu sepertinya telah melewati hal-hal yang sulit dan aku pernah mengalaminya. Mereka bilang mereka telah diserang oleh anjing besar dan mereka berhasil mengecohnya.

Setelah Gea, Levi, dan Robby mengobati anak itu, mereka lalu membantu mengobati yang lainnya yang juga terluka. Tak butuh waktu lama, anak kecil yang baru saja mereka obati telah sadar. Orang-orang itu menangis bahagia dan tersenyum, begitupun kami.

Ketika semua orang sedang sibuk, tiba-tiba aku merasa jika seseorang sedang mengawasi kami!

???????

Siapa? Di mana? Aku benar-benar tak tahu.

Fay menghampiriku dengan ekspresinya yang tibat-tiba menjadi lebih serius.

Sepertinya Fay juga merasakan apa yang aku rasakan, aku dan fay benar-benar tak tahu siapa dan dimana. Pada akhirnya Aku dan Fay kembali berkumpul dengan yang lainnya.

Saat kami kembali, terlihat Tony dan Haruka telah selesai membuat masakan, ku kira mereka benar-benar membuat sesuatu tapi ternyata hanya mie instan. Bukan berarti aku tak bersyukur, aku malah sangar bersyukur masih ada makanan yang bisa kami makan... aku hanya terkejut melihat Tony dan Haruka memasak.

"Terimakasih cep(nak), hatur nuhun...(terimakasih)."

"Ngomong-ngomong bapak dari mana? Apa yang terjadi pak?"

"Kami teh dari perbatasan, sebenarnya tidak jauh dari sini teh ada itu... euh... tempat buat pengungsi. Tiba-tiba ada ajag cep hati-hati, ajag na ageung pisan, galak deuih, aya sababara jalmi masih teu katulungan diditu. Pas ajag eta teu aya, semuana coba pada lari menyelamatkan diri, tapi pekteh aya anjing galak loba pisan ngudag nu lalumpatan. Mereka semua mati cep.... mati... hanya kita berlima yang selamat. Ya Allah... aya naon ieu teh."

Kurang lebih maksudnya seperti ini, di perbatasan wilayah barat ada tempat pengungsian... tiba-tiba mereka di serang oleh ajag yang besar (ajag? aku kurang paham, yang pasti itu adalah makhluk mengerikan) katanya masih banyak orang yang terjebak, saat tau si makhluk ajag ini tidak ada... mereka mencoba melarikan diri, tapi ghoul datang menyerang mereka satu persatu. Dan hanya mereka yang selamat.

Ajag... kalau tidak salah itu adalah nama hewan dalam Bahasa sunda, sialan! Aku benar-benar lupa, beginilah jaman sekarang, aku menyesal saat di sekolah ketika pelajaran bahasa sunda aku kurang fokus. Aku tak menyangka jika sekarang aku pusing hanya karena satu kata... ajag sialan!

"Maaf pak, ajag itu apa?"

Levi… kau… terbaik.

"Ajag teh... ehh serigala jang(nak)."

Serigala??? Seperti yang kuduga, pasti tak hanya anjing itu yang menjadi ghoul, hewan lainnya juga kemungkinan berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Itu membuktikan jika suara aungan yang sebelumnya kami dengar di kandang kuda adalah aungan serigala.

Robby dan yang lainnya kembali mendirikan tenda, orang-orang itu pun membantu kami mendirikan tenda, mereka orang-orang yang baik. Walaupun kami sudah melarang mereka untuk membantu, tapi tetap saja mereka ingin membalas kebaikan kami. Setelah itu kami beristirahat dan menunggu malam berganti pagi.

Saat pagi hari tiba, Robby memutuskan untuk memberikan kereta kuda ini kepada mereka dan menyuruh mereka untuk pergi ke balai kota. Karena di sana adalah tempat yang paling aman untuk saat ini, kami saat ini sudah tak membutuhkan kereta kuda lagi karena sebentar lagi kami akan segera memasuki zona barat, banyak sekali halang rintang di jalanan yang membuat kami memang harus berjalan, kereta ini tak bisa melewatinya.

"Terimakasih... kami sangat berterimakasih... semoga sadayana aya di kalindungan Gusti Allah... aamiin. Ngomong-ngomon kalian teh mau kemana?"

"Kami mau ke puncak pak."

"Puncak?? Jangan-jangan kalian mau masuk ke Bandung Barat??"

Mereka terlihat terkejut setelah mendengar jawaban dari Robby, mereka terlihat khawatir dan mencoba memperingati kami tentang bahayanya wilayah barat.

Aku tak tahu apa yang menunggu kami di wilayah barat, apa yang sebenarnya terjadi sehingga wilayah barat sebahaya itu? Apa semua jawaban dari segala yang terjadi ada di sana? Entahlah.