Chapter 28 - Aegis

Hutan semakin gelap, Robby menyuruh kami untuk mendirikan tenda, meskipun ada gubuk milik Pak Kuswara, sepertinya tidak akan cukup menampung kami semua. Kami harus beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan penyisiran wilayah barat. Masih ada beberapa hal yang mengganjal di pikiranku mengenai kisah-kisah itu, aku yakin Robby dan yang lainnya juga memikirkan hal yang sama.

"Apakah kutukanmu sudah hilang? Apa kau masih abadi? Kau berkata jika kau butuh ratusan tahun lebih untuk menemukan kembaran dari temanmu itu bukan? Pastinya kau telah melewati banyak hal." sambil mengelap armor miliknya.

"Sebenarnya aku tak tahu tentang kutukan itu, apa aku masih abadi atau tidak... aku tak tahu apa kutukanku sudah benar-benar hilang atau tidak. Aku tak ingin mencobanya dengan melakukan hal bodoh seperti bunuh diri. Banyak hal bagus yang dapat kulihat dengan berumur panjang seperti ini dan banyak pula hal buruk yang kulihat, begitulah hidup."

Bicara soal kutukan, apakah Fay terkena kutukannya juga? Tapi sepertinya tidak, pak Kuswara sudah mengkonfirmasi jika aku bukanlah kembaran ke 7, dan aku yakin sekali dia memilih orang dengan asal-asalan.

"Pak Kuswara, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan."

"Silahkan."

"Kau bilang aku bukan salah satu dari kembaran ke 7, kau juga bilang jika aku juga masih sama seperti mereka. Aku tak mengerti."

"Hmm... biar ku perlihatkan."

Pak Kuswara menyimpan tongkatnya, dia mengangkat tangan kanannya kesamping. Semua mata tertuju pada tangan kanan Pak Kuswara, tiba-tiba sedikit cahaya muncul dari tangan kanan Pak Kuswara. Lalu kemudian tangannya bergerak seperti mengenggam sesuatu, tiba-tiba datang sedikit angin yang berhembus kearahnya, seketika semua orang terkejut!

Tiba-tiba terdapat sebuah pedang yang tak asing lagi berada di tangannya begitu saja!

Katana!

Dari mana itu? Tidak-tidak! Bagaimana dia melakukannya?! Pedang itu muncul sama percis seperti saat aku memegang sebuah pedang secara tiba-tiba, dia bisa memunculkannya begitu saja... apa dia pesulap?!!

Pak Kuswara seolah tahu cara melakukannya, dia benar-benar tahu bagaimana melakukannya. Bagaimana dia melakukannya? Yang jelas dia bukan orang biasa, dari awal dia sudah menunjukan bahwa dirinya adalah orang yang berbeda dari kita, dari zamannya saja sudah berbeda.

"Mungkin aku, kau dan Oda mempunyai kemiripan, tapi bukan secara fisik."

"Apa maksdumu?"

"Aku dan kau adalah orang terpilih, tapi bukan berasal dari 7 orang kembar itu... karena mereka benar-benar telah habis."

"Habis?? Apa maksudmu? Aku benar-benar tak mengerti, kenapa kau tak bercerita seperti sebelumnya."

"Hmm... aku sendiri pusing, bagaimana aku harus menjelaskannya... sebenarnya... orang terpilih itu mempunyai nama, ehh... hmm apa ya...? Aku lupa... ahh... lupakan."

…Woi…!

"Apa maksudmu dengan nama?"

"Nama? O-oh...h ya nama, ehh Aegis... ya... ya! Aegis, mereka adalah aegis."

Dia seperti baru memikirkan nama itu? Yang benar saja...

Dan juga… Aegis?!

Seketika sesuatu menyambar pikiranku, entah kenapa aku pernah mendengar kata-kata tersebut. Entah dari siapa dan dimana, aku benar-benar lupa! Sialan, aku sering sekali melupakan hal-hal yang sangat penting.

Haruka terlihat masih bingung dengan yang Pak Kuswara ucapkan.

"Mereka siapa?"

"Mereka ya... mereka...! Itu tidak penting, yang ku tahu dalam dongeng tersebut... mereka orang-orang yang terpilih adalah aegis... the aegis. Dan kita berdua adalah generasi baru dari aegis ini, dan tidak menutup kemungkinan masih banyak orang-orang seperti kita di dunia ini dengan kekuatan yang berbeda. Aku tak tahu bagaimana detailnya... aku saja baru menyadari kekuatan ini beberapa minggu lalu. Sudahlah cukup menanyakan tentang itu, ini benar-benar tak dapat dijelaskan dengan logika."

"Pemicunya adalah Exitium, kekuatan kalian bangkit dan begitulah, tak menutup kemungkinan jika manusia-manusia lainnya juga mendapat kekuatan yang setara dengan aegis, karena Exitium berasal dari Aegis."

Fay yang dari tadi hanya diam, tiba-tiba berbicara banyak dan kelihatanya dia sangat serius, dia tak terlihat bercanda sama sekali. Omongannya menggiring pikiran kami kepada Aegis dan Exitium, sepertinya dua hal itu akan terus saling bersangkutan.

Tapi aku masih tak mengerti... otak ku tidak sampai! Sialan!

"Hmm... ya, kurasa... begitulah."

Fay kembali membaca komik One Piece sambil memakan cemilan, dia telah kembali ke sifat alami miliknya yang menghiraukan apapun, apalagi saat dia membaca One Piece. Setelah tenda berhasil di bangun, dan makan malam telah siap... kami semua beristirahat.

Masih banyak yang aku pikirkan dengan perkataan dari Pak Kuswara dan Fay, benar-benar mengejutkan. Meski aku masih ragu, tapi semua cerita ini sudah mengoyak-ngotak pikiranku. Apa aku bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh Pak Kuswara? Entahlah, jika memang aku adalah aegis, aku harus bisa melakukannya agar tak selalu membebani mereka.

Bahkan sebelum tidur sambil berbaring aku menggerakan tanganku seperti yang Pak Kuswara lakukan, dan terus membayangkan sebuah katana tapi tak pernah berhasil. Apakah dia menggunakan semacam trik? Entahlah, aku harus beristirahat, besok pagi kami akan berangkat menyusuri wilayah barat lebih jauh lagi.

Semua orang tertidur dengan sebuah keresahan yang sama, terlihat dari raut wajah Robby, Juan dan Gea yang sepertinya masih memikirkan hal tersebut. Fay dan Haruka berprilaku normal seperti biasa... berbeda dengan Levi, dia terlihat seperti tidak tertarik sama sekali dengan cerita ini, apakah dia mengetahui sesuatu? Entahlah, dia benar-benar misterius.

Malam berganti pagi, suara kicauan burung dan gemuruh pepohonan yang sebelumnya tak pernah terdengar membangunkan kami semua. Pagi ini kami berencana berangkat ke desa terdekat di wilayah barat ini, tak jauh dari hutan di sini ada sebuah desa yang lumayan besar.

"Aku lupa mengatakan sesuatu, seharusnya aku katakan ini lebih awal tapi... ya sudahlah."

"Ada apa?"

"Jika kalian ingin masuk lebih jauh lagi, kalian harus benar-benar siap. Kalian tak akan bisa kembali jika belum siap."

Tiba-tiba keadaan menjadi hening, suara yang terdengar hanya hembusan angin dan suara gemuruh dari pepohonan.

"Di dalam sana banyak sekali makhluk-makhluk yang berbeda dari makhluk-makhluk yang pernah kalian temui sebelumnya, dan kekuatannya juga berkali-kali lipat. Apa tujuan kalian sebenarnya? Jika hanya butuh data, aku akan memberi tahu kalian... tak ada yang selamat, mereka semua telah mati, kecuali makhluk-makhluk itu. Aku pun tak berani pergi lebih jauh lagi, di sana sangat berbahaya."

Semua orang sangat terkejut setelah mendengar hal tersebut, ada apa sebenarnya di sana? Bahkan Pak Kuswara yang terlihat sangat kuat sekalipun tak berani masuk lebih jauh.

"Aku mendengar kabar jika ada sebuah lab rahasia di hutan sana, mereka adalah sisa-sisa ilmuan United. Mereka melanjutkan penelitian mereka, portal dimensi... proyek Exitium, ini memanglah kabar burung, tak ada yang tahu kebenaranya. Tapi setelah semua yang terjadi, aku percaya, dan mereka telah berhasil melakukanya, dan aku yakin jika semua ini adalah dampak dari penilitian tersebut, kami harus tahu dan mencari jalan keluarnya. Kami harus tetap maju dan terus menatap kedepan, lagi pula kami sudah terlanjur masuk, kami sudah tak bisa kembali, bukankah begitu Pak Yana?"

Kami semua terkejut dengan pernyataan dari Robby, ini adalah pertama kali kami mendengar hal itu darinya, apakah masih ada yang dia sembunyikan dari kami?? Entahlah.

"Seperti itu?" sahut Pak Yana dengan wajah yang cukup ragu.

"Ya, apa kau ikut?" jawab Robby.

"Aku benar-benar tak menyarankan kalian untuk tetap maju, dan maaf aku benar-benar tak bisa membantu kalian, aku sedang mencari seseorang," ucap Pak Yana, memperingati kami.

"Seperti itu? Baiklah, termakasih untuk peringatannya, tapi... kami akan tetap kesana."

Sial kenapa dia memutuskannya sebelah pihak begitu saja, aku ingin bilang jika aku tak ingin pergi dari sini, tapi... aku tak bisa mengatakannya! Sialan! Kenapa semua orang terlihat tak merasa takut sedikitpun, padahal Pak Kuswara sudah memperingati tentang betapa bahayanya di dalam sana.

Haa...hh pada akhirnya kami tetap pergi, setelah membereskan barang-barang kami pun pergi lebih jauh lagi kedalam hutan, dan menuju sebuah desa yang lumayan besar. Sebenarnya tak terlalu jauh, hanya butuh waktu sekitar 15 menit kami sampai di desa tersebut dengan berjalan kaki. Desa ini sama seperti rumah-rumah di wilayah yang lainnya... hancur lebur dan tentunya sangat sepi.

Kami mencoba mencari penduduk yang masih selamat di setiap rumah dan setiap bangunan yang roboh, tapi hasilnya nihil. Darah dan darah, darah berserakan di mana-mana, lagi-lagi bukan sesuatu yang ingin aku lihat.

Disaat kami sedang memeriksa setiap bangunan, kami semua merasa sedang di awasi oleh sesuatu, kami pikir yang mengawasi kami Pak Kuswara? Tapi sepertinya kali ini bukan Pak Kuswara.

SRCCSH SRCHHS

Tiba-tiba kami mendengar sesuatu, suara itu berasal dari semak-semak. Kami semakin berhati-hati, suara itu terus berpindah dari satu semak ke semak-semak lainnya.

WUSSHHHHH!!!!!!

BRAGGGG

Seekor serigala secara melaju kencang dan menabrakan dirinya kearah Levi!

BRUGGHHSHSHSH!!!!

Levi terpental cukup jauh!

Tubuhnya menabrak setiap puing-puing bangunan yang berada di belakangnya!

Sial! Meski tak sebesar ghoul, serigala itu terlihat lebih kuat! Pastinya dia adalah makhluk yang terkontaminasi lainnya, mereka terus bermunculan satu persatu, dan menunjukan taringnya! Sepertinya ada sekitar sepuluh serigala yang datang.

Tapi ada yang aneh dengan mereka, mereka hanya diam dan berkumpul di salah satu bangunan yang hancur, serigala yang menyerang Levi pun ikut kembali dan berjajar bersama serigala yang lainnya.

Dan Levi sudah kembali bersama kami seolah tak ada yang terjadi, dia bahkan tak terluka sedikitpun, tapi sepertinya dia terlihat kesal sekali.

Lalu.... sesuatu yang besar datang dari belakang serigala-serigala tersebut.

Besar, sangat besar! Seekor serigala yang sangat besar datang, serigala lainnya yang berukuran kecil melolong seperti sedang menyambut pemimpinnya.

Serigala besar tersebut berwarna putih perak, matanya merah, dia menatap dengan tatapan matanya yang dingin ke setiap mata yang melihatnya. Ukuranya kira-kira 2 kali lebih besar dari ghoul, meskipun terlihat menggemaskan, tapi tetap saja serigala besar itu terlihat sangat berbahaya.

Entah kenapa aku seperti melihat Fay versi serigala, mau dilihat bagaimana pun mereka terlihat mirip.

"Apa dia pemimpinya?"

Tanya Levi sambil berjalan mengarah ke serigala itu.

Levi benar-benar marah dan kesal setelah apa yang di perbuat serigala itu sebelumnya. Apa yang akan dia lakukan? Satu serigala yang kecil juga membuatnya terlempar sangat jauh, apa dia akan melawan semua serigala itu? Termasuk serigala yang besar itu? Entahlah.

"Oi Levi, hati-hati... kami akan membantumu dari belakang."

"Siap kapten, tapi aku tak membutuhkanya... terimakasih."

Hah??? Apa dia sudah gila? Dan kenapa tak ada satupun orang yang menghentikan Levi?!

Merasa terancam serigala-serigala itu berlari kearah Levi! Serigala besar itu masih diam dan melihat dari atas.

Ada yang berbeda dengan Levi hari ini, dia berjalan dengan tenang menuju serigala-serigala itu. Tiba-tiba aku seperti melihat sebuah aura yang sedang mengelilingi tubuhnya, auranya berwarna merah, dia benar-benar sangat marah. Saat satu serigala mencoba menyerangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, Levi berhasil mematahkan serangan tersebut dan menyerang balik serigala tersebut!

BUGGGH!!

Pukulan Levi membuat serigala itu terkapar seketika! Serigala itu sudah tak bergerak lagi. Serangannya angat cepat dan kuat sekali, baik serigala maupun Levi, mereka berada di level yang berbeda.

Tak lama kemudian hujan pun mulai turun, di saat seperti ini... hujan datang, sialan. Dari pengalaman sebelumnya hujan ini bisa membuat makhluk-makhluk seperti mereka semakin kuat berkali-kali lipat.

BRUUUWWWHHHSSSSS

Kali ini suara gemuruh pohon yang terkena angin terdengar dari arah belakang.

Hmm???!!

Sesuatu datang! Banyak sekali!

Sekelompok ghoul(anjing besar) datang menyerbu kami dari belakang!

Banyak sekali! 20? Tidak! Lebih dari itu!