Chapter 23 - Rahasia

Beberapa saat kemudian Levi datang membawa dua botol air mineral dan juga tongkat baseball.

"Oii kalian, ambil ini. Eh... ini tongkat mu bukan? Ngomong-ngomong, temanmu itu benar-benar menakutkan... siapa dia sebenarnya? Monster?"

"Ah… begitulah…"

"Terimakasih," ucap Haruka kepada Tony.

Setelah semua itu kami kembali ke tempat masing-masing.

Saat aku masuk ke dalam ruangan, nampaknya Fay masih terlihat marah, kenapa dia marah? Dan kenapa dia hanya diam saja? Setidaknya beritahu aku apa yang membuatnya marah? Dan kenapa dia memakan semua cemilan yang ada?!!

"Kenyapah kyamyyu ta me memnyam mengajakyy... ku?"

E... hah? Tiba-tiba dia bertanya padaku begitu saja.

Dan dia berbicara sambil menguyah makanan!

"Telan dulu, baru bicara… bodoh."

"…Kenapa kamu tak mengajakku tadi?"

"Mengajak apa?"

"Kenapa kamu malah mengajak gadis sipit itu dari pada aku? Dia itu lemah."

Apa yang dia maksud latihan tadi? Apa dia cemburu??? Dan tunggu��� Lemah? Bahkan aku tak bisa mengimbanginya sekalipun.

"Aku tak mengajaknya, aku yang diajak."

"Ohh... hmmm nyam nyamm.... crchh crchh... hmm begitu...? Ok."

Melihat tingkah laku Fay saat ini aku jadi teringat dengan One Piece, kelakuannya yang berbicara sambil makan mengingatkanku dengan kapten Luffy. Aku jadi rindu dan ingin segera menontonnya lagi.

Sialan.

Aku tak terlalu tahu banyak tentang Fay maupun Tony, tiba-tiba kita bertiga seperti sudah terikat satu sama lain begitu saja. Bahkan kami baru saja kenal beberapa hari... tunggu apakah sudah satu minggu? Atau lebih? Entahlah.

Dan sepertinya jika bukan karena bencana ini, kami tak akan pernah menjadi teman.

Apakah memiliki seorang teman segampang itu?

Dan apakah benar kita sudah berteman?

Dan juga... teman itu apa?

Bukankah teman selalu ada dalam suka dan duka? Tapi beberapa hari lalu rasanya hanya aku saja yang mengalami luka yang cukup parah di sekujur tubuhku, apanya yang di sebut teman. Tapi ya... setidaknya mereka masih membantuku meskipun telat.

Jika ingin mengetahui tentang Fay dan Tony lebih lanjut lagi... Fay itu gadis yang manis, cantik dan sangat polos sekali, itu sisi baiknya. Monster adalah sisi buruknya, banyak sekali artian dalam kata monster tersebut, ya... begitulah dia.

Tinggi Fay tak jauh beda dariku, hanya saja aku sedikit lebih tinggi darinya. Untuk gadis sepertinya dadanya lumayan lah... hehe, tidak terlalu besar tidak juga tepos... hmm maksudku kecil, rambutnya putih, matanya merah, dia... ahhh sudahlah.

Pertama kali kami bertemu yaitu saat aku sedang menjaga toko, saat itu di malam hari saat cuaca sedang hujan datang seseorang dengan jas hujan dan masuk kedalam toko sambil membawa sebuah katana. Apu pikir awalnya dia seorang perampok, ternyata hanya gadis polos yang di dalamnya terdapat seekor monster yang terjebak. Dan sejak aku bertemu dengannya, semua masalah yang tak terduga muncul satu persatu di kehidupanku yang membuat seluruh hidup dan takdirku berubah total.

Tony, dia lebih tinggi dariku dan sedikit lebih pendek dari Robby. Wajahnya tak terlalu tua, umurnya juga tak jauh berbeda denganku. Aku 21 dan dia 24, dia adalah satu-satunya korban selamat di wilayahnya… itu yang dia bilang. Dan kami bertemu saat dia diserang oleh ghoul atau si anjing besar yang gila itu, dari sanalah kita memiliki tujuan yang sama.

Keesokan harinya saat aku bangun dari tidurku, aku melihat Fay sedang membaca buku. Sepertinya setelah bertarung dengan Haruka, Fay masih belum beristirahat dan juga... buka apa itu?! Sepertinya aku sangat mengenali buku itu.

Saat aku lihat lebih teliti lagi, buku yang sedang dibaca Fay ternyata sebuah komik! Tunggu... lebih dari itu!

Komik One Piece?! Bagaimana bisa? Dari mana dia dapatkan itu?

"Fay! Kau mendapatkan itu dari mana?"

"Dari si gadis sipit."

"Coba aku lihat."

"No!!"

"Sebentar saja!"

"No!!"

"Fay—"

"Nonononono... NO!!!!!"

"Ada apa pagi-pagi sudah ribut begini."

Tony pun terbangun dari tidurnya akibat kegaduhan kecil yang kami perbuat.

"Kalau mau sarapan tinggal datang saja ke ruang makanan, mereka sudah menyiapkannya, cepatlah sebelum habis."

Lalu orang yang sedang dibicarakan datang ke ruanganku, panjang umur sekali… Haruka. Mendengar tentang makanan Fay langsung memberikan komik itu kepadaku begitu saja dan pergi ke ruang makan.

"…?"

Kalau soal makan dia nomor satu, haaah.... benar-benar gadis yang sedikit unik dan aneh. Pada akhirnya kami semua pergi ke ruang makanan termasuk Haruka.

"Ngomong-ngomong kau dapat komik ini dari mana?"

"Hmm, aku menemukannya di sini, di perpustakaan. Aku membawanya dan tak sengaja bertemu Fay tadi pagi, lalu dia mengambilnya."

"....Begitu, ahh... ok ok."

Fay pasti mengambilnya secara paksa.

Setelah kami sampai di ruang makanan, banyak sekali orang-orang di sini. Ada yang sedang makan dan ada juga yang sedang mengantre mendapatkan bagian, salah satunya Fay... hmm. Jika dihitung-hitung lagi sepertinya ada sepuluh antrean dan sepuluh tempat yang memberi makanan, tiap antreannya terdapat banyak orang.

Aku mengantre bersama Tony dan Haruka, dan tanpa kusadari di depanku ada Robby dan yang lainnya, mereka juga sedang mengantre sarapan pagi.

"Yo... tuan penjaga kasir."

Aku menyapanya balik cukup dengan mengangkat tanganku.

Sesudah mendapatkan makanan kami bertujuh duduk di meja yang sama dan… tak di sangka, kami melihat Fay sudah berada di sana lebih dulu... tak aneh. Selesai sarapan pagi kami sedikit berbincang-bincang.

Robby, Levi dan Gea menyalakan rokok.

"Ada apa?"

Tanya Gea kepadaku.

"Tidak ada."

Robby menghisap rokok cukup lama lalu mengeluarkan asapnya lewat mulut dan hidungnya… lalu dia memasang wajah yang serius.

"Jujur saja misi ini sangat mustahil, dan kita bukanlah alat mereka. Jika kalian ingin tetap mengikutiku aku ucapkan terimakasih, dan jika memang tidak juga tidak apa-apa... aku lebih suka jika kalian tak mengikutiku. Alasan mengapa aku menyetujui misi ini tak lain adalah untuk mencari temanku, mantan rekanku waktu aku masih di kepolisian. Dia di kirim kesana dan sampai saat ini belum kembali. Dan alasan lainnya mungkin sama dengan apa yang pemerintah inginkan, hanya saja mereka tak ingin berkorban, mereka hanya melindungi diri mereka sendiri. Jadi bagaimana? Kalian masih ingin bersamaku?"

"Setelah semua yang terjadi, aku tak akan pergi kemana-mana, aku bersamamu kapten," tegas Juan sambil mengelap armor miliknya.

"Aku juga," sahut Haruka.

Gea dan Levi hanya memberi kode jika mereka juga akan tetap mengikutinya.

"Kalian... membuatku terharu saja sialan! Meskipun kita menuruti perintah mereka, tapi sampai saat ini mereka sama sekali belum terbuka kepada kita, mereka jelas sedang menyembunyikan sesuatu dan membuat kita pergi dari sini supaya tidak ada yang mencurigai mereka. Pak wali kota saat ini tak bisa berbuat apa-apa, dia memilih untuk dikendalikan demi warganya."

Tunggu di kendalikan? Apa maksudnya dengan dikendalikan? Tapi—aku mengerti.

"Apakah ini ada kaitanya dengan apa yang waktu itu kita temukan?"

"Ya, aku pikir begitu. Tapi kita harus tetap merahasiakannya."

"Apa yang harus kami rahasiakan?"

"Maaf aku lupa memberi tahu kalian, kalian bertiga juga harus tau. Waktu itu kami berpapasan dengan orang-orang penting di sini, dan tak sengaja aku menabrak mereka. Dokumen yang mereka bawa berjatuhan, dan sekilas aku melihat sebuah catatan mengenai pemusnahan masal."

Pembunuhan masal? Dokumen?

"Aku yakin sekali jika saat itu aku tak salah lihat, ini berkaitan dengan isu masyarakat tentang sebuah penelitian rahasia, proyek lubang dimensi.... Exitium."

Lagi-lagi aku mendengar sesuatu yang tak aneh, Exitium

"Exiyium mmmch dayam Bahasa kamuiichh mchh, itu... emhmmnm."

Oi… Fay... telan dulu baru berbicara, dia benar-benar bodoh jika sedang mengisi perutnya.

"Exitium, dalam Bahasa kami memiliki banyak arti, saah satunya penghancuran. Dan orang-orang lebih mengenalnya sebagai salah satu nama sihir tingkat legendaris, Exitium. Sihir itu adalah sihir penggabungan dua buah dunia menjadi satu, dan sihir itu sangat terlarang, tak sembarang orang yang bisa menggunakannya, karena sihir itu bisa berakibat fatal bagi ke dua dunia."

Semua orang terdiam dengan apa yang baru saja Fay ucapkan, aku pun begitu. Meski ucapanya terdengar ngawur tapi semua ceritanya saling berkaitan satu sama lain.

"Apa kau bilang??!"

"Woi juan! Kecilkan suaramu, kurasa cukup sudah kita membahas semua ini, orang-orang mulai memperhatikan kita, terutama pemerintah di sana."

"Maafkan aku kapten."

"Sepertinya kita memang harus pergi ke wilayah barat, kita tak punya banyak waktu, kita harus berangkat besok, apa kalian bertiga akan tetap ikut bersamaku?"

Aku rasa mencari tahu kebenaran bersama mereka adalah satu-satunya tempat yang aman, diam di sini juga tak menjamin lebih aman. Tapi, apa memang harus besok?? Tubuhku masih butuh istirahat, sialan.

"Fay, tentunya kau ikut kan?���

"Hmmph."

"Tony?"

"Ah... ohh ya... ya, tentu saja aku ikut."

Ada apa dengan Tony? Tak seperti biasanya dia bertingkah aneh, tapi ya… sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu.

"Baiklah kalau begitu, besok kita akan pergi ketika sedikit cahaya sudah terlihat."

"Ya, baiklah."

Setelah berbincang dengan mereka, banyak sekali yang kupikirkan dari apa yang sebenarnya pemerintah rahasiakan, belum lagi Fay bicara mengenai sesuatu yang tak terduga, dan wilayah barat. Aku yakin sekali jika di sana ada banyak jenis-jenis makhluk yang lainnya, sial... kenapa disaat seperti ini aku ragu! Sialan!

Setelah sarapan, aku pergi menuju perpustakaan untuk mencari komik One Piece yang lainnya. Fay dan Tony ikut denganku dan juga... Haruka, lirikan mata Fay terus tertuju pada Haruka. Ada apa ini? Apakah pertandingan semalam belum cukup? Padahal dia menang dengan mudah.

"Ada apa?"

"Tidak ada."

Di perjalanan tak sengaja kami berpapasan dengan Pak wali kota, sepertinya dia sedang membicarakan hal yang serius dengan beberapa orang. Mereka sedang menuju ruang multimedia, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan... sangat mencurigakan sekali.

"Ohh hai....! Kalian mau kemana?"

Pak wali kota menatapku dan menyapaku.

"Perpustakaan."

"Ohh begitu rupanya, tinggal lurus belok kanan lalu kiri dan sampai."

Aku melihat sekilas... mereka membawa barang-barang yang di bungkus menggunakan kardus dan berkas-berkas berlabel "TOP SECRET.". Sepertinya memang benar, ada yang sedang di sembunyikan oleh mereka, setelah kami melihat semua itu dengan cepat mereka bergegas pergi meninggalkan kami.

Sebenarnya aku tak peduli dengan semua ini, jujur saja aku lebih memilih mati tapi apa daya, aku bangkit dan bangkit kembali. Meskipun dalam artian lain, aku ingin tetap hidup, entahlah aku tak mengerti dengan diriku sendiri.

Selama ini hidupku selalu berada di ujung kematian dan aku selalu terselamatkan, maka dari itu aku tak boleh menyia-nyiakan hidupku lagi, setidaknya aku masih ingin hidup lebih lama dan melihat apa yang akan terjadi nanti.