Aku berjalan ke gadis itu dan menaruh kunci ke meja.
"Eh ada apa?"
"Apa maksudmu menyatukan kamar ku dengan kamar orang"
"Hah?"
Anak kecil itu mengeluarkan kapak dari bawah meja.
'buset'
Dia menendang kamar no 18 hingga terbuka.
'bjer kuat benar'
Kedua orang itu terkejut.
'aku juga terkejut bukan hanya kalian'
"Kalian lagi, kalian lagi, sekarang bagian mana yang akan ku potong, kaki, tangan, perut, atau perlu leher?"
"Anjir kabur!"
Kedua orang itu loncat dari jendela.
Gadis itu langsung melempar kapak keluar jendela.
Kapak itu malah kembali ke sini.
Gadis kecil itu menangkap kapak nya, ada sedikit darah.
'buset orang nya masih hidup??'
"Silahkan di pakai"
".... Boleh saya meminta kamar lain?, Suasana kamar ini dah aneh, di tambah tempat tidur nya basah..."
"Oooh boleh ini kamar no 19"
"Ok"
'ku benaran jadi ngeri ama tuh anak kecil njer'
Aku ke sebelah dan membuka pintu, aman, dan damai.
'haaah tidak bau hal aneh aneh, kok jadi roi kimochi"
Aku langsung meloncat ke kasur.
"Huaaaah empuk, dah lama gak tidur di kasur"
[Baru juga 4 hari]
"Bacot lu bangsat"
Aku membuka buku lalu menulis.
(Cara memisah biji besi dari bebatuan)
Tulisan itu menjadi biru.
Lalu aku menyentuhnya.
[Hmm ini super rumit
Ada beberapa cara tapi ku akan menjelaskan cara paling sering di pakai.
Pertama batuan yang di tambang di hancurkan menggunakan mesin bernama jaw crusher, ingat ini bukan mesin penghancur yang seperti rahang atau di timpak tapi ini seperti di giling dan kunyah.
Di setelah di hancurkan menjadi lebih kecil seperti kelereng, batuan di campur air dan di hancurkan lagi dengan penggiling.
Serbuk besi dan batuan di pisahkan dengan proses magnifikasi, yaah di pisah pakai magnet.
Setelah itu serbuk pasir di pisah lagi dari zat yang tidak di inginkan dengan di masukan ke tempat yang ada busa nya.
Busa itu akan menyaring partikel lain selain besi, yaah... Yang lebih berat dari besi mungkin jatuh juga, tapi sangat langka.
Setelah itu bubuk besi di keringkan dengan mesin vakuum.
Bubuk besi kemudian di masukan ke alat pemutar besar, di alat itu bubuk besi akan menjadi butiran kelereng.
Jadi deh bijih besi.
Memang ada perlu apa?]
~AN: ku cari di google ama yt, aku bukan lulusan smk mesin berat~
(Tidak ku hanya penasaran aja, di dunia yang luas ini pasti besi nya banyak)
'siapa tahu ku bisa kaya dengan menjadi juragan besi'
[Hah ngapain pakai cara ribet seperti itu, sekarang coba cek skill spesial mu]
"Skill spesial"
[ Ok persyaratan nya dah memenuhi
Fast learning
ore refiner
Kemampuan memisah bijih logam dengan batuan, caranya pikir sendiri
]
"Whut!?"
[Skill mu ini tergantung sifat dan keinginan mu, yang dia kasih hanya kemampuan mempelajari apapun dan itu bukan skill, tapi anugrah jadi tidak ada dalam daftar mana pun]
"Oooh..."
Akuu kemudian membuka buku sihir.
"Oh ok.... Pengendalian mana sudah, pengumpulan mana sudah, mengubah mana menjadi sihir sudah, lah semua sudah ku pahami..."
Aku memasukan buku panduan sihir ke inventory, lalu menjemur gelang ku.
"Hmm... Senjata aku belum jadi..., Oh! Mungkin ada fitur percepat"
'gawat kebiasaan ku muncul'
Aku keluar dari penginapan dan ke pandai besi.
"Yo ada apa lagi"
"Hmm... Apa bisa di percepat?"
"Hmm agak sulit nih, pesanan banyak"
"Bagaimana kalau ku bayar 2 kali lipat?"
"Benaran!?"
"Iya"
"Ok tunggu lah 1 jam lagi"
'oh rupanya bekerja juga cara begini'
Aku keluar dan berjalan jalan, ku melihat daging yang warna nya agak oren dan besar tapi bukan sapi.
"Hmm pak ini daging apa?"
"Itu daging paha treantaur"
"Hah!?"
'treantaur, treant dan centaur, gimana tuh???'
"Hmm... Harga nya agak mahal, mau?"
"Tidak jadi deh..."
'treantaur kan monster kok bisa ambil paha sih.. lagian itu juga kok kayu berdaging?'
Aku lalu ke penginapan lagi lalu ke kamar
"Saat nya skill nolep ku aktif"
Aku kemudian menutup mata ku dan membayangkan ku jadi mc di suatu anime.
Tak terasa 1 jam lewat.
[Bjir lu kuat juga]
"Hah aku ini sudah terbiasa"
'aku dah biasa nge nolep di kelas pas istirahat'
Aku berjalan ke pandai besi.
"Ini dia senjata dan perisai mu"
"Waw"
Aku melihat katana putih, agak panjang, pegangan juga merah.
Perisai ku seperti perisai yang ku pilih tadi, tapi tidak apa apa, katananya bagus.
"Hmm boleh ku tes?"
"Kurasa jangan di dalam sini..."
"Baiklah"
Aku mengikuti nya ke lapangan.
Di depan ada tiang besi.
Aku menebas dengan 2 tangan secara diagonal.
Lalu tiang itu tumbang.
"Haaaah!?? Apa apa an itu!?"
"Serem..." Ucap ku sendiri.
Aku melihat 1 tiang lagi.
"Itu tiang apa?"
"Itu tiang baja"
"Hmm.. ku coba ya"
Aku mengayunkan dengan dua tangan dan..
*TAAAANG!!!
Sekujur badan ku bergetar.
"Eeeek!"
Setelah agak baikan aku melihat pedang ku membuat sebuah goresan disertai retakan di tiang nya.
Pedang ku aman dan baik baik saja.
'waaah kokoh nih pedang'
"Berapa biaya ganti rugi ini?" Tanya ku.
"Tidak perlu.."
"Baiklah"
Aku mengambil bunga merah dan memberikan nya ke tangan nya.
"Ambil ini sampai jumpa"
"Waaah trima kasih banyak"
'gapapa, juga aku ada banyak'
Tenang aku sudah memasukan perisai ku.
Aku ke kamar penginapan ku.
Aku melepas jaket ku lalu aku memakai baju biru polos.
Celana olahraga ku ku ganti dengan celana coklat panjang polos.
Lalu aku memakai pelindung lutut.
Zirah kulit nya ku agak kesulitan memakainya, tapi tenang ku berhasil memakai nya.
Aku meletakan pedang dan sarung nya di pinggang kiri ku, karena di kanan ku ada buku ku.
"Yosh penampilan petualang Rita versi 1.0.0"
Aku berjalan di jalan desa, dengan menggunakan map ku bisa melihat letak main post di desa ini karena ku sudah keliling seisi desa ini.
Aku membuka pintu dan masuk.
"Ano... Ku mau mendaftar jadi petualang, dimana ya ku bisa mendaftar?"
Aku melihat 20 an petualang melihat ke arah ku.
'anjir malu'
"Disini nak"
Aku berjalan ke arah meja di depan ku.
"Kamu mau menjadi petualangan?"
"Iya"
"Hmm baiklah ini formulir nya"
Aku membaca formulir itu.
Hanya ada kotak.
"Ano ini gimana isi nya?"
"Hmm? Teteskan aja darah jari mu ke sana"
"Huuuh... Ok"
Aku mengambil pisau ku.
'hanya tinggal tusuk dengan pelan Rita...'
Aku menusuk ujung jari telunjukku dengan ujung pisau dan tidak terluka.
Aku mencoba sedikit kuat, juga tidak terluka.
Aku penasaran dan mencoba mengiris.
Tidak terluka juga.
"Haaah!?"
'aku bisa debus? Sejak kapan??'
Aku mencoba mengiris meja itu.
Mudah seperti mengiris mentega.
Semua petualang langsung melihat ke arah ku.
"....…...."
--------------