Dengan menggunakan kapak dan celurit, aku dengan mudah membunuh monster semak.
Bunga merah ku sekarang ada 98.
Hari telah berlalu.
Sekarang aku berdiri di depan nya.
Aku mengeluarkan pisau ku.
"Tunggu sebentar"
Dia berjalan ke semak semak lalu dia keluar membawa pedang kayu dengan cara mengigit nya.
Lalu dia melempar pedang kayu itu ke arah ku.
"Hmm?"
"Jangan pakai senjata mu, aku bisa mati dengan sekali tebas"
"Ooh baiklah"
Aku mencoba mengayunkan nya ke pohon, hanya menggores pohon nya saja.
"Oh ok"
Aku kemudian mengeluarkan penutup wajan ku.
"Baiklah"
Kami berdua saling menatap.
"Mulai!"
Aku maju ke depan lalu ku melihat garis biru dimana mana.
Aku menghindari garis itu sambil berlari ke depan.
Aku meloncat ke atas karena kaki ku merasa hal aneh.
Aku berada di depan dia
Namun dia menghilang.
Aku melihat ke bayangan ku, tidak ada mata, ku melihat sekeliling juga tidak ada.
Tangan kiri ku merasakan sesuatu, aku langsung mengarahkan penutup wajan ku ke kiri dan sesuatu menabrak penutup wajan ku.
Aku terlontar agak jauh namun ku tidak terpelanting.
Aku menebas pedang kayu ku ke depan lalu terlihat darah.
Darah itu menetes menjauh.
Lalu muncul macan putih.
Terlihat tangan kirinya terluka.
Aku langsung meloncat ke kanan, cahaya putih muncul di tempat ku berdiri.
Cahaya biru muncul dan langsung menghilang.
Karena tidak sempat menghindar ku melindungi tubuhku penutup wajan ku.
Penutup wajan ku menjadi panas.
Aku menyiram penutup wajan ku dengan water droplet ku.
'anjir gaya bertarung macam apa ini'
Aku melihat ke belakang, ke arah bayangan ku.
Ada mata.
'hah? Jadi yang ku tangkis ini??'
Aku menendang penutup panci ku ke depan sehingga aku juga terdorong ke belakang.
Tujuan ku untuk menghindari serangan dari bayangan ku sendiri.
Aku menggunakan pedang kayu ku untuk menghentikan laju ku terlontar.
'Aduuh kaki ku'
Tiba tiba dia di atasku, bersiap menerkam.
Aku reflek meloncat ke samping dan menebas perut nya.
Perut nya terbuka.
Lalu dia tumbang.
Aku langsung mengeluarkan bunga merah dan menempelkannya ke kepala nya.
"Hah, kamu pemula tapi reflek mu itu sudah seperti para ahli saja"
"Ahahaha...."
'sebenarnya aku'
Aku membuka pintu kaca.
"Yo Rita datang lagi?" Ucap cewe bernama Rine.
"Ahahaha ku jadi suka main itu"
"Ohohoho dah ku bilang enak kan"
"Yah.. kebetulan kau kerja disini ku jadi lebih enakan"
"Ahahaha kamu menghasilkan uang cukup banyak loh"
"Idih seperti biasa"
"Ok"
Aku masuk ke salah kamar.
"Haaaaah indah nya"
Di depan ku ada layar, mesin dan paling penting.
"VR!!!"
Aku memaikai VR dan memegang sensor nya.
"Rtyhm saber, rythm saber"
Karena itu lah kecepatan gerak, reflek dan mata ku meningkat, ku bermain itu sekitar 3 bulan, yah.. karena Rine pindah pekerjaan jadi ku gak bisa dapat diskon.
"Wah wah, kamu tidak terluka sama sekali"
"Eheh"
"Kurasa sudah cukup, kamu bahkan bisa solo melawan ku"
"Kurasa ngak, kalau aku tidak punya trait insting dan aoe seeker ku tidak akan bisa melawan mu, semua ini juga berkat anda"
"besok hari terakhir musim bunga strienem, aku sarankan kau kumpulkan sebanyak mungkin karena itu hanya akan ada lagi 2 tahun ke depan"
"Waah"
Akhirnya aku mencari sebanyak mungkin dan aku mendapatkan 200 bunga.
Ku memutuskan untuk ke desa saat malam hari, karena ku tidak mau bertemu 6 orang misterius itu.
Malamnya.
"Baiklah sampau jumpa"
"Bye guru"
Aku berjalan dengan santai karena ada gelang bercahaya di tangan kiri ku.
Setelah agak lama berjalan aku melihat garis biru yang agak lebar.
Aku langsung menghindar dan sesuatu berwarna putih melintas.
Benda putih itu berhenti dan terlihat burung hantu sebesar badan manusia.
"Kau menghindari serangan ku?"
"Huuaaah!? bisa bicara"
'suara nya tidak berat malah enak di dengar'
"Hah kau bisa dengar ucapan ku!??"
""...""
"Kamu teman pak macan?"
"Bukan aku kebalikannya"
"Musuh?"
"Bukan, si bocek itu boss di hutan saat pagi, kalau aku saat malam"
"Oooh"
"Kamu kenal dia, ooh jadi begitu ku paham"
Puluhan lingkaran biru muncul dan dan ada juga garis biru yang bukan di tanah tapi melayang di udara.
Aku menghindari semua itu dan buar!
Ledakan dimana mana.
"Hmm terbukti kau bisa melihat nya"
Tiba tiba ada duri menancap di depan kaki ku.
"Tapi kau tidak bisa melihat lingkaran sihir, baiklah karena dia mengajarimu, aku akan mengajari mu juga, tapi pertama matikan cahaya itu dulu"
Aku memasukan gelang ke inventory seketika menjadi gelap gurita.
"Sekarang coba hindar serangan ku"
Lingkaran biru masih bisa terlihat walau dalam gelap.
Aku menghindar dengan enteng karena hanya 1.
"Bagus sekarang coba lihat pohon di sekitar mu"
"Haah kan gelap bagaimana bisa?"
"Kau pasti bisa"
Aju melihat sekeliling hanya gelap gelap.
Lalu ku tersadar
Di dalam kegelapan ada sesuatu yang lebih gelap.
Ku berjalan perlahan dan meraba nya.
"Keras ini pohon ya?"
"Itu paruh ku"
"Ah maaf maaf"
Aku mundur perlahan lahan
Aku melihat lebih jelas lagi, benaran seperti ada sesuatu yang lebih gelap
"Ok sekarang coba hitung berapa jumlah cakar di kaki ku"
"Aaaaih.."
Aku melihat ke arah nya, bagaimana ku tahu? Karena dia lihat ke aku.
Saat aku mencoba konsentrasi ku melihat seperti aura hitam di sekitar tubuh nya, aura nya lebih hitam ketimbang yang di pohon.
"4 di atas 3 di bawah"
"Kau melihat nya kan? Bagus, kau memiliki potensi menjadi monster"
"Eh!?"
"Yaah.. itu karena manusia tidak bisa mempelajari skill spesial monster, tapi kamu bisa"
"Aah mungkin karena skill fast learning ku"
"Hmm bisa juga, baiklah ku akan menyerang dengan serangan fisik, hindarilah serangan ku"
Aku melihat wujud badan nya walau agak samar samar
Di bantu skill insting ku bisa menghindari cakar dan paruh nya.
"Ok lanjut ke materi berikutnya, kamu ada satu kelemahan"
"Apa itu?"
"Kamu tidak bisa melihat lingkaran sihir"
"Huuh...."
"Tenang kau pasti bisa belajar dengan cepat"
"Aku tidak tahu bagaimana cara kalian manusia belajar lingkaran sihir, tapi mungkin kau bisa dengan metode kami, sekarang tutup mata mu"
Ku menutup mata ku
"Sekali melihat biasa nya akan bisa melihat, sekarang keluarkan mana mu dan bayangkan bentuk yang kau inginkan, yah... Manusia tidak bisa mengeluarkan mana mereka karena mereka tidak bisa mengendalikan mana di alam, tapi kamu coba saja"
"Asalkan mana nya keluar dari tubuh kan?"
"Yaa.. manusia bisa mengeluarkan mana dari tubuh nya saat kepenuhan tapi bakal meledak"
"Oh ok, mana charger"
Mana keluar dari tubuh ku, aku langsung mengumpulkan nya dan membentuk sebuah lingkaran polos.
"Apa?"
Aku membuka mata ku dan melihat lingkaran berwarna kuning.
"Ini?"
"Aku terkejut bangat, kukira bakal meledak tadi, sudahlah, sekarang coba lihat punya ku"
Dari atas kepala nya muncul lingkaran merah dengan tulisan tulisan aneh, tapi ku bisa membaca nya.
"Tombak sirphin"
"Hah!? Kau bukan hanya bisa lihat, tapi bisa membaca nya"
"...."
"Sudah lah, oh iya kalau kau mau berguru teknik monster kau bisa ke lantai terdalam gua phiren"
"Oh terimakasih"
"Masama, kamu kau kemana?"
"Ke desa"
"Hah? Kamu ke desa tapi malah ke arah reruntuhan?"
"Hah?"
"Desa tuh kebalikan dari arah jalan mu"
"Beneran?"
"Benaran lah"
"Trima kasih atas info nya"
Aku berputar arah dan berjalan dengan santai.
'Eh kok ku jadi bisa jalan di dalam gelap, biarkan lah'
Aku berjalan lalu tersandung sesuatu.
Aku segera memakai gelang ku dan melihat ular hitam sebesar paha ku.
"Gyaaaaaaaaaaa!!"
-------------