Chereads / COMPLICATED / Chapter 11 - 1.0

Chapter 11 - 1.0

Mata bella terbuka, pandangannya memburam, sudut bibirnya masih terasa agak ngilu

Ia melihat seluruh teman temannya, kecuali nathan

Bara mendekati bella "gila lu bel, besok besok kalau ada tauran sekolah, lu ikut aja jadi panglima cewe nya " ucap bara dengan bangga

Jennie mendorong tubuh bara untuk bergeser "gigilo panglima"

Bella menarik tangan jennie "Nathan kemana?" Tanyanya

"nathan-... dia itu lagi di—" ucapan jennie terputus , bella tersenyum "oh jadi tadi itu beneran nathan"

Aalisha dan ava ikut mendekati bella

"Ada kita bel" ucap mereka berdua

"Gausah mikirin nathan dulu" ucap jennie

"kalau butuh cowo cowo juga kita siap kok panglima" timpal jayden "iya ga guysss" lanjut nya menatap bara dan reynand

"bisa aja kalian" balas bella

Brakk!!

Harvey tiba tiba saja datang lalu memeluk bella erat "lu gapapa bel?" Tanya nya

"Menurut lu?" Balas bella

Harvey memegang pipi bella yang agak memar "lu gila sih dari dulu"

"Inget cuy , mantan gebetan gaboleh main peluk" sindir reynand

Harvey menatap sekeliliing "trus nathan kemana?"

Bella turun darii ranjang uks lalu berjalan menuju pintu keluar "sama marsya" balas bella

Harvey melotot saat kalimat itu masuk ke indra pendengarannya "marsya mantannya kann?!!"

"kok gua gatau ya mereka mantanan" gumam bella menatap teman temannya

Yang lain hanya bisa mengangguk tak enak pada saat itu

"Brengsek" umpat Harvey

"Hati hati ca" ucap nathan "gua balik" timpal nya

Marsya menahan nathan pergi "Kamu gamau nganterin aku nath?"

"Gua harus nganter bella" balas nathan

"Tapi kan dia mukul aku" ucap marsya dengan wajah menunduk

"Ga gitu ca"

Marsya membuang muka "Yaudah pulang aja sana"

"oke"

"ntar aku kasih tau tante ana kalo anaknya begini"

"gausah bawa bawa nyokap gua."

"ya aku sih simple aja ya kal-"

"iya gua anter lo"

Nathan berjalan berdampingan bersama marsya melewati lobby sekolah menuju parkiran

Sedangkan lobby sekolah adalah tempat bella dkk dan nathan dkk berkumpul , jadii pandangan pasti terkumpul menatap marsya dan nathan

Bella berlari menghampiri nathan "ayo pulang nath"

Nathan membalas nya dengan ragu "bel maaf aku—"

Marsya memegang lengan nathan "dia nganter gua pulang, minggir lo" ucap marsya

"kok lu jadi ga sopan begini ca sama gua"

"apasih ga usah soasik"

Bella mengangguk kecil "YAUDAH IYA" ujarnya sambil menatap wajah nathan

"maaf bel" tutur nathan

"iya gapapa aku sama harvey" bella berbalik agak mendorong tubuh marsya

Bella masuk ke mobil harvey di depan pandangan nathan

Rahang nathan mengeras, ia tak suka gadisnya bersama pria lain. Tapi ia menahan amarahnya karena ia juga tidak bisa mengantar bella pulang

Bella membuka jendela mobil harvey untuk pamitt ke teman temannya tanpa ada niat pamit untuk nathan "BYE GUYS!!! " pamitnya kencang

bella terduduk di samping harvey "gua strong woman banget ga sih vey"

"ya you are, as always"

Ditengah perjalan bersama harvey ucapan nya tentang 'strong woman' hanyalah alibi

Dada bella sesak , ia menangis tak karuan, pikirannya kacau

"kenapa ya nathann jahat begitu ya" gumam bella berkali kalii

"Bel.." ucap harvey menatap bella

Harvey menghentikan mobil nya "udah nangis nya arabella"

Percuma saja, gadis itu makin terisak

"Bel stop!" Bentak harvey

bella menjeritt "Kenapa harus gini sih veyy!!"

Tangis bella tidak berhenti, perasaanya campur aduk

Harvey memeluk bella, berusaha menenangkan bella. Niatnya tulus, tidak ada perasaan modus

"its okay bel, just cry, cry as much as u want"

mendengar itu membuat tangis bella mereda, rasanya seperti de javu, belum lama ini nathan lah yang mengatakan itu. sekarang giliran harvey

"Masuk ga vey?" Tawar bella

Harvey menggeleng "gak ah, jangan nangis lagii yaaa"

"Mata lo kek bakpao produk gagal" ledek harvey

Bella mengerucutkan bibirnya "jahattt bangett"

"hahahaha bercanda,"

"langsung mandi bel biar pikiran lu tenang, gua balik yaa"

Bella mengangguk "aye captain, thank you vey"

"no problem"

Tak lama mobil Harvey berjalan pergi hingga menghilang dari pandangan mata bella

"TAI!" Umpat bella membayangkan kejadian yang terjadi hari ini

"BELLAAA!!" teriak mami nina dari lantai bawah

Bella turun ke bawah , menghampiri nina "Kenapa mi?"

Mami nina menunjuk pintu rumah "ada Nathan diluar"

Wajah bella memurung mendengarnya

"Bilang aja bella gamau ketemu" ucap bella yang kemudian pergi kembali ke kamarnya

Bella mengecek ponsel nya

<21 missed calls from nathan jelek>

<10 messages from nathan jelek>

Tidak ada niatan membuka semua itu , bella sudah memaafkan nathan hanya saja rasa kesal nya belum hilang

Drrtttttt, ponsel bella berbunyi

bel bilangin supir suruh jemput di kantor, papi mau rapat buru buru

Telefon aja napa pi||

ga diangkat, paling lagi ngobrol sama satpam di bawah

Et dah papi, minta sama mami aja||

ntar papi tf

nah kalo gitu bisa dibicarakan pi||

bentar ya pi||

astagfirullah, untung dia anak kamu gleen

Bella keluar kamarnya menuju pintu keluar, ia fikir Nathan sudah pulang

Nyatanya

"bella"

Bella tak acuh akan itu, ia berjalan menuju pos satpam rumahnya menghampiri sang supir . Lalu berencana masuk lagi kedalam rumahnya

Tangan bella dicekatt nathan "apasih nath" ucap bella menghindari genggaman nathan

"Bell maafin aku bellaa"

"iya dimaafin" balasnya tanpa ada niatan menatap nathan, posisinya sekarang membelakangi nathan

nathan berniat meraih tangan bella "yaudah liat aku dulu sini"

"apansih lu"

lagi lagi,

gadis itu menghindar.

"emang aku sesalah itu ya sampe kamu kaya gini"

mendegar ucapan itu membuat ditatapnya nathan, rasanya ubun ubunnya mendidih dibuatnya "HAH? SESALAH ITU? LO WARAS?"

"kenapa kamu gini sih"

"GUA? LO TANYA GUA? harusnya lu mikir nath"

"Ya lagian kamunya juga, kamu jagoan?..."

"...Mukulin marsya segala, emang aca punya salah apa sama kamu?" Balas nathan

Bella menunjuk gerbang rumahnya "Pulang deh lo mending" usir bella

"Maafin aku arabella"

"suka suka lu aja deh bro"

"...aku bingung kok kamu bisa nuduh salah satu pihak yang posisi nya pacar kamu..." tutur bella

"...dan bahkan kamu gapunya bukti" ketus bella

"Maaf"

"Berhenti minta maaf!" Bentak bella

Mami nina yang mendengar keributan itu menuntun bella untuk masuk ke dalam

Nina berbicara kepada nathan "bella akan marah kalau dia merasa dia ga salah, tapi dia pemaaf kok"

"Nathan pulang aja, jangan maksain" lanjut nina

nathan mengangguk dengan senyum yg dipaksaan "he he iya maaf tante"

'maaf'

lagi lagi sudah sekian kalinya ia minta maaf

nathan terdiam diri didalam mobilnya, ia masih shock akan sifat keras bella, tapi ia salut karna setelah sekian lama hanya bella yang berani membentak nathan

memang pada dasarnya seperti kata orang orang, jangan terlalu cepat membuat suatu hubungan jika dirasa belum mengenal satu sama lain. atau akhirnya jadi begini.

nathan yg tak tau sifat keras bella, dan bella yang tak tau menau kehidupan masa lalu nathan

Nathan sedang dalan perjalanan pulang.

tapi sebelum pulang, ia menyempatkan diri terlebih dahulu ke tempat favoritnya

pada saat nathan masih kecil, bunda ana sering membawanya ke sini setiap kali ada berita baik untuk keluarga mereka

apalagi kalau bukan pantai.

hamparan langit dengan torehan matahari tenggelam memantulkan cahayanya kearah pupil mata nathan, tentunya dengan suara ombak bertabrakan satu sama lain yang tak sadar menjadi backsound tersendiri

sejak kecil, otak nathan seakan sudah di doktrin kalau matahari menjadi bukti bahwa apa pun yang terjadi setiap hari dapat berakhir dengan indah.

tapi setelah beranjak dewasa, kalimat itu hanyalah mitos belaka, karna pantai menjadi sarana lamunannya setiap kali pria itu terpuruk

kalimat yang lebih tepat menurutnya adalah matahari terbenam membuat kita mengerti apa arti dari sebuah kata rela.

rela kehilangan keindahan dari cemerlangnya langit jingga karna malam pun akan datang tak lama setelahnya

maka dari itu setiap kali nathan merasa terpuruk, ia akan datang ke pantai tuk menatap matahari tenggelam.

supaya ia membuka mata dan rela akan apa saja yang baru menimpanya

Nathan mengambil kerikil di pinggir pantai, melempar nya ke tengah laut

"SCREW U NATHAN" Umpat nya keras setengah menangis

biasalah, tangis penyesalan.