Chereads / Me And My CEO / Chapter 3 - Pertemuan Kedua

Chapter 3 - Pertemuan Kedua

Ruangan Rayhan

Setibanya Audrey di ruang kerja Rayhan, Rayhan dengan segera mempersilakan Audrey untuk duduk di kursi depan meja kerjanya. Sedangkan ia sendiri duduk di kursi kekuasannya, seraya membuka berkas CV milik Audrey dan melihat-lihatnya lagi.

"Nama Audrey Clare, umur 21 tahun, pendidikan terakhir Diploma 3 sekertaris dan pernah magang di bagian administrasi di perusahaan impor. Heum, benar-benar cocok," dikte Rayhan melirik CV dan Audrey bergantian, kemudian meletakan map yang di pegangnya dan menyangga dagunya melihat dengan seksama ekspresi tenang yang di tampilkan oleh calon personal asisten atasannya.

"Apa surat kontraknya sudah kamu baca semua? Apakah ada yang di tanyakan?" tanya Rayhan beruntum dengan Audrey yang segera menjawab saat ada sesuatu yang mengganjalnya.

"Mengenai 24 jam bekerja. Maksud saya, apa saya harus benar-benar ada di samping Tuan saya nanti?" sahut Audrey bertanya, dengan Rayhan yang mengangguk mengerti.

"Mengenai itu tidak seperti yang di bayangkan. Jadi, maksudnya di sini. Kamu harus siap sedia di luar jam kerjamu, jika sewaktu-waktu Tuan Xavier membutuhkan. Pekerjaanmu termasuk menyiapkan segala macam kebutuhan saat kalian akan menghadiri meeting di luar negeri. Apapun keperluan Tuan Xavier itu adalah tanggung jawab kamu," jelas Rayhan membuat Audrey mengangguk.

"Maksudnya, saya yang menyiapkan keperluan seperti pakaian dan apapun itu yang di butuhkan Tuan Xavier. Begitukah?" tanya Audrey saat ia menarik kesimpulan garis besar versinya.

"Bisa di bilang seperti itu. Personal asisten terdahulu juga seperti itu, tapi mereka tidak kuat saat menjalani 24 jam dengan kepadatan jam kerja Tuan Xavier. CEO kita memiliki jam kerja dan istirahat yang tidak seimbang dan terkadang mempunyai keinginan yang di luar pikiran,"ujar Rayhan membuka kartu.

Ia hanya tidak ingin personal asisten baru yang kesekian di bulan ini lagi-lagi berhenti, karena kelakuan minus teman sepopoknya.

Ia sudah lelah mencari yang baru lagi, saat personal asisten terdahulu dengan tiba-tiba memberikan surat pengunduran diri, karena CEO sekaligus temannya itu memberi tugas yang di luar kemampuan mereka.

Tidak perlu di berikan contoh, ia tidak ingin mengusap wajahnya tiba-tiba saat mengingat kelakuan Xavier yang selalu membuatnya mengusap dada.

Mendengar apa yang di katakan oleh tangan kanan CEO di perusahaan tempatnya akan bekerja, Audrey sedikit merasa takut dengan apa yang nantinya akan menimpahnya.

Tapi, saat mengingat lagi jumlah uang yang akan di terimanya di setiap bulanya. Ia pun mau tidak mau mengambil keputusan ini. Ibu dan adiknya menunggu kiriman uang setiap bulan darinya, bagaimana bisa ia tidak bekerja dan lagian kesempatan ini tidak datang untuk kedua kali untuknya.

"Baik, saya mengerti. Pak Rayhan," ujar Audrey akhirnya dengan kepala mengangguk dan itu membuat Rayhan yang mendengarnya tersenyum puas.

"Bagus! Kamu hanya perlu menandatangani dan saya akan mengantarmu kepada Tuan Xavier," sahut Rayhan dengan nada senang.

Audrey pun dengan segera menanda tangani kontrak kerja dan berjabat tangan dengan Rayhan setelah selesai dengan urusan surat-menyuratnya. Lalu, seperti yang di katakan oleh Rayhan, Audrey pun di antar oleh Rayhan menuju ruangan paling atas di mana ruangan CEO mereka berada.

Mereka kembali menaiki lift dan berjalan bersama ke arah satu-satunya pintu yang berada di lantai ini. Pintu yang terbuat dari kayu jati berkualitas ini terlihat kokoh, dengan cat berwarna coklat tua mengkilat, terlihat kokoh di pandangan Audrey yang baru kali ini melihatnya.

"Tunggu sebentar di sini, saya masuk lebih dulu dan saat saya memanggil, kamu baru sudah boleh masuk. Mengert?" ujat Rayhan saat mereka sampai di depan pintu, menuai anggukan kapala dari Audrey yang kini berdiri tegak di hadapannya.

"Mengerti," sahut Audrey segera.

"Bagus," gumam Rayhan kemudian mengetuk pintu dan membukanya saat mendengar sahutan dari dalam.

Sementara itu disaat yang bersamaan, di ruangan milik Xavier.

Saat ini Xavier sedang mengerjakan pekerjaannya, pekerjaan yang sudah di kerjakan oleh Rayhan namun kembali ia evaluasi sebelum ia membubuhkan parafnya.

Disaat ia sedang fokus dengan pekerjaannya. Ia medengar ketukan pintu dari luar ruangannya, membuatnya berhenti dari acara membaca dan menyahuti segera ketukan tersebut.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" seru Xavier dengan sedikit keras, kemudian kembali menunduk untuk membaca kertas di depannya.

Ceklek!

"Selamat pagi, Bos," sapa Rayhan dengan Xavier yang kembali mengangkat wajahnya dan menjawab dengan anggukan kepala.

"Hn, pagi. Ada apa?" tanya Xavier, menghentikan aktivitasnya dan melihat sepenuhnya ke arah Rayhan yang berdiri di hadapannya.

"Personal asisten yang kemarin saya bilang sudah datang dan saat ini sedang menunggu di luar," jelas Rayhan dengan lugas, membuat Xavier yang mendengarnya menganggukkan kepala, mengerti.

"Kalau begitu persilakan masuk," perintah Xavier dengan segera dan disaat bersamaan pula, entah kenapa ia merasa senang dengan kabar kedatangan personal asisten barunya ini.

Alasannya tidak jelas. Namun, ia hanya merasa senang dengan kedatangan si asisten baru, karena artinya pekerjaannya tidak terlalu banyak dan akan ada yang membantu atau mungkin karena ia ingin kembali mengerjai asistennya.

Yang mana saja, yang pasti ia tidak sabar untuk bertemu dengan personal asistennya yang baru.

"Baik, Bos!" sahut Rayhan, kemudian berjalan ke arah pintu masuk dan membukanya sedikit.

Ceklek!

"Masuk, Tuan Xavier ingin bertemu," ujar Rayhan setelah membukakan pintu untuk Audrey.

"Terima kasih," balas Audrey dengan kepala mengangguk, juga jantung berdegub karena ia akhirnya akan bertemu dengan CEO-nya.

Tap! Tap! Tap!

Suara sepatu hills yang beradu dengan lantai marmer itu menggema, seakan menjadi musik iringan saat Xavier akhirnya bisa melihat rupa dari asisten barunya yang kini sedang menundukkan wajahnya dan berjalan di samping Rayhan yang melihat Xavier dengan alis terangkat, menebak.

"Ada apa dengan Xavier," batin Rayhan penasaran.

Tentu saja Rayhan penasaran karena belum ada wanita yang membuat Xavier di pertemuan pertama terdiam, karena biasanya justru Xavier akan segera mengirim kerlingan menggoda.

"Audrey," panggil Rayhan, sehingga Audrey yang sedang menunduk pun segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Rayhan segera.

"Iya, Pak?" sahut Audrey bertanya.

"Ini adalah Tuan Xavier. Beliau adalah CEO dari Invesky Group, silakan perkenalkan diri," lanjut Rayhan membuat Audrey yang mendengarnya segera menolehkan wajahnya ke arah Xavier yang masih terdiam.

"Baik," gumamnya dan kemudian memanatap biasa ke arah Xavier yang hanya bisa terdiam.

"Selamat pagi, Tuan Xavier. Perkenalkan nama saya Audrey Clare ..."

Sementara Audrey yang memperkenalkan diri dengan lancar, Xavier yang terdiam sama sekali tidak mendengarkan. Ia justru melihat Audrey dengan pikiran mencoba mengingat, ketika ia seperti merasa pernah bertemu dengan personal asisten barunya.

"Hum ... Benar, dia ini yang di mall kemarin. Aku masih mengingat lehernya yang begitu jenjang minta jamah," batin Xavier tanpa sadar menelan saliva susah payah.

Bersambung.