Chereads / Me And My CEO / Chapter 4 - Mulai Bekerja

Chapter 4 - Mulai Bekerja

Ruang CEO

Perkenalan sudah selesai dengan Audrey yang harus mengernyit saat CEO-nya hanya diam melihatnya, alih-alih bertanya tentang ia lebih lanjut. Dalam hatinya bertanya, ada apa dengan sang CEO, sehingga ia di pandangi berbeda oleh mata yang sebenarnya menatapnya datar.

Benar, menatapnya datar namun jika di perlihatkan ada kilatan tertarik di sana dan Audrey tidak menyadari itu.

Rayhan yang melihatnya berdehem, sehingga Bosnya yang tadi fokus dengan leher jenjang Audrey pun mengalihkan pandangannya ke arah Rayhan, dengan alis terangkat sebelah, seakan bertanya namun tanpa kata.

Rayhan melirikkan bola matanya ke arah Audrey yang diam berdiri kaku, karena perkenalannya hanya di anggap angin lalu oleh Xavier yang sibuk melihat leher, ketimbang mendengar perkenalan dirinya.

"Cewek bercepol yang kemarin, ternyata bertemu lagi," batin Xavier dengan senyum kecil. Ia menegakkan punggungnya, berdehem singkat untuk menghilangkan efek canggung karena perbuatannya.

"Bisa-bisanya aku melihat lehernya, disaat perkenalan seperti ini," lanjutnya masih dalam hati.

"Ehem ... Jadi, tadi siapa namanya?" tanya Xavier dengan nada santai, membuat Audrey yang mendengarnya mengulas senyum sabar, padahal dalam hati sudah sibuk menyumpah serapahi sang CEO yang masih menatapnya tanpa dosa.

"Apa segitu tidak berartinya perkenalan dari bawahan seperti aku begini, sehingga dia bisa seenaknya," gerutu Audrey dalam hati.

Namun yang namanya bawahan, mau benar sekalipun ya tetap harus menuruti atasan, iya kan?

Jadi, Audrey pun dengan ramah kembali memperkenalkan dirinya kepada Xavier yang mengangguk mengerti.

"Nama saya Audrey Clare, Tuan," ucap Audrey, kemudian tersenyum ramah.

"Oke, Audrey. Jadi, apakah kamu sudah membaca peraturan dan segala macam remeh-temeh yang harus kamu patuhi, jika ingin bekerja di sini?" tanya Xavier dengan nada profesional, aura kepimpinannya menguar kuat sehingga Audrey yang merasakan perubahan tiba-tiba CEO-nya menelan saliva gugup.

"Sudah Tuan, saya sudah membaca dan memahaminya," jawab Audrey dengan segera, mengangguk singkat dengan Xavier yang ikut mengangguk puas.

"Baiklah, selamat bergabung di Insvesky Group. Semoga betah bekerja di sini," ujar Xavier dengan biasa, menatap lurus ke arah Audrey yang kembali mengangguk.

"Aku akan melakukan yang terbaik, terima kasih, Tuan," timpal Audrey senang.

Xavier mengangguk dan melirik ke arah Rayhan yang juga menganguk mengerti.

"Audrey, mari saya antar ke ruanganmu dan menunjukan apa saja yang hari ini harus kamu kerjakan," kata Rayhan mengambil alih, membuat Audrey segera menoleh ke arah Rayhan dan kemudian mengangguk kecil.

"Baik, terima kasih," sahut Audrey semangat, kemudian Rayhan dan Audrey membungkuk singkat untuk pamit meninggalkan ruangan.

"Kami permisi, Bos," ujar Rayhan mewakilkan.

"Hm, silakan," sahut Xavier dengan kepala mengangguk singkat.

Rayhan dan Audrey pun meninggalkan ruangan Xavier, menuju ruangan yang ternyata masih satu ruangan dengan kantor milik CEO mereka, namun di sekat oleh kaca tebal kedap suara sehingga satu sama lain bisa saling melihat, namun tidak untuk saling bicara.

Rayhan membuka pintu kaca di sebelah pintu kaca ruangan milik Xavier.

Jadi, ruangan CEO mereka ini memiliki 3 pintu masuk dan keluar, satu pintu utama yang terbuat dari jati berkualitas. Lalu dua lainnya adalah ruangan Xavier sendiri kemudian ruangan untuk asisten atau yang sekarang ruangan Audrey.

Rayhan mendorong pelan pintu kaca ruangan asisten, kemudian mempersilakan Audrey masuk baru disusul olehnya.

"Silakan," ujar Rayhan.

"Terima kasih," sahut Audrey kemudian memasuki dengan netra melihat sekitar, menghapal setiap sudut ruangan yang akan menjadi tempatnya bekerja.

Rayhan menutup pintu itu dengan pelan, kemudian berjalan menuju meja dan berhenti di hadapan sebuah perangkat komputer. Ia menghidupkan CPU dan mengoprasikan perangkat elektronik itu dengan gerakan pro, menggerakan jari jemari panjangnya dan menimbulkan bunyi ketikan cepat.

Audrey hanya melihatnya dalam diam, kemudian mendekat saat melihat gesture Rayhan yang menyuruhnya untuk mendekatinya.

"Lihat, semua file penting tersimpan rapih di sini. Asisten yang bekerja punya metode sendiri dan kamu juga bisa menggunkan cara kerjamu sendiri. Senyaman kamu saja," ujar Rayhan menjelaskan, dengan sesekali tangannya menggerakan mouse dengan kursor menunjuk satu per satu file di dalam komputer.

"Baik, mengerti," sahut Audrey dengan netra terfokus pada layar komputer.

"Kalau begitu, tugas pertama kamu adalah mengingat jadwal meeting apa saja yang akan Tuan Xavier hadiri hari ini," lanjut Rayhan seraya mengulurkan sebuah agenda kepada Audrey, menuai anggukan kepala mengerti dari Audrey yang menerima agenda tersebut.

"Baik, akan saya ingat dengan cepat," sahut Audrey, membuka buku catatan itu dan mulai membacanya.

"Catat setiap telepon yang masuk, atur setiap jadwal dan jangan sampai bertabrakan dari satu meeting ke meeting lainnya. Paham?" imbuh Rayhan dan lagi-lagi Audrey mengangguk.

"Paham."

"Nah, baiklah selanjutnya kamu bisa belajar pelan-pelan. Jangan sungkan untuk bertanya, mengerti kan Audreya?" ucap Rayhan mengakhiri penjelasannya.

"Mengerti, Pak Rayhan. Saya akan cepat belajar dan tidak mengecewakan bapak, saya juga akan selalu bertanya jika ada yang tidak saya mengerti," balas Audrey dengan senyum yakin, sehingga Rayhan yang melihatnya ikut tersenyum meski tipis.

"Bagus. Kalau begitu saya tinggal dan selamat bekerja, Audrey," timpal Rayhan kemudian meninggalkan ruangan di mana milik asisten yang akan menjadi milik Audrey hingga masa kerjanya berakhir.

"Terima kasih, Pak Rayhan."

"Kembali kasih," sahut Rayhan kemudian menutup pintu dan menyisakan Audrey yang segera mengerjakan pekerjaan sesuai apa yang di interuksikan Rayhan.

Sementara Audrey yang sedang mengerjakan tugas pertamanya, Xavier yang saat ini sedang melihat laporan dari Rayhan kembali mengalihkan netranya ke arah pintu, saat mendengar ketukan dari luar sana dengan Rayhan yang berdiri.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Ceklek!

"Ada apa, Ray?" tanya Xavier kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke arah laporan yang di pegangnya.

"Saya sudah menjelaskan tugas pertama untuk asisten baru," ujar Rayhan menjelaskan, menuai anggukan kepala mengerti dari Xavier yang masih fokus dengan laporanya.

"Sepertinya asisten baru ini membuatmu tertarik, Xavier," lanjut Rayhan menjelaskan, dengan pernyataan dan memanggil nama CEO-nya dengan nada curiga. Bahkan ia memanggil CEO-nya dengan nama, bukan Bos lagi dan Xavier yang mendengarnya hanya terkekeh geli dengan kepala menggeleng main-main.

"You say, you know me so well, Ray. Damn, she's so hot, (Kamu bilang, kamu tahu aku dengan sangat, Ray. Sialan, dia sungguh seksi)" ujar Xavier dengan santai.

"Kamu selalu bilang seperti itu, jika melihat seorang wanita," timpal Rayhan dengan nada bosan.

"Tidak, Ray. Kamu lihat leher jenjangnya, itu sangat menggoda," tukas Xavier menolak apa yang di katakan oleh Rayhan, meskipun benar adanya jika ia akan mengucapkan itu jika bertemu wanita seksi di luar sana.

"Ya-ya-ya ... Terserah kamu," sahut Rayhan dengan Xavier yang kembali terkekeh.

Bersambung.