Chereads / Me And My CEO / Chapter 8 - Makan Siang Awal Masalah

Chapter 8 - Makan Siang Awal Masalah

Restauran Eropa Kota X

Mobil yang membawa Xavier dan Audrey akhirnya sampai di pelataran parkir restoran di mana mama dari sang CEO menunggu.

Sebelum turun dari dalam mobil, Xavier menghadap ke arah Audrey yang juga menghadap ke arahnya dengan wajah bertanya.

"Ada apa. Tuan?" tanya Audrey dengan kening berkerut saat melihat wajah sang atasan yang terlihat serius.

"Drey," panggil Xavier alih-alih menjawab pertanyaan Audrey.

"Iya?" sahut Audrey semakin penasaran.

"Pokoknya, saat di dalam kamu hanya perlu memasang senyum dan ingat! Jangan berbicara jika tidak di tanya. Paham, kan?" jelas Xavier mengulangi apa yang sudah di katakannya berulang kali, membuat Audrey yang mendengarnya semakin curiga jika akan ada apa-apa di dalam restauran nanti.

"Paham, Tuan. Tuan sudah menjelaskan itu berapa kali dan saya masih normal untuk mengingat perintah yang sudah empat kali Tuan ucapkan," sahut Audrey dengan nada bosan, menuai anggukan kepala puas dari Xavier berusaha tidak mempermasalahkan nada bosan dari Audrey.

"Bagus! Pok-

"Jika Tuan mengulanginya lagi, saya semakin curiga jika di dalam nanti jangan-jangan sebenarnya saya mau di jual, Tuan," sela Audrey menatap Xavier dengan mata memicing, membuat Xavier yang mendengarnya tersedak dengan tidak elit.

Sedangkan sang sopir yang dari tadi diam, melihat dari spion apa yang terjadi di belakang. Ia juga mendengar perdebatan keduanya dengan bahu sedikit bergetar, saat merasa jika Tuannya yang selama ini tidak banyak bicara jadi banyak sekali menimpali perkataan Audrey, asisten personal yang baru bekerja kemarin.

Uhuk!

"Hush! Sembarangan. Emangnya kamu laku berapa kalau saya jual? Yang ada rugi orang yang beli kamu, tahu tidak," seloroh Xavier dengan nyinyir, berbeda sekali dengan imagenya yang cool dan kalem.

"Habis Tuan aneh, segitunya ingin membuat saya patuh untuk tidak mengeluarkan suara. Bagaimana tidak curiga," tukas Audrey memandang Xavier sedikit rileks, matanya yang tadi memicing kembali normal dan segera menghadap depan, enggan melihat wajah tampan CEO-nya yang kelakuannya minus.

"Hum," gumam Xavier singkat.

Kemudian, setelah perdebatan panjang antara atasan dan bawahan ini selesai. Keduanya pun turun dari dalam mobil, berjalan memasuki area restoran yang sudah dijanjikan oleh sang mama.

Xavier dan Audrey jalan bersisihan, dengan Xavier yang segera ke meja informasi untuk menanyakan pesanan atas nama sang mama kepada salah satu pelayan di sana.

"Atas nama Mrs.Karina Wyatt," ucap Xavier kepada si pelayan, menuai anggukan kepala dari si pelayan yang segera memeriksa list bookingan untuk ruangan VIP.

"Di tunggu sebentar," ucap si pelayan ramah.

"Atas nama Mrs.Karina, silakan ikuti saya, Tuan," lanjut si pelayan setelah memeriksa nomor ruangan yang tadi disebutkan oleh Xavier.

Xavier menganggukkan kepalanya pelan, kemudian melirik ke arah Audrey dan memberikan kode untuk mengikutinya berjalan. Keduanya berjalan dan mengekori si pelayan, yang membawa mereka ke sebuah lorong dengan gaya eropa yang kental, nuansa lampu berwarna kuning, juga karpet merah di sepanjang kaki mereka melangkah.

Tiba di ujung ruangan, si pelayan membukakan sebuah pintu ganda yang menuju ruang VIP, dengan hiasan lampu-lampu kecil di atasnya.

Di dalam sudah ada sang mama yang menunggu dengan seseorang wanita lainnya, yang segera menatap mereka dengan tatapan penasaran ke arahnya, tepatnya ke arah Audrey.

"Vier sayang, akhirnya kamu datang," ujar sang mama yang sudah di ketahui bernama Karina Wyatt.

Ia dengan segera berdiri dari duduknya, berjalan dengan langkah semangat ke arah sang anak, yang juga merentangkan tangannya bersiap-siap menyambut pelukan.

Grep!

"Miss you, sweetheart," gumam Karina di dalam pelukan hangat sang anak.

"Miss you too, Momm," balas Xavier, kemudian mengurai pelukan dari sang mama dengan sang mama yang segera melihat ke arah sebelahnya.

Audrey berdiri kaku, saat mendapat tatapan menelisik dari ibu atasannya. Ia bahkan tidak sadar telah menelan salivanya, sangking gugup di pandangi sedemikian rupa oleh wanita paruh baya di depannya.

"Jangn bilang, aku sedang menjadi tumbal," batin Audrey horor.

Merasa jika sang mama melihat asisten barunya dengan tatapan menilai. Xavier pun dengan segera mengenalkan kepada sang mama, tentang nama tanpa menyebutkan siapa Audrey sebenarnya.

"Ehem ... Momm, this is Audrey and Audrey, this is my Mommy," ucap Xavier mengenalkan keduanya dengan suara aneh, apalagi saat mengenalkan keduanya dengan gaya anak-anak.

"Apa-apaain ini, ini Audrey ini Mama, yang benar saja," batin Xavier merutuki dirinya sendiri.

Lalu Karina, yang telah mengetahui nama dari wanita yang di ajak oleh sang anak segera memasang wajah dengan dagu terangkat, menilai kembali penampilan Audrey yang saat ini memakai terusan selutut tanpa lengan, memperlihatkan warna kulit putih seakan mendapatkan perawatan mahal padahal tidak.

"Jadi nama kamu Audrey? Dari keluarg-

"Mah, Xavier sengaja tidak makan karena ingin makan siang dengan Mama. Apakah Mama tidak kasihan dengan anakmu yang kepalaran ini?" sela Xavier merayu sang mama yang akhirnya segera menoleh ke arahnya.

"Astaga! Benar juga, kalau begitu kita makan siang dulu. Baru kemudian membahas kalian lagi," sahut Karina dengan segera membawa lengan sang anak kepelukannya dan mengiring Xavier ke meja makan, meninggalkan Audrey yang terdiam dengan mata berkedip tidak percaya.

"Tunggu, apa maksudnya dengan membahas kalian," batin Audrey tidak sadar melamun, sehingga panggilan dari atasanya membuatnya tersentak kaget.

"Sayang, kenapa diam saja," panggil Xavier, membuat Audrey yang mendengar panggilan asing pun menatap Xavier tidak mengerti.

"Tu-

"Sayang cepat kemari, bukan kah kamu bilang sudah lapar," sela Xavier saat merasa jika asisten barunya hendak memanggilnya dengan sebutan Tuan.

Audrey yang melihat tatapan mata tidak ingin di bantah pun segera mengangguk, kemudian menduduki kursi yang di tarik oleh Xavuer untuknya.

"Duduk di sini," gumam Xavier kemudian menundukkan tubuhnya, untuk berbisik lirih di telinga sang personal asisten.

"Senyum dan balas ucapanku tadi dengan mesra," imbuh Xavier, dari tempat sang mama duduk Xavier terlihat sedang mencium sisi wajah Audrey, padahal tidak saat Xavier mendesis memerintah kepada Audrey yang segera mengangguk.

"Te-terima kasih, sayang," ucap Audrey sedikit gugup, namun untunglah lancar setelahnya.

"Sama-sama, Drey," balas Xavier mengecup sayang ubun-ubun Audrey yang mengepalkan tangannya menahan kesal.

Xavier pun mendudukan dirinya di samping Audrey, kemudian menatap ke arah depan di mana sang mama sedang melihatnya dengan tatapan penasaran, juga seorang wanita yang dari tadi tidak bersuara, menatap Audrey dengan tajam.

Pelayan pun berdatangan dengan masing-masing menyajikan makanan yang sudah di pesan oleh Karina sebelumnya. Setelahnya mereka juga memulai makan dengan tenang, dengan sikap keluarga terhormat sedangkan Audrey sendiri makan dengan kepala menunduk, saat merasakan tatapan tajam dari wanita muda di hadapannya.

"Aku punya firasat tidak enak," batin Audrey disela-sela kegiatan menyuapi mushrom cream soupnya.

Tidak lama kemudian mereka pun selesai dengan menu appatizer, pelayan mengambil mangkuk kotor dan menggantikan dengan menu berikutnya yaitu tenderloin steak dengan daging kualitas terbaik, di masak dengan tingkat kematangan welldone.

Kembali menikmati makanan utama mereka, Audrey melirik sebelah saat ia merasakan sentuhan pada kakinya. Di sana ada sang CEO yang melihatnya dengan senyum kecil, makan seraya melihatnya yang tentu saja segera melengos tidak ingin salah tingkah.

"Aku masih curiga dan masih memiliki firasat jelek setelah ini," batin Audrey seraya mengunyah perlahan daging sapi bertekstur lembut di dalam mulutnya.

Suasana makan yang terlalu asing ini membuat Audrey merasa canggung, tidak lama ia melihat semua yang ada di meja makan meletakan garpu dan pisaunya. Padalah makanan mereka masih ada satu potong dan Audrey pun mengikuti jejak mereka, dengan mengelap sudut bibirnya menggunakan napkin yang ada di pangkuannya.

Audrey baru saja akan meminum air putih yang ada di hadapannya, namun tangannya berhenti di udara saat mendengar pertanyaan mengejutkan, yang diucapkan oleh mama dari atasannya yang hanya tersenyum santai di sampingnya.

"Jadi ... Audrey ini siapanya Vier?"

Deg!

"Hell! Apa maksudnya ini," batin Audrey horor.

Bersambung.