Chereads / UNITED WORLD / Chapter 41 - Chapter 41 : Pertemuan tak terduga

Chapter 41 - Chapter 41 : Pertemuan tak terduga

Setelah pertarungan di hutan, Ablak duduk dan berbaring dan dia tidur. Arias kelelahan dan tidak tahu harus berbuat apa. Bruts menggunakan sihirnya dan terlihat 4 tangan. 2 tangan membawa harimau, 2 tangan yang lain mencoba mengangkat Ablak

Arias : I.... Itu sihirmu?

Bruts : Ya..... Aku bisa mengeluarkan 5 tangan yang berukuran sama besar dengan tanganku sendiri. Kita harus keluar dari hutan ini

Arias : 5? Kenapa hanya 4?

Bruts : Aku membiarkan 1 tangan ku di luar hutan..... Tangan itu akan mencari kita

Arias : (Mencari? Apakah dia mengendalikannya?)

Bruts : 2 harimau ini biarkan saja, Kondisi Ablak sedang berbhaya, aku tidak akan membiarkan dia mati

Arias : Biar aku membawa Ciciliana

Bruts : Hmmm..... Baiklah

4 tangan Bruts mengangkat Ablak sementara Arias mengangkat Ciciliana. Lalu terdengar suara semak dan muncul tangan terbang. Mereka mengikuti tangan dan mereka keluar di pagi hari.

Arias : Apa yang harus kita lakukan?

Bruts : Kita mencari Glord, dia satu satunya mahluk yang bisa bantu kita

Mereka pergi ke rumah Glord tapi mereka tidak melihatnya. Bruts menginjak ke lantai

Bruts : Sial.... Kenapa dia tidak ada?

Ciciliana : Hmmm.....

Ciciliana terbangun dan dia membuka matanya

Ciciliana : A.... Apa yang terjadi?

Arias : Kita sudah keluar dari hutan

Bruts : Bagaimana perasaanmu? Kau baik baik saja?

Arias menurunkan Ciciliana dengan pelan dan Ciciliana mencoba berdiri, awalnya dia hampir jatuh, tapi dia bisa berdiri dan berjalan

Ciciliana : Tidak perlu takut, aku baik baik saja

Bruts : Harusnya kau tahu kondisi Ablak

Ciciliana : Ya.... Ablak perlu pengobatan.... Mungkin kita bisa pergi ke rm Foden

Arias : Rumah makan Foden? Kenapa di sana?

Ciciliana : Foden biasanya tahu apa yang harus dia berikan. Mungkin dia bisa membantu

Bruts dan Arias saling menatap dan mereka tidak ada pilihan lain. Mereka membawa Ablak ke kota dan mencari Foden. Saat sampai di rumah makan Foden ada 1 meja bundar besar dan 1 meja bundar yang lebih kecil dan ada 2 mahluk menggunakan jaket hitam, Glord juga berada di sana. Bruts langsung berlari ke arah Glord dan memanggilnya

Bruts : Glord!!!! Ablak dalam bahaya

Glord : Apa?

Ciciliana : Ablak digigit mahluk beracun

Bruts : Bisakah kau membuka portal untuk mencari Ekarno?

Glord menatap ke meja dan tangannya gemetar sampai airnya tumpah

Bruts : G.... Glord?

Foden : Glord dalam kondisi kurang sehat.... Saat ini dia merasa sihirnya meningkat jadi dia merasa kurang yakin dia bisa membantu mu.

Pelanggan jaket : Hey kenapa? Kenapa kamu pingsan?

Seseorang membuka pintu dengan kasar. Semua terkejut karena suara pintu itu. Mereka tidak percaya bahwa mahluk yang membuka pintu itu adalah Ekarno. Ekarno langsung berlari ke dan melihat Ablak.

Bruts : Ekarno.... Kenapa kau bisa tahu?

Ekarno : Ada suara yang memanggil aku. Entah itu suara dari mana

Pelanggan jaket : Oh, tidak heran dia bisa pingsan

Semua melihat ke pelanggan itu. Pelanggan itu berdiri dan dia membuka kerudung jaket yang menutupi wajahnya

Ekarno : Kau?

Glord : Kau....

Ekarno : Isalom?

Glord : Isalom..... Apa yang kau lakukan di sini?

Bruts : Isalom?

Isalom : Tanya Foden kenapa aku dan Qiza berada di sini

Ciciliana : Eeee.... Teman teman, mungkin kita perlu obati Ablak

Suara pintu terbuka dan mahluk masuk ke rumah makan Foden. Arias melihat mahluk itu dan mulai merasa marah, Bruts melihat mahluk itu dan dia bersiap siap

Arias : Kau....

Ciciliana : Li.... Liar....

Bruts : Kau.... Akan membayar atas apa yang kau lakukan kepada Ablak

Liar : Aku datang ke sini bukan untuk mencari perang

Arias : Ya.... Tidak jika tetap diam

Arias membuat pedang listriknya dan dia bersiap menyerang Liar.

Ekarno : Tidak Arias!!!!!

Arias menyerang Liar dan Ekarno menahan pedang listriknya dan Ekarno langsung kesetrum

Ekarno : GRAAAAAAAAA

Arias : !!?

Ciciliana : Arias!!!!

Suara teriakan Ekarno membuat Ciciliana langsung mengeluarkan barriernya dan memisahkan Ekarno dan Arias. Ekarno langsung terjatuh dan kehabisan tenaga.

Arias : Ekarno, kenapa kau melakukan itu?

Ekarno : Kau tidak bisa meyerang sembarang

Arias : Penyihir ini..... Sudah membuat Ablak seperti ini, dan kau akan menolongnya?

Ekarno : Iya.... Tapi itu sudah berlalu

Arias : Berlalu?? Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa itu sudah berlalu??

Ekarno : Kau bertemu dengannya waktu itu berbeda dengan kau bertemu denganya waktu sekarang

Arias : Berbeda iya, tapi masalah sama

Ekarno : Jika kau menyerang, itu artinya kau yang memulai masalah

Arias : !!!!?

Bruts : Iya tapi dia menyerang kita waktu kita di hutan

Ekarno : Apakah kalian melawan balik? Apakah kalian menyerangnya?

Bruts : I.... iya....

Ekarno : Dia akan melakukan yang sama jika kau menyerang

Arias langsung menghilangkan pedang petirnya dan dia pergi dari sana

Liar : Hmmm..... Terima kasih sudah menolong aku

Ekarno : Mungkin aku bisa tahu kenapa kau di sini?

Liar : Kau tidak mengenal ku

Ekarno : Tapi Arias sudah

Liar : Hmmm....

Qiza terbangun dari karena tempat itu terlalu ribut

Isalom : Qiza, kau sudah bangun

Qiza : Ya.... Aku hanya ingin tidur sementara tapi jangan takut, aku baik baik saja.... Apa yang terjadi?

Isalom : Ada penyihir yang asing datang dan mereka sangat membencinya

Ekarno : Ada alasan mereka membencinya tapi dia belum menjawab pertanyaan ku

Qiza : Dia ingin memberi obat kepada Ablak

Liar : !!

Ekarno : Obat?

Qiza : Ya... Obat itu bisa menyembuhkan Ablak

Liar : Bagaimana kau bisa tahu?

Qiza : Kemampuan aku bisa menbaca pikiran mahluk lain

Liar : Hmmmm..... Hebat

Arias : Kenapa kau memberi obat padahal kau ingin membunuh kita

Liar : Hmmm..... Api

Bruts : Api?

Liar : Ya..... Api bisa membakar habis hutan itu.... Makanya aku menyerang kalian dan ternyata kalian bukan mahluk biasa jadi mungkin kalian bisa mengerti

Ciciliana : Oh ya.... Liar mengendalikan mahluk yang di kenal sebagai "hewan" merrka banyak di hutan

Liar : Aku tidak ingin hewan ku kehilangan tempat tinggal

Bruts : Maafkan aku.... Mungkin karena aku, Arias membuat api

Liar : Aku memaafkan kalian karena hutan itu tidak terbakar