"Duh tugas kenapa banyak banget sih," keluh Aalisha.
Harusnya pada hari sabtu yang mendung ini ia bisa rebahan dengan tenang tanpa perlu memikirkan tugas.
/Ting/
"Siapa sih yang nge chat?"
Aalisha menyenderkan badannya lalu mengambil ponsel diatas meja belajarnya.
Senyumnya seketika merekah.
aku kangen
aku kerumah bentar lagi
Okeyy|
Aalisha meletakkan ponselnya, lalu kembali berkutat dengan laptopnya. Benar benar melelahkan.
"Virus adalah-"
Konsentrasinya terganggu karena bel rumah terus menerus berbunyi membuat Aalisha terganggu mendengarnya. Ia segera keluar kamar untuk mencari bibi.
"Bi,"
"Bibi dimana?" Panggil Aalisha.
"Kok sepi sih?" Herannya.
/Ding dong ding dong/
"Bentar!" Aalisha bergegas membuka pintu depan.
/Ceklek/
"Miss me?"
Mata nya terbelalak kaget. Suara itu... tidak mungkin. Aalisha refleks melangkah mundur dengan perlahan untuk menghindari cowok tersebut.
"L-lo ngapain disini?" Tanya Aalisha gugup.
Cowok itu tidak menjawab, justru ia berjalan maju mendekati Aalisha yang ketakutan setengah mati.
"Jangan deket-deket!"
"Kamu gak bisa menghindar lagi Aalisha," ucap cowok itu.
Ia semakin mendekatkan dirinya pada Aalisha sedangkan gadis itu berusaha untuk menjauh. Satu-satunya yang terlintas di benak gadis itu adalah berdiri di belakang sofa.
"Come on, masa gak mau ketemu aku?"
"Lo brengsek Davin!"
Mata Davin menggelap, seakan tak suka dengan apa yang Aalisha katakan.
"Berani beraninya lo muncul dihadapan gue setelah apa yang lo lakuin ke gue!" Teriak Aalisha.
"Pergi," perintah Aalisha.
"Pergi Davin!"
Davin tidak mendengarkannya. Saat cowok itu baru ingin melangkahkan kakinya, Aalisha lebih dulu berlari ke tangga untuk bersembunyi di kamarnya.
"Aalisha!"
Davin pun segera mengejar gadis itu. Langkah kakinya yang besar membuat cowok itu cepat menyusul. Tangannya dengan cepat menahan pintu yang Aalisha dorong dari dalam.
Tentu kekuatan Davin lebih besar dari Aalisha membuat cowok itu dengan mudah mendorong walau hanya menggunakan satu tangan.
"Pergi dari kamar gue brengsek!" Maki Aalisha.
"Gue udah sabar dengerin ocehan gak guna lo itu Aalisha," tegas Davin.
Ia mendorong Aalisha dengan kasar hingga punggung gadis itu membentur tembok.
"Shh argh," rintih Aalisha.
"Bibi!"
"Ayah!"
Davin mendekat dan mencekik leher Aalisha kuat. Gadis itu menepuk-nepuk tangan Davin yang masih mencekik lehernya.
"L-lepasin davin," ucap Aalisha lemah.
"Setelah ini lo bakal jadi milik gue seutuhnya."
*****
"Meeting hari ini selesai, terimakasih atas kerjasamanya tuan Aldrich."
Perkataan Daniel menyadarkan Reynard dari lamunannya. Sungguh membosankan. Apalagi Daniel memaksanya menghadiri meeting membosankan ini.
"Tidak tuan Daniel, saya yang harusnya berterimakasih." Ujar tuan Aldrich sambil menjabat tangan Daniel.
"Sama-sama," balas Daniel.
"Baiklah kalau begitu saya pamit."
"Hati-hati di jalan tuan Aldrich," ucap Daniel.
"Terimakasih." Aldrich pun keluar dari ruangan bersama rekan kerjanya.
Merasa lelah, Daniel kembali mendudukan dirinya di kursi kebesarannya sambil menatap anak lelakinya yang sedang bermain ponsel.
"Yang bener aja pa meeting hari sabtu gini," keluh Reynard.
"Biar kamu belajar dan bisa nerusin perusahaan papa Kenzie," tegas Daniel.
Reynard memutar bola matanya malas, memilih untuk melanjutkan aktivitasnya untuk mengusir rasa bosan. Namun Reynard teringat sesuatu, ia belum mengabari gadisnya sejak tadi.
aku kangen
aku kerumah bentar lagi
Tak butuh waktu lama, Aalisha sudah membalas chat nya.
okeyy
"Pa,"
"Hmm," gumam Daniel.
"Kenzie mau ke rumah Aalisha, boleh?" Tanya Reynard.
Daniel mengganguk pelan, "Bareng om Aarav aja, sebentar lagi dia datang."
"Ada apa nyebut nama saya?"
Daniel yang kaget langsung mengangkat kepalanya, "ohh Aarav kau sudah datang, kau ingin langsung pulang bukan?"
"Tentu, memangnya kenapa?" Tanya Aarav.
"Reynard ingin menemui Aalisha, lebih baik dia ikut denganmu," jelas Daniel.
Aarav menggangukkan kepalanya "Baiklah kalau begitu, Kita pergi sekarang Reynard."
Reynard bangkit dari duduknya, tak lupa ia menghampiri Daniel untuk mencium tagannya.
"Kenzie pergi pa."
"Jaga anakku Aarav," pinta Daniel.
"Kau ini, tenang saja. Dia sudah kuanggap seperti anak sendiri," jawab Aarav. Kemudian mereka berdua keluar dari ruangan dan berjalan menuju mobil.
*****
"Tuan Aarav, kita sudah sampai," ucap pak Beni, supir pribadi keluarga Ganendra.
"Terimakasih."
Aarav dan Reynard pun keluar dari mobil, namun ada yang aneh. Gerbang utama terbuka, tidak biasanya seperti itu.
"Itu gerbangnya kenapa kebuka om?" Heran Reynard.
"Om juga tidak tau," balas Aarav.
"Lebih baik kita masuk."
Aarav melangkah lebih dahulu memasuki rumah, sepertinya ada yang tidak beres disini. Diikuti Reynard yang sama penasarannya dengan Aarav.
"Bibi!"
"Ayah!"
Aarav dan Reynard membulatkan matanya bersamaan,
"Aalisha!"
Mereka segera berlari menuju lantai atas. Berharap Aalisha baik baik saja dan tidak ada hal buruk yang menimpanya.
Aarav lebih dulu masuk ke dalam kamar Aalisha, betapa terkejutnya dia ketika melihat Aalisha dicekik oleh seseorang.
Pria tersebut menarik baju Davin dan langsung menonjok pelipis kanan cowok itu.
Dengan sigap Reynard menangkap Aalisha yang hampir terjatuh lemas karena kehabisan nafas.
Kemudian Aarav menarik kerah baju Davin dan menatap Davin penuh amarah.
"Kenapa kamu kembali?!"
"Berani beraninya kamu menunjukan batang hidungmu di hadapan saya!" Teriak Aarav.
Bukannya merasa takut, Davin malah tertawa kecil.
"She's my girl, i miss her so bad,"
Aarav kembali melayangkan tonjokkan, Davin yang tak siap mendapat tonjokkan terhuyung ke belakang.
"Bullshit!"
Pria itu hendak menghampiri Davin yang terbaring lemas tak berdaya, namun terhenti karena suara Reynard menginterupsinya.
"Aalisha!"
"Hey hey hey wake up!"
Reynard menepuk-nepuk pipi Aalisha, gadis itu tak sadarkan diri. Dengan cepat ia mengangkat tubuh Aalisha dan meletakkannya di kasur.
Aarav yang melihatnya kembali emosi, ia menyeret Davin keluar lalu menyuruh bodyguard pribadinya untuk membawanya pergi.
"Gue bakal kesini lagi buat ketemu Aalisha," ucap Davin.
"Jangan harap kau bisa bertemu Aalisha lagi," tekan Aarav.
"We'll see." Davin menunjukkan smirknya.
"Bawa dia! Terserah kemana saya tidak peduli!"
Bodyguard itu menunduk hormat, "Baik tuan."
"Bagaimana bisa orang itu masuk tanpa pengetahuan orang rumah?"
"Aku harus memperketat penjagaan di rumah ini, demi Aalisha."
Aarav berniat masuk ke dalam kamar, namun ia urungkan. Lebih memilih untuk berdiri di ambang pintu sambil menyaksikan apa yang terjadi di dalam.
Hatinya menghangat melihat Reynard yang menggenggam tangan putrinya penuh kasih sayang. Sesekali mengelus rambut Aalisha lembut.
"Bangun Aal, please."
Betapa terkejutnya Aarav, benar-benar diluar dugaan. Reynard menangis. Sekhawatir itukah Reynard dengan putrinya? Melihat itu, Aarav menghampiri Reynard lalu mengusap bahunya.
Cowok itu tersentak, buru buru menghapus air matanya. Aarav malah tertawa kecil.
"Tidak apa, sebentar lagi Aalisha pasti bangun."
Reynard hanya tersenyum simpul.
"Sepertinya Aalisha berada di tangan yang tepat, dan om tidak perlu khawatir karena kau akan menjaganya dengan baik Reynard."
"Om ada keperluan diluar, tolong jaga dia untukku," pinta Aarav.
Reynard mengangguk, "I'll protect her."
*****
Perlahan Aalisha membuka kelopak matanya, lalu duduk di atas kasur. Gadis itu mengedarkan pandangannya. Ia melihat Reynard tertidur disampingnya.
Tangannya tergerak untuk mengelus kepala, pipi dan rahang tegas milik Reynard. Sadar akan sentuhan yang diberikan Aalisha, Reynard terbangun dari tidurnya.
Reynard langsung memeluk gadisnya erat lalu ia mencium kening Aalisha.
"Jangan pegang punggung aku, sakit Ken."
"Kenapa? kamu luka?" tanya Reynard khawatir.
Aalisha menggeleng, "Tadi di dorong ke tembok."
"Im okay, paling bentar lagi sembuh."
Reynard tersenyum simpul, "Akhirnya kamu bangun."
"Aku udah bangun daritadi," ucap Aalisha.
Reynard mengerutkan dahinya bingung.
"Sebenernya aku udah sadar, tapi pas ngeliat kamu tidur aku gak tega mau bangunin. Yaudah aku tidur lagi."
"Badan kamu ada yang sakit lagi gak?" Tanya Reynard.
"Mau aku panggilin dokter?"
Aalisha menggeleng, "Gausah, yang sakit cuma leher sama punggung aku."
"Leher aku..."
Gadis itu memegang lehernya sendiri, ia teringat kembali kejadian beberapa waktu lalu saat ia dicekik oleh Davin.
"Kenzie,"
"Hmm, kamu mau apa?" Tanya Reynard sambil merapihkan rambut Aalisha yang berantakan.
"Ayah dimana?"
"Dia bilang ada keperluan,"
"Hmm kamu disini kan?" Tanya Aalisha.
"Aku ada latihan basket jam 5, tadi Jayden chat aku," jelas Reynard.
"Ohh gitu."
Aalisha tampak kecewa dengan jawaban Reynard. Ia menggigit bibir bawahnya. Bukan apa apa, ia hanya takut Davin kembali. Apalagi bibi sibuk di dapur.
"Kenapa hm? Kok diem?"
"Kamu... harus banget latihan?"
Reynard menganggukkan kepalanya.
"Temenin aku aja ya disini." Aalisha menggenggam tangan Reynard.
Reynard beranjak dari duduknya, "Tapi aku latihan Aalisha..."
"Please... aku sama siapa nanti di rumah? Ayah pasti malem pulangnya, bunda juga lagi pergi," rayu gadis itu.
"Latihannya disini aja ya... kan di belakang ada lapangan basket."
Cowok itu menghela nafasnya, "Anything for you."
Terlalu senang, Aalisha loncat dari kasur untuk memeluk Reynard. Kalau saja Reynard tidak siap, sudah dipastikan mereka berdua akan mencium lantai.
"Woah woah woah slow down babe," tegur Reynard.
Aalisha mengangkat kepalanya lalu menatap Reynard lekat sambil tersenyum.
Reynard tertawa kecil, "Kenapa?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya.
/Cup/
Aalisha mencium pipi Reynard, lagi.
"Ooh whats that for?"
"Nothing." Aalisha tersenyum manis.
"Turunin Ken,"
"Gamau," tolak Reynard.
"Akunya berat tau,"
"Engga," tolaknya lagi.
"Nanti kamu pegel, ayo turunin,"
"Gamau."
"Turunin atau aku cium lagi,"
Reynard menaikkan sudut bibirnya, "Yaudah cium aja."
Aalisha bergedik ngeri, "Udah ah turunin."
"Ahahaha Okay okay,"
"Aku mau telfon temen temen aku buat kesini, dan satu lagi..."
Reynard menatap Aalisha dari atas sampai bawah,
"Dont wear that pants, its too short. Change," suruh Reynard.
Aalisha melihat celananya, "Gerah tau, gausah ya. Lagian kan yang dateng Bara, Nathan, Jayden sama temen temen aku."
"Gaboleh,"
"Sampe mereka liat, aku gaakan diem aja," tekan Reynard.
"Iya yaudah, kamu ngapain masih disini? Emang mau liat aku ganti baju?" Tanya Aalisha heran.
"Kalo boleh kenapa engga." Reynard menaikkan kedua alisnya untuk menggoda gadisnya itu.
"KENZIE MESUM!"