Chereads / Bitterlove / Chapter 18 - ;18

Chapter 18 - ;18

"Minggir lo semua!" Reynard menyela masuk kedalam kerumunan yang menutupi gadisnya.

Hatinya mencelos ketika melihat Aalisha yang tak sadarkan diri. Jennie yang sadar akan kehadiran Reynard angkat bicara.

"Gue gatau kenapa dia pingsan Rey, hiks gue panik banget liat idungnya berdarah."

Mendengar itu hati Reynard semakin sakit. Sekarang yang terlintas di pikirannya adalah membawa gadisnya ke rumah sakit.

Reynard mengambil ponselnya lalu menelfon Jayden yang entah dimana,

"Ambil kunci mobil gue sekarang, ketemu di parkiran."

Cowok itu memutuskan sambungan sepihak lalu menggendong Aalisha ala bridal style.

"Youre going to be okay Aalisha."

*****

Disinilah Reynard, Jayden dan yang lainnya berada, didepan ruang IGD menunggu dokter Samuel, dokter yang biasa menangani keluarga Geovan keluar ruangan.

Mengapa ada Jayden? Karena ia tak akan membiarkan Reynard menyetir dalam keadaan kacau seperti itu. Sedangkan Ava dan yang lain menyusul menggunakan mobil Nathan dan Bara.

Reynard nampak gelisah karena dokter Samuel belum juga keluar dari tadi. Jayden yang melihatnya jadi kesal sendiri.

"Udah bro tenang dulu," tenang Jayden sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

"Gue gak bisa tenang!" Teriak Reynard membuat Jayden sedikit terkejut. Jayden tau Reynard tak bermaksud untuk teriak, ia hanya sedang panik.

"She'll be fine okay, relax" tenang Jayden.

Reynard mengusap wajahnya, "yeah she'll be fine."

"Lo udah kabarin tante Aileen?"

"Udah, papa sama mama udah gue kabarin juga," balas Reynard.

Terdengar suara pintu terbuka, menampakkan dokter Samuel yang tersenyum hangat. Menyadari itu Reynard langsung menghampiri dokter Samuel.

"Dokter Sam, gimana Aalisha? Gak ada yang serius kan?" Tanya Reynard.

"Setelah saya periksa pasien mengalami hipotensi atau darah rendah," ucap dokter Samuel.

Semua terkejut mendengarnya, terutama Reynard, "Darah rendah?"

"Iya, setelah saya memeriksa tekanan darahnya, hasilnya cukup rendah. Pasien juga menunjukkan gejala seperti merasa pusing dan pingsan. Apalagi pasien kekurangan cairan atau dehidrasi yang dapat menyebabkan hipotensi," jelasnya lebih lanjut.

"Apa berbahaya dok?" Tanya Reynard takut.

"Tidak Reynard, kau tenang saja. Namun pasien harus merubah pola makannya dan gaya hidupnya," ucap dokter Samuel.

"Aalisha juga mimisan 2 kali dok, itu kenapa?" Tanya Ava.

"Dia kelelahan, kondisinya lemah sekali. Setidaknya ia harus di rawat inap sehari semalam sampai ia benar benar pulih."

"Pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap no 208."

Tubuh Reynard benar benar lemas mendengarnya, gadisnya sakit. Ia merasa gagal untuk menjaga Aalisha. Reynard hendak bertanya segera dipotong oleh dokter Samuel.

"Ruang VIP dan tentu saja fasilitas lengkap," ucap dokter Samuel sambil tertawa kecil.

"Great."

"Dimana orang tuanya?" Tanya dokter Samuel.

"Menuju kesini," balas Reynard seadanya.

Dokter Sam mengangguk, "Baiklah, kalian boleh menjenguknya tapi jangan berisik ya. Tadi saya beri obat tidur agar ia bisa beristirahat."

"Terimakasih dok," ucap Reynard.

"Sama-sama." Dokter Samuel pun pergi meninggalkan mereka.

Reynard membalikkan badannya menghadap Jayden dan yang lain, "Kalian mau ikut?"

"Kita ke kantin dulu deh, sekalian mau ambil hoodie di mobil," balas Nathan.

"Hm bener, lo mau sekalian gue ambilin? Kunci mobil lo masih sama gue," tawar Jayden sambil menunjukkan kunci mobil milik Reynard.

Reynard mengangguk pelan, "Boleh, bawa 2."

"Yaudah lo ke Aalisha sekarang, take your time." Ava tersenyum lalu mengusap bahu Reynard singkat.

"Sure," balas Reynard.

*****

Reynard berjalan tergesa-gesa menuju ruang rawat inap dimana Aalisha berada. Sungguh ia merasa sedih, terbesit rasa bersalah dalam hatinya karena merasa telah gagal menjaga gadisnya.

Ia memegang gagang pintu, disaat yang bersamaan Jayden datang dengan membawa 2 hoodie milik Reynard.

Jayden menyerahkan hoodie tersebut, "hoodie lo." Reynard menerimanya dan tersenyum simpul.

"Gue sama anak anak di kantin, jadi silahkan kangen-kangenan sama doi ya," ucap Jayden setengah meledek.

"Pergi lo sana," usir Reynard lalu Jayden pergi tanpa membalasnya.

/ceklek/

Reynard masuk secara perlahan agar tak membuat Aalisha terbangun. Kakinya berjalan mendekati gadisnya yang terbaring lemah diatas kasur. Ditariknya kursi ke samping kasur untuk ia duduk.

Wajah gadisnya tetap cantik walau sedang tertidur, bibir pucatnya juga menarik perhatian Reynard. Tangannya tergerak untuk menggenggam tangan Aalisha. Dingin, itu yang ia rasakan.

"Aku disini Aal, Kenzie disini," gumamnya. Kemudian ia mengecup singkat punggung tangan Aalisha.

"Eunghh..."

Suara lenguhan Aalisha membuat Reynard mengangkat kepalanya.

Aalisha membuka matanya perlahan. Beberapa kali mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Pandangan gadis itu tertuju pada tangan yang menggenggam erat tangannya. Ia tau siapa pemilik tangan itu.

"Kenzie," panggil Aalisha pelan.

"Iya? Ini aku. Kamu butuh apa sayang?" Reynard membenarkan rambut Aalisha yang menutupi muka gadisnya.

"Aku dimana?"

"Kamu di rumah sakit," balas Reynard.

Aalisha mengernyitkan dahinya, "rumah sakit?"

"Kamu pingsan di sekolah, aku yang bawa kamu kesini," jelas Reynard. Reynard mengambil gelas lalu menuangkan air. Kemudian ia menyodorkan gelas tersebut kepada Aalisha.

"Minum ya, kamu harus banyak minum mulai sekarang."

Aalisha hanya mengangguk lalu meneguknya sampai habis, "makasih."

"Kamu gak ganti baju?" Tanya Aalisha sambil memperhatikan Reynard yang masih berbalut seragam sekolah.

"Aku bawa hoodie." Reynard menunjukkan hoodie berwarna hitam dan abu-abu yang biasa ia pakai.

"Kenapa bawa 2?"

"Satu buat aku, satu buat kamu." Reynard memberi Aalisha hoodie abu-abunya. Aalisha menerimanya walau masih bingung.

"Buat aku?" Aalisha menatap bingung Reynard yang sedang memakai hoodienya.

"Iyaa sayangg."

Aalisha pun ikutan memakainya. Yang benar saja, ini sangat besar. Bahkan ia seperti tenggelam dalam hoodie ini. Namun Aalisha suka wangi parfum Reynard yang melekat pada hoodie ini.

"You look cute in my hoodie," ucap Reynard sambil menoel hidung Aalisha gemas.

"Bunda sama ayah mana?"

"Lagi dijalan, mama papa aku kayaknya juga bakal kesini," balas Reynard.

Tiba-tiba Aalisha merasakan kepalanya berdenyut hebat. Rasanya sakit sekali. Ia memijit kepalanya agak keras.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit? Aku panggil dokter sekarang." Reynard yang hendak bangkit ditahan oleh Aalisha.

"Gapapa, cuma pusing kok."

Pusingnya sedikit mereda, lalu ia menatap Reynard yang sedang menatapnya khawatir. Ekspresi Reynard membuat gadis itu tertawa kecil.

Reynard menatap Aalisha bingung, "Kok ketawa?"

"Muka kamu yaampun, khawatir bgt sih," ucap Aalisha sambil menahan tawanya agar tidak lepas.

"Terus aku harus diem aja gitu liat kamu sakit?" Reynard memutar matanya malas, mood nya hilang seketika. Ia berjalan menuju sofa lalu mendudukkan dirinya disana.

"Lah kok pindah? Gak disini?" Tanya Aalisha.

Ponsel Reynard berbunyi ketika ia hendak menjawab Aalisha, ternyata Daniel yang menelfon. Ia pun segera mengangkatnya.

"Halo pa, kenapa?"

"Papa dan mama sepertinya tidak bisa kesana, ada urusan mendadak," ucap Daniel di seberang sana.

"Gapapa pa,"

"Salam ya buat Aalisha dari papa sama mama," pamit Daniel.

"Iya pa." Reynard menutup telfonnya. Lalu beralih menatap Aalisha yang sedang menonton tv.

"Salam dari papa mama, mereka gak bisa kesini," ucap Reynard cuek.

Aalisha mengangguk pelan. Merasa acara yang ia tonton membosankan, gadis itu memilih mematikan tvnya lalu merebahkan dirinya. Namun Aalisha merasa ada yang aneh, sedari tadi cowok itu mendiamkannya.

"Kenzie," panggilnya.

"Hm?" Reynard tak menatap Aalisha, ia masih fokus berkutat pada ponselnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Aalisha hati-hati.

"Gapapa," balasnya singkat.

Jawaban yang diberikan tidak sesuai ekspektasi membuat bahu gadis itu menurun, "Ohh okey."

"Aku mau tidur ya, capek bgt badan aku." Ucapnya sambil menatap Reynard, berharap cowok itu menatapnya balik. Namun sepertinya Reynard tidak peduli. Lagi lagi ia menghela nafasnya pasrah.

Aalisha menarik selimut untuk menutupi badannya lalu menghadap ke kanan membelakangi Reynard. Ia akan mencoba untuk tidur. Gadis itu mulai menutup matanya, namun gagal karena ia mendengar suara ponsel berdering.

"Halo? Siapa?"

Itu suara Reynard, tapi berbicara dengan siapa? Aalisha mencoba memasang telinganya baik baik agar bisa mendengar percakapan Reynard.

"Azzura? Lo disini?" Tanya Reynard sedikit terkejut.

Aalisha mengerutkan dahinya bingung. Azzura, sepertinya ia perempuan. Terbesit sedikit rasa cemburu dan penasaran disaat yang bersamaan.

"Gue kesana, tunggu ya."

Reynard menutup telfonnya. Ia beralih menatap gadisnya yang sedang tertidur, mungkin. Kakinya melangkah menghampiri Aalisha, tak berniat membangunkannya. Hanya ingin pamit.

"Aku pergi dulu, sweet dreams babe."

Setelah itu yang Aalisha dengar hanya suara langkah yang menjauh dan pintu tertutup. Ia sendiri disini.

"Kamu kenapa sih Kenzie?"