Chereads / Bitterlove / Chapter 19 - ;19

Chapter 19 - ;19

Hari ini adalah hari kedua Aalisha dirawat di rumah sakit. Dokter Samuel bilang kondisi Aalisha cukup membaik dibandingkan kemarin.

Jam menunjukkan pukul 5 pagi, Aalisha tidak bisa tidur lagi sehabis solat subuh tadi.

Oh iya, kemarin Ava dan yang lain juga menjenguknya tepat setelah Reynard pergi.

Namun tak lama, mereka harus balik lagi ke sekolah.

Pintu kamar terbuka, Aarav dan Aileen masuk membawa 2 bungkus bubur ayam di tangannya.

"Ayah, bunda, abis dari mana?" Tanya Aalisha.

"Beli bubur sha, kamu mau?" Tawar Aarav sambil menghampiri Aalisha.

Gadis itu menggeleng pelan, "Engga yah, aku belom laper. Ayah aja yang makan."

"Oke. Bunda beli semangka tadi, kamu mau?"

"Boleh," balas Aalisha.

"Bun, tolong kasih Aalisha semangkanya ya," pinta Aarav. Ia kembali ke sofa lalu mulai memakan buburnya.

Aileen menghampiri Aalisha dengan membawa sepiring buah semangka, "Abisin ya Aal."

"Iya bunda."

Aalisha mulai memakan satu per satu semangak di piringnya. Matanya fokus menatap acara masak di tv. Sedangkan Aarav dan Aileen sibuk menghabiskan buburnya.

"Ayah gak ke kantor?"

"Ke kantor sha, maaf Ayah gak bisa nemenin kamu disini," ucap Aarav dengan nada menyesal.

Aalisha tersenyum, "Gapapa yah."

"Oh iya sha, Ayah udah nyuruh 2 bodyguard kepercayaan ayah buat berjaga di depan kamar kamu. Agar tidak sembarang orang masuk ke sini. Dan satu lagi, jika ingin keluar kamu harus meminta mereka untuk mengantarmu. Oke?" Jelas Aarav.

"Okey yah."

Aarav bangkit dari duduknya, tak lupa membawa tas kantor dan memakai jam tangan. Aileen juga membantunya merapikan jas yang dikenakan Aarav.

"Ayah harus berangkat sekarang, sekalian mau ke rumah ambil berkas penting." Ia memeluk dan mencium kening Aileen. Kemudian beralih mencium kening Aalisha dan memeluknya.

"Jaga diri kamu, jangan banyak pikiran dan jangan lupa makan sama minum yang banyak atau kondisi kamu memburuk lagi," ucap Aarav tegas.

"Siap bos!" Seru Aalisha.

"Assalamualaikum," pamit Aarav.

"Waalaikumsalam," jawab Aalisha dan Aileen bersamaan.

*****

"Bunda gak pulang aja? Bunda tidur disitu gak pegel emang?"

"Kalo bunda pulang, siapa yang ngejagain kamu disini?" Jawab Aileen sambil membereskan extra bed yang ia gunakan untuk tidur semalam.

"Kan ada om bodyguard di depan sama suster," balas Aalisha.

"Bunda pulang aja sekalian bersih bersih, bunda pasti capek," bujuk Aalisha.

Sebenarnya Aileen merasa pegal sekali, ingin rasanya pulang ke rumah untuk beristirahat namun tak tega meninggalkan Aalisha sendirian disini.

"Kamu gapapa bunda tinggal sebentar?" Tanya Aileen memastikan.

"Gapapa bunda, selama ada drakor sama handphone aku aman."

Aileen mengangguk, ia merapikan sedikit pakaiannya dan mengambil tas. Kemudian ia menyuruh kedua bodyguard yang berjaga didepan untuk masuk.

Kedua bodyguard itu menunduk hormat, "Ada apa nyonya memanggil kami?"

"Saya akan pulang ke rumah, tolong jaga Aalisha dengan baik," ucap Aileen.

"Sudah tugas kami untuk menjaga nona muda, nyonya Ganendra. Kami akan melakukan tugas kami sebaik mungkin," jawab salah satu bodyguard berpakaian jas lengkap dengan earpiece di telinganya.

"Aalisha, bunda pulang dulu ya. Kalo ada apa apa telfon bunda sama ayah atau panggil om bodyguard didepan," jelas Aileen sambil mengecup kedua pipi anak gadisnya.

"Kamu tidur aja lagi ya," suruh Aileen.

"Iyaa, hati-hati bunda!"

*****

"Nona muda, tolong bangun."

Aalisha menggeliat pelan, terusik karena ada yang memanggilnya. Perlahan ia membuka matanya dan mengerjap beberapa kali.

"Kenapa?" Tanyanya dengan mata tertutup.

"Sekarang waktunya nona sarapan," ucap George, salah satu bodyguard yang berjaga.

"Panggil Aalisha aja apa om, formal bgt." Bukan apa apa, ia hanya sedikit risih dipanggil nona muda atau semacamnya.

"Tidak bisa nona, saya sudah terbiasa," tolak George.

"Okey okey, bunda belom dateng?

"Saya dapat kabar nyonya Ganendra harus mengurus sedikit hal di butiknya, mungkin sore baru sampai," jelas George.

Aalisha mengangguk, "Makasih om."

George menunduk cepat, "Saya permisi nona muda." Ia pergi keluar ruangan dan kembali berjaga di depan.

Sementara itu Aalisha menggeser meja makan dan mulai menyuapkan makanannya. Rasanya tidak terlalu buruk, ia bersyukur karena porsinya sedikit.

"Nona muda? Aneh sumpah dipanggil gitu."

Makanannya sudah habis, sekarang minum obat. Ia mengambil 2 tablet yang terletak di samping piring kosongnya, memasukkannya kedalam mulut lalu meminum air putih segelas penuh.

Gadis itu menepuk perutnya, "Kenyang." Kemudian ia mengambil ponselnya di atas naakas untuk melihat jam.

"Masih jam 9, apa ke taman aja ya? Ke sana aja deh bosen."

/ting

Suara notifikasi pesan masuk, dari Reynard. Senyuman Aalisha luntur seketika ketika melihat chat dari pacarnya itu.

Babe hari ini aku gak bisa jenguk kamu maaf

Get well soon honey

Setidaknya Aalisha bisa sedikit bernafas lega karena Reynard mengabarinya. Tidak apa Aalisha, mungkin Reynard sedang butuh waktu sendiri.

Aalisha mencepol rambutnya ke atas, dan menyisakan anak rambut menjuntai kebawah. Tak lupa memakai lip balm yang Aileen bawakan dari rumah agar tidak pucat.

"Om George!" Panggilnya.

George dan temannya segera masuk ke dalam, "Ada apa nona? Butuh sesuatu?"

"Aalisha mau ke taman om, anterin ya," pinta Aalisha.

"Baik, saya ambilkan kursi roda sebentar."

"Ehh gausah," -ucapan Aalisha membuat pergerakan George terhenti- "Aku jalan aja."

"Tapi nona, tuan berpesan agar nona memakai kursi roda jika ingin keluar," ucap George.

Aalisha memutar matanya, "Fine, aku pake kursi roda."

George kemudian mendorong kursi roda itu keluar ruangan. Sekarang ia menuju taman rumah sakit yang terletak tak jauh dari kamar Aalisha. George membawanya ke samping kursi taman dekat anak-anak yang sedang bermain.

"Sudah sampai nona."

"Saya akan berjaga di belakang," ucap George.

Aalisha mengangguk, "Makasih om."

Matahari yang tidak terlalu terik dan angin sejuk menerpa permukaan kulit Aalisha membuat ia merasa nyaman berada disini.

Ia memejamkan matanya sambil menikmati hangatnya matahari.

"Kenzie kenapa sih?"

Ia menghela nafasnya kasar, benar benar tidak tau apa yang terjadi pada kekasihnya itu.

"Gue bingung tau.." gumamnya.

"Hai kak,"

Aalisha membuka matanya terkejut. Ia menengok ke kanan, seorang anak kecil sedang duduk disampingnya sambil tersenyum kearahnya.

"Uhm hai," balas Aalisha agak canggung.

"Kakak cantik namanya siapa?" Tanya anak kecil yang dikuncir 2 itu.

"Aalisha, kamu?"

Anak kecil itu mengulurkan tangan mungilnya, "Aku Aurora."

Aalisha tersenyum lalu membalas uluran tangan Aurora, "Hai Aurora, kamu gemesin banget sih."

"Kamu ngapain disini? Sama siapa?" Tanya Aalisha.

"Aku-"

"Aurora kamu dimana? Udah dong abang capek larinya," keluh seseorang.

Aalisha dan Aurora menengok ke sumber suara, "Abang Aurora disini!" Panggilnya sambil melambaikan tangan mungilnya ke atas. Berbeda dengan Aalisha yang tampak familiar dengan muka si cowok.

Cowok itu segera berlari menghampiri Aurora, lalu berlutut didepannya.

"Kamu abang cariin, jangan jauh jauh dari abang Aurora," tegurnya.

"Aurora sama kakak cantik ini kok, kasian sendirian jadi Aurora temenin," jawab Aurora. Cowok itu menatap mata Aalisha, begitu juga dengan Aalisha. Keduanya sama sama terkejut.

"Austin?"

Austin berdiri lalu mengangguk mengiyakan. "Hai Aal," sapanya.

"Lo tau nama gue?" Tanya Aalisha heran.

Yang di tanya hanya tertawa kecil, "Semua juga tau siapa lo." Austin menatap iris biru milik Aalisha cukup lama.

"Abang kenal sama kakak cantik ini?"

Austin yang tersadar menjadi salah tingkah sendiri. Ia berdeham untuk menetralkan detak jantungnya.

"Oh uhm abang kenal, d-dia temen abang," jawabnya gugup.

Aurora ber-oh ria, kemudian ia menatap ke beberapa anak kecil yang sedang bermain di depannya, "Abang temenin kakak cantik ya, Aurora mau main. Bye abang." Ia pun segera meninggalkan Austin dan Aalisha berdua di kursi taman.

"Jangan jauh-jauh Aurora!" Austin duduk di samping kursi taman samping Aalisha.

"Dia depan kita kok, gak jauh," ucap Aalisha santai.

Austin menatap Aalisha yang sedang menatap kedepan, apa ini? Ia merasakan hal yang tak biasa saat pertama kali menatap Aalisha. Dengan cepat Austin menggeleng kepalanya, menepis jauh jauh pikirannya saat ini.

"Lo sakit apa Aal?" Tanya Austin penasaran.

"Darah rendah, kemaren gue pingsan di sekolah," jawab Aalisha santai.

Aalisha menengok, "Lo sendiri ngapain disini?"

"Gue nemenin Aurora check up, baru sembuh demam dia," balas Austin. Aalisha ber-oh ria, ia kembali memandang anak anak yang sedang bermain.

"Lucu ya," ucap Aalisha tiba-tiba.

"Makasih, gue emang lucu. Ganteng lagi," balas Austin pede.

Aalisha yang mendengar bergedik jijik, "Pede banget lo."

'Tapi emang bener sih ganteng sumpah, inget Kenzie Aal astaghfirullah.' batin Aalisha.

Mereka mulai membicarakan hal lain, tentang sekolah, keluarga dan teman masing masing. Sampai akhirnya George datang menghampiri Austin dan Aalisha.

George menunduk hormat, "Permisi nona muda."

Aalisha yang sedang asik mengobrol terpaksa berhenti karena George memanggilnya.

"Kenapa om?"

"Sekarang waktunya nona kembali ke kamar, dokter Samuel akan datang sebentar lagi," ucap George ramah.

"Oke om sebentar"

Aalisha menatap Austin dengan tatapan tak enak, "Austin sorry gue harus balik ke kamar."

"Its okay, at least can i have your id line?" Pinta Austin sambil menyodorkan ponselnya.

"Sure." Aalisha mengambil ponsel milik Austin lalu mengetikkan id linenya. Tak sampai semenit, Aalisha sudsh selesai melakukannya.

"Udah." Ia mengembalikkan ponsel Austin.

Austin mengacak rambut Aalisha gemas, "Get well soon okay."

"Sudah nona?" Tanya George.

"Udah," - Aalisha melambaikan tangannya- "Bye Austin." Austin hanya tersenyum menatap Aalisha yang perlahan menghilang dari pandangannya.

*****

Sementara di sekolah, Ava, Bella dan Jennie sedang berada di perpustakaan untuk mencari mencari novel.

"Feeling gua gaenak anjir, semenjak Azzura pindah kesini," bisik Bella.

"Mana nempel mulu sama Reynard, rasanya pen gue depak dari sekolah," geram Ava.

Jennie sudah menemukan buku yang ia cari, "Apa jangan jangan Reynard sama Aalisha lagi ada masalah? Coba nih ya, Reynard mana mau anjir ditempelin kek gitu."

"Make sense sih, udahlah yuk cabut tar kena omel pak Rahman mampus," ajak Ava.

"Kuyy!"