/prittt
"Permainan yang bagus! Good job semua!"
Suara siulan dari coach Herry menghentikan pertandingan sengit antara Pelita Bangsa dan Antariksa. Sorakan dari anak Antariksa memenuhi indra pendengaran Aalisha. Kali ini antariksa lebih unggul dengan skor 56-38.
Tumben.
"Selamat Antariksa, kalian semakin bagus," puji coach Herry.
"Terima kasih coach." Ucap Dave, salah satu anak Antariksa.
"Kita sekalian mau pamit."
"Ohh baik, hati-hati di jalan dan jangan ngebut!" Ucap coach Herry tegas.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Lain halnya dengan Jayden, Bara, Nathan dan Reynard. Mereka sangat kewalahan. Terutama Reynard, selama pertandingan ia tak fokus dan sering meleset. Tentu saja hal ini membuat coach Herry kesal bukan main.
"Kalian ber-4 kesini cepat!" Tunjuk coach Herry.
"Yang lain silahkan pulang, terimakasih."
Ucapan coach Herry membuat mereka tersadar dan segera menghampirinya.
Coach Herry menghela nafasnya kasar, "Come on guys, kenapa jadi turun gini skill kalian?"
Tak ada yang berkutik, lebih baik diam daripada kena semprot.
"Saya selalu bilang fokus! Jangan mikirin yang lain! Terutama Reynard, saya perhatiin dia mainnya gak becus sama sekali!"
"Sorry coach," ucap Reynard pelan.
"Saya gak mau ini keulang lagi, bubar!" Ucap coach Herry sebelum pergi meninggalkan ke-empat cowok itu.
"Akhirnya pergi." Nathan mengelus dadanya lega. "Pantesan gue mimpi kena omel tadi malem, ternyata pertanda toh."
Nathan menggeleng kepalanya, "Sial bgt gue."
"Bener kata coach Herry, gak becus." Perkataan Jayden membuat ketiga cowok dihadapannya menengok.
"Maksud lo?" Tanya Reynard dingin.
"Cih." Jayden melengos begitu saja, dengan sengaja menabrak bahu kanan Reynard.
Reynard menyeringai, cowok itu mengikuti Jayden dari belakang. Sedangkan Nathan dan Bara menelan ludahnya kasar. Berusaha menepis jauh jauh pikiran buruk mereka.
"Jayden! We're not done yet!"
Teriakan Reynard membuat langkah Jayden terhenti. Juga menarik perhatian Aalisha dan kawan kawan yang sedang mengobrol jauh disana.
Jayden membalikkan badannya, kini kedua cowok itu saling berhadapan.
"Pergi dari masalah emg udah jadi hobby lu kayaknya."
Belum sempat Jayden membuka suara, Reynard lebih dulu menginterupsinya.
"Let's straighten it up, whats your problem?"
"Perlu gue ulang? main lo gak becus sama sekali," ucap Jayden sambil menatap orang di depannya kesal.
Ekspresi wajah Reynard mengeras, "Bacot."
"Satu lagi, Bilangin pacar lo jangan ngambekkan jadi orang. Nyusahin doang."
/Bugh
Satu bogeman mentah mendarat sempurna di pipi kanan Jayden. Sang empunya pipi tersenyum sinis sambil memegang pipinya yang berdenyut.
"Dia gak ada sangkut pautnya sama sekali!" Desis Reynard.
/Bugh
"Basi!"
Tanpa basa-basi Jayden sudah membalas bogem mentah di pipi kanan Reynard cukup keras menyebabkan sudut bibir cowok itu robek dan mengeluarkan darah. Reynard mengusap darah di bibirnya kasar dan tersenyum kecil.
Nathan dan Bara sama sama membulatkan matanya.
"oh shit, we should stop them." Ucap Bara dibales dehaman dari Nathan.
/bugh
/bugh
Reynard kembali memukul Jayden seperti orang kesetanan. Tak ingin kalah, Jayden kembali melayangkan satu bogeman dibagian perut Reynard. Cowok itu langsung jatuh tersungkur sambil memegang perutnya kesakitan. Nathan segera menahan Jayden yang ingin menarik kerah Reynard.
"Woah calm down Jay, calm down!"
Begitu juga dengan Bara. Sedangkan Aalisha berlari tertatih-tatih menghampiri Jayden dan
Plak!
"Lo keterlaluan Jay!" Teriak Aalisha tepat di muka Jayden.
Jayden terdiam, belum sepenuhnya sadar atas apa yang ia lakukan tadi. Ada sedikit perasaan bersalah ketika melihat Reynard tergelatak dibawah.
"Aal-"
"No, just leave." Ucap Aalisha tanpa melihat ke arah Jayden.
"Aal let me-"
Aalisha sama sekali tidak peduli dengan omongan Jayden. Gadis itu duduk disamping Reynard dan meletakkan kepalanya di paha. Sungguh melihat Reynard lemah tak berdaya membuat dadanya sakit bukan main.
"Pulang!" Ava yang sudah geram sekaligus kesal menarik Jayden menjauh diikuti Bella dan Nathan disampingnya.
"Dont worry, im fine." Reynard mengelus pipi Aalisha lembut. Matanya memejam saat merasakan denyutan dibagian perut bekas tonjokkan Jayden. Sudut bibirnya berdarah, lebam di bagian bawah mata kanan dan pelipis.
"No you're not Ken."
"Gausah nangis sha, jelek tau."
Mendengar itu Aalisha buru buru menghapus jejak air mata di pipinya kemudian memukul lengan Reynard pelan.
"Rese!"
Reynard terkekeh, "Im okay hun."
Ah sial, mulut Reynard menyebalkan. Sempat-sempatnya bucin disaat seperti ini.
"Biar aku anter balik."
"Engga usah," tolak Aalisha.
"Aku bisa pulang bareng Jennie, biar kamu bisa langsung pulang sama Bara."
Dahi Reynard mengerut sempurna, seakan tak setuju akan apa yang gadis itu ucapkan. Ia merubah posisinya menjadi berdiri secara perlahan, lalu mengadahkan telapak tangannya kepada Bara. Mengerti maksud sepupu nya itu, Bara segera memberi kunci mobil kepada Reynard.
"Itu pernyataan, bukan pertanyaan dan tidak bisa dibantah." Reynard merapikan sedikit rambut dan bajunya, juga membasahi bibirnya yang agak kering.
"Aku anter kamu pulang."
*****
"Ken mampir ke tukang bakso dulu yaa, bentarr aja," pinta Aalisha ketika ia melihat warung bakso yang sangat ramai. Apalagi sekarang sedang turun hujan.
"Tumben mau bakso," balas Reynard sambil menepikan mobilnya di pinggir jalan dekat warung bakso.
"Gatauu lagi pengen."
"Yaudah biar aku yang turun, gerimis soalnya soalnya."
"Ikut," ucap Aalisha saat Reynard hendak membuka pintu mobil.
"Gerimis Aal, ntar demam."
Padahal makan disana pasti lebih enak, pupus sudah harapan Aalisha ingin makan bakso sambil ngerasain angin malam yang dingin.
"Jangan lupa kunci pintu," setelah itu Reynard pergi meninggalkan Aalisha didalam. Tak lupa gadis itu mengunci pintu seperti apa yang Reynard katakan.
"Semoga Davin udah pergi jauh, aku gak mau dia muncul lagi," gumam Aalisha.
Tok tok
Aalisha terperanjat, ia menengok ke kanan. Ternyata Reynard. Segera ia membuka kunci dan membiarkan Reynard masuk ke dalam.
"Nih," Reynard menyodorkan 2 bungkus plastik bening kepada kekasihnya itu. Tentu saja diterima oleh Aalisha dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Thanks," ucap Aalisha.
"Anything for my baby."
4 kata yang mampu membuat pipi Aalisha memerah sempurna. Untung saja sekarang gelap, bisa bisa Reynard tambah menggodanya. Melihat cowok disampingnya sedikit basah karena terkena air hujan, Aalisha menyodorkan 2 lembar tisu.
"Lap muka kamu," ucapnya.
Namun ditolak mentah mentah oleh Reynard.
"Ntar masuk angin Ken," bujuknya lagi.
"Sama kamu maunya," pinta Reynard dengan nada sedikit memohon.
"punya tangan juga, males banget jadi manusia." omel Aalisha namun tangannya tetap tergerak untuk mengelap wajah tampan itu dengan hati-hati.
"Kalo ada tangan kamu, kenapa harus tangan aku?"
"Whatever," ucap Aalisha jengah. "Nengok dong akunya jadi susah Ken," kesalnya.
Reynard menghadap kearah Aalisha, memposisikan wajahnya tepat di depan wajah gadis itu. Menatap wajah cantik Aalisha dengan lembut, tak berniat mengalihkan pandangannya sedikit pun.
"Cantik," ucap Reynard pelan namun masih bisa didengar oleh Aalisha.
"Huh?"
"Kamu cantik."
"A-apasih," balas Aalisha gugup.
Demi apapun, Jantungnya berdetak begitu cepat. Bisa bisanya Reynard membuat anak orang jadi gak sehat begini. Guna menetralkan detak jantungnya yang gak karuan, Aalisha kembali membuka suara.
"M-muka kamu lebam semua, nanti diobatin bentar ya dirumah."
Reynard mengangguk.
Aalisha menghela nafasnya, "Kenapa harus berantem Ken? Aku gak suka."
"Biasa Aal, cowok," jawab Reynard santai.
"Tapi gak harus pake tonjok-tonjokkan," tegas Aalisha.
"Iya Aal, engga lagi." Reynard mengusap kepala Aalisha lembut, "Omongan Jayden gausah kamu dengerin."
"What Jayden said is true Ken," ucap Aalisha pelan.
"Dont blame yourself, its not your fault. End of discussion!"
"Tapi-"
"Engga Aal," potong Reynard dengan menunjukkan tatapan tajam ke gadis itu. Detik selanjutnya tatapan tajam tersebut melembut.
Cup
"Udah ah, kasian baksonya jadi dingin," kekeh Reynard.
Reynard membenarkan posisi duduknya lalu mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Aalisha. Aalisha? Gadis itu sedang mencerna apa yang baru saja Reynard lakukan.
"Dasar tukang nyosor!"