Chereads / Bitterlove / Chapter 17 - ;17

Chapter 17 - ;17

"Bundaa kok gak bangunin Aalisha sih? Kan telat jadinya," panik Aalisha. Ia menghampiri Bunda di ruang makan untuk pamit ke sekolah.

"Enak aja, Bunda bangunin ya tadi. Makanya abis solat subuh jangan tidur lagi," omel Bunda Aileen.

"Makan dulu Aal." Bunda Aileen menyodorkan sepotong roti namun ditolak oleh Aalisha.

"Disekolah aja bun, gausah." Ia mencium tangan dan pipi Bunda Aileen lalu mengambil kunci mobil diatas meja makan.

"Gak bo-"

"Assalamualaikum Bunda!" Gadis itu berlari cepat meninggalkan Bunda Aileen yang tak habis pikir dengan putrinya yang sangat keras kepala.

"Waalaikumsalam."

*****

Tin tin tin

"Gece dong jalannya lama bgt, udah tau gerbang mau ditutup," kesal Aalisha.

Mobilnya terjebak didepan gerbang akibat banyak siswa yang berlalu lalang sehingga mobilnya tak dapat masuk dengan mudah. Aalisha melihat jam yang melingkar di tangannya, 5 menit lagi bel berbunyi.

"Ayo dong jalannya cepetan dikit," gumam Aalisha sambil menjalankan mobilnya pelan. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya Aalisha bisa memarkirkan mobilnya.

Gadis itu berlari cepat ke arah lapangan. Ia berharap bu Ita tidak berjaga saat ini agar bisa masuk kedalam barisan kelas.

"Plis ini udh pada baris gue yakin."

Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya. Aalisha di tahan oleh bu Ita saat ingin menuju barisan kelasnya.

"Aalisha!"

Mampus, batin Aalisha.

"Masuk barisan khusus yang telat! Cepat!" Perintah bu Ita.

Aalisha meringis, "Telat beberapa menit doang bu astahgfirullah."

"Tetap saja telat! Itu rambut kamu diapain?" Tanya bu Ita tegas.

Gadis itu melihat rambutnya. Sial, ia baru ingat rambutnya baru dicat warna ungu kemarin. Walaupun di bagian dalam, tapi ia menguncir rambutnya sehingga kelihatan.

"Ehehehe dicat ibu, bagus kan?" jawab Aalisha dengan menunjukkan wajah tanpa dosanya.

"Kamu ini, cepat kesana!" Suruh bu Ita.

"Tapi panas ibu," keluhnya

"Tidak ada tapi tapian!"

Aalisha mendengus kesal, ia menghentakkan kakinya kesal. Dengan berat hati ia berdiri di depan. Benar benar menyebalkan.

"Demi apa sih mana lagi terik ini mataharinya," gerutunya.

Jayden yang tak sengaja melihat Aalisha berdiri di depan mengernyitkan dahinya, lalu ia menyenggol lengan Reynard.

"Apaansih?"

"Doi didepan tuh," tunjuk Jayden.

Reynard pun mengikuti arah yang Jayden tunjuk. Lalu tersenyum kecil melihat gadisnya yang sedang berdiri sambil menggerutu kesal.

Dari tempat Aalisha berdiri, ia bisa melihat dengan jelas barisan dimana Reynard berdiri. Reynard tersenyum kecil kepadanya. Ia pun membalasnya dengan senyuman.

Sesekali Aalisha mengipas wajahnya dengan tangan karena kegerahan.

"Astaghfirullah apes bgt hari ini," gerutu Aalisha, lagi.

Gadis itu menundukkan kepalanya menatap ujung sepatu putihnya. Tiba tiba Aalisha merasa ada yang menetes dari hidungnya, lalu ia mengelapnya pakai tangan. Ternyata adalah darah. Matanya membelalak kaget.

"Mimisan?"

Aalisha mengeluarkan tissue yang selalu ia bawa di saku. Ia segera menutup hidungnya agar darahnya menyerap.

'Tumbenan banget mimisan gini' batin Aalisha.

Karena kepalanya mulai pusing dan darahnya tak berhenti, gadis itu memutuskan untuk keluar barisan dan menghampiri anak PMR.

Tanpa Aalisha sadari, Reynard memerhatikannya daritadi. Ia menjadi khawatir dengan kondisi gadis itu. Reynard menepuk bahu Jayden didepannya, "Gue pergi dulu."

Jayden tersentak, "Heh mau kemana lo?"

"Aalisha sakit."

*****

"Kak ini teh nya ya," ucap Schilla, anak pmr yang mengantar Aalisha ke uks.

"Makasih schil," balas Aalisha. Ia meminum sedikit teh hangat lalu menaruhnya di atas nakas.

"Kakak tiduran aja ya, aku mau keluar lagi."

"Makasih ya." Aalisha merebahkan dirinya di kasur, tangannya masih setia memegang tissue untuk mengelap darah yang keluar.

"Darahnya banyak banget lagi," risau Aalisha.

6 menit berlalu Aalisha yang akan memasuki alam mimpi pun gagal karena pintu uks terbuka dengan kasar. Tampak sesosok cowok dengan baju berantakan dan nafas yang memburu. Cowok itu langsung menghampiri Aalisha yang sudah terduduk.

"Kenzie?"

"Kamu kenapa? Kok bisa mimisan? Kepala kamu pusing ga? Darahnya masih keluar? Tadi pagi udah-"

"Calm down babe," potong Aalisha. Reynard sedikit bisa bernafas lega melihat Aalisha tersenyum.

"Aku gapapa, mungkin kepanasan." Aalisha membuang tissue bekas ke tempat sampah lalu mengambil yang baru.

"Ke dokter ya," ucap Reynard sambil mengelus tangan Aalisha.

"Aku gapapa Kenzie, ini juga udah berenti kok," balas Aalisha.

"Udah sarapan?" Tanya Reynard.

Aalisha menggigit bibir dalamnya, "hm belom ehehe."

"Kenapa gak makan sih?" Kesal Reynard.

"Telat bangun tadi."

Reynard menghela nafasnya, "Mau aku anter ke kelas?"

"Mauu," balas Aalisha. Gadis itu turun dari kasur dan memakai sepatunya.

"Mau digendong gak?"

"Ck modus kamu doang itu mah." Aalisha melengos pergi meninggalkan Reynard yang tertawa kecil di dalam.

*****

"Kalian akan ibu beri tugas kelompok-"

"Yahhh ibu mahh," keluh seisi kelas.

"Masa tugas lagi bu? Bukannya kemaren baru dikasih?" Tanya Gabri.

Bu Rani berkacak pinggang, "Kalian ini mengeluh terus, tugas tetap ibu berikan," ucap bu Rani tegas.

"Sekarang ibu akan membagikan kelompoknya."

"Please gue harus sekelompok sama tiga curut," gumam Ava.

"Kelompok 1 yaitu Jennie, Ava, Bella dan Aalisha."

"YEAY!" Pekik Ava senang.

"Ava! Diam dulu," tegur bu Rani.

"Maaf bu ehehe."

Bu Rani menggeleng kepalanya, "Kelompok 2 yaitu-"

"Assalamualaikum ibu."

"Waalaikumsalam Aalisha, bagaimana keadaanmu?" Tanya bu Rani saat Aalisha masuk ke dalam kelas.

"Mendingan bu," balas Aalisha.

"Yasudah silahkan duduk."

Aalisha berjalan melewati bu Rani dan duduk disamping Ava, "Lagi ngapain ini?"

"Bagi kelompok, lo satu kelompok sama kita," jawab Jennie.

"Bagus deh."

"Lo gapapa sha? Muka lo pucet," bisik Ava.

"Gapapa, pucet banget emang?"

Ava mengangguk, "bibir lo pakein lip gloss gih."

Aalisha menurut, ia mengambil make up pouch di tasnya. Gadis itu mengeluarkan lip gloss lalu memakainya secara diam- diam. Bisa-bisa semua makeup nya disita sama bu Rani.

"Rapi gak?" Tanya Aalisha sambil menunjukkan bibirnya kepada Ava.

"Udah sha bagus," puji Ava.

"Thanks."

*****

"Lo gak mau makan sha?" Tanya Ava sambil mengaduk bakso nya. Tak lupa ia tambahkan kecap dan sambal yang banyak agar lebih menggugah selera.

Aalisha menggeleng, "Gak laper."

"Gak laper apa gak punya duit? nih gua kasih," ucap Bella yang sedang mengunyah makanannya.

"Cantik lo gitu?" ucap Aalisha sebal.

"Gak laper sumpah Bel," lanjutnya.

"Susah bgt sih dibilangin," kesal Bella.

"Jennie aja gak marah, ya kan Jen?" Aalisha menatap Jennie penuh harap agar membelanya.

"Engga, sebel gua ama lo," ketus Jennie.

Aalisha mengerutkan bibirnya, sedangkan Ava dan Bella sedang menahan tawanya.

"Ck yaudah deh, gue mau liat liat dulu," putusnya.

"Mau temenin ga? Tar ilang lagi," ledek Bella.

"Disitu doang bell, masyaallah."

Aalisha beranjak dari duduknya, ia berlari kecil menuju penjual batagor. Namun Aalisha mendadak berhenti di tengah jalan, Aalisha merasa pusing menyerang kepalanya.

Gadis itu memegang kepalanya kesakitan, tak lama kemudian ia melihat setetes darah jatuh ke lantai. Hidungnya berdarah lagi. Pandangannya mulai memburam dan

/Bruk/

Aalisha tak sadarkan diri dan jatuh ditengah kerumunan.

"Woi ada yang pingsan!" Teriak seseorang. Karena penasaran, semua siswa langsung mendatangi sumber suara.

Ava yang hendak minum pun terhenti, "Pingsan? Siapa yang pingsan?"

"Kita liat aja."

Jennie beranjak dari duduknya, diikuti Bella dan Ava dibelakangnya. Mereka menerobos masuk agar bisa melihat siapa yang pingsan.

"Minggir gue mau lewat!" Teriak Jennie. Tidak ada yang mendengar, Ia memutuskan untuk menyelak agar bisa masuk ke dalam. Akhirnya Jennie bisa masuk kedalam, namun ia terkejut saat melihat siapa yang pingsan.

"Aalisha?!"

Ia melihat Aalisha tergeletak tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari hidungnya. Ia duduk disamping Aalisha dan membawa kepala gadis itu pangkuannya.

"Woi bangun gak lucu sumpah bercanda lo!" Jennie menepuk-nepuk pipi gadis itu. Gadis itu tak bereaksi sedikitpun.

Bella dan Ava yang baru berhasil masuk terkejut melihatnya.

"Bella tissue woi tissue!" pinta Jennie

"Bell tissue cepet!" ucap Ava setengah panik karena melihat Jennie panik.

Bella mengambil tissue di sakunya dengan tangan yang gemetar hebat lalu memberikannya kepada Jennie. Jennie pun mengelap darah di hidung Aalisha.

"Please siapapun tolong!" Panik Jennie.

*****

"Gak sabar mau ada sparing lagi," pekik Nathan.

"Rabu kan? Emang sparing paling enak rabu no debat." Seru Jayden.

Reynard dan kawan kawan baru menuju kantin karena coach Herry memanggil mereka saat bel istirahat berbunyi.

"Reynard!" Panggil Harvey yang berlari kearahnya.

Reynard mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

Harvey yang capek menumpu tangannya di lutut, "anjir capek banget nyari lo pada."

"Kenapa vey? Tanya Reynard lagi.

"Ke kantin, pacar lo pingsan," sambung Harvey.

Deg,