"Sha udah ya... nangisnya udah," bujuk Ava.
"Iya sha, mata lo mulai bengkak itu," sambung Bella
Aalisha tak merespon, matanya yang kosong menatap ke depan. Sedari tadi air matanya tak kunjung berenti.
Reynard memeluk Aalisha dari samping, membiarkan gadisnya menangis dalam dekapannya. Tak peduli akan bajunya basah.
"Come on dear, you have to stop," bujuk Reynard.
"Aku salah ya pacaran sama kamu?" Lirih Aalisha.
"Kamu ngomong apa sih?" Ucap Reynard tak terima.
"Kayaknya aku jelek bgt di mata mereka."
Aalisha memejamkan matanya, dadanya terasa sesak. Tidak, tidak boleh. Penyakitnya tidak boleh kambuh. Nafas Aalisha mengeluarkan bunyi seperti bersiul.
"Aal, kamu kenapa sayang?" Tanya Reynard ketika mendengar bunyi tersebut.
"Sakit Ken..." Aalisha memegang dadanya.
"Nafas kamu bunyi Aal," panik Reynard.
Reynard teringat kata Bunda kemarin,
'Aalisha ada asma, dia gak boleh terlalu sedih atau terlalu seneng.'
'Sial' batin Reynard.
"Tolong ambilin obat aku, plastik bening," pinta Aalisha.
"Biar gue aja."
Ava berlari menuju kelas, ia membuka tas Aalisha dan mencari obat yang dimaksud.
"Buset makeup banyak bener, mau sekolah apa kondangan anjir," gumam Ava.
Dapat! Tak lupa membawa botol minum pink Aalisha.
"Sialan gue mau ngakak liat botol minumnya."
"Reynard," panggil Ava. Reynard mengambil obat tersebut.
"Thanks."
Reynard mengambil satu kapsul dan mengarahkannya ke mulut Aalisha. Aalisha membuka mulutnya lalu meneguk air yang diberikan Reynard.
"Makasih," ucap Aalisha.
"Nafasnya kok gitu?" Tanya Bella.
"Asma," jawab Reynard sambil mengusap punggung Aalisha.
/tring tring tring
'Panggilan kepada Aalisha Ganendra, Kiara Anastasia, Avariella, Arabella, Jennie dan Aldebaran untuk segera ke ruang BK sekarang, terimakasih'
"Ngadu anjir tuh anak," yakin Ava.
"Sialan," umpat Jennie.
"Aku temenin," ucap Reynard. Ia menggandeng tangan Aalisha, lalu segera melangkah menuju BK.
****
Tok tok
"Silahkan masuk!"
Aalisha memegang gagang pintu tersebut, lalu menghembuskan nafasnya guna menetralkan detak jantungnya.
Ceklek
"Nak Aalisha, silahkan duduk. Kalian juga," suruh Bu Ita selaku guru BK.
Pandangan mereka tertuju pada Kiara dan orangtuanya. Mata Kiara membulat ketika melihat Reynard masuk ruangan.
"Loh Reynard, kamu ngapain disini?" tanya Bu Ita.
Reynard menaikkan sebelah alisnya, "Gak boleh?"
"Yasudah cepat duduk."
"Baik, saya panggil kalian kesini karena ada yang melaporkan bahea kalian bertengkar di kantin tadi pagi. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Bu Ita.
"Sebentar, yang mana Aalisha?" tanya Daffa, ayah Kiara.
"Iya, kenapa om?" Aalisha menatap Daffa tak minat.
"Benar kamu nampar anak saya?" Tanya Daffa.
Aalisha menggangguk membenarkan.
"Siapa kamu berani nampar anak saya hah?!" Bentak Daffa.
"Gausah nge bentak bisa kan?" sinis Reynard.
"Diem dulu yaampun." Aalisha memukul tangan Reynard membuat si empunya berdecak kesal.
"Babe..." Reynard melirik Aalisha dengan tatapan memelas.
"Diem dulu Kenzie," bisik Aalisha.
Reynard mendengus lalu menatap Daffa tajam.
"Om gak tau saya siapa?"
"Ayahmu dari kalangan biasa bukan? Jelas, anaknya aja suka cari masalah," ucap Daffa sombong.
"Gak jelas sumpah." Ava menggeleng kepalanya pelan.
" Nyari masalah aja njir tuh orang," sambung Bella.
"Kalian akan saya tuntut karena sudah kurang ajar sama anak saya," tegas Daffa
"Maaf pak, apa sebaiknya tidak perlu sampai menuntut? Hal ini bisa dibicarakan baik baik secara kekeluargaan." Ucap Bu Ita dengan wajah cemas.
"Gak bisa gitu dong bu, saya ditampar ya sama Aalisha!" Protes Kiara.
"Saya dijambak sama Bara! Terus baju saya disiram teh sama tuh anak!" Kiara menunjuk Jennie dengan dagunya.
Jennie berdecih, "Kan lo yang mulai anjing."
"Jaga mulutmu, saya tetap akan menuntut mereka semua!" Tekan Daffa.
Reynard mengetuk meja dengan jemarinya,
"Anda yakin?"
"Kenapa tidak? Kalian semua sudah keterlaluan," jawab Daffa.
"Saya akan panggil papa saya kesini."
Ucapan Reynard membuat Bu Ita semakin cemas. Ia mengeluarkan ponselnya. Nada dering tanda tersambung berbunyi.
"Assalamualaikum pa,"
"..."
"Kesekolah pa,"
"..."
"Ajak aja,"
"..."
Bip
"Tunggu sebentar."
10 menit kemudian,
Dua pria paruh baya dengan setelan jas yang tampak mahal memasuki ruang BK dengan penuh wibawa. Wajah Bu Ita memucat ketika kedua pria itu semakin mendekat.
"Ayah?"
Aalisha tampak bingung melihat ayahnya berada di sekolah. Bukannya ia sedang berada di luar kota kemarin? Kemudian gadis itu melirik kearah Reynard yang juga sedang menatapnya.
"Kejutan."
Aalisha tersenyum, kemudian menghampiri Aarav lalu memeluknya. Pelukan hangat yang sangat ia rindukan.
"Apa kabar sayang?"
"Baik yah."
Bu Ita berdeham, "Selamat siang Pak Geovan dan Pak Ganendra, silahkan duduk."
"Tidak perlu, Ada apa ini?" Tanya Daniel datar.
"Ekhemm... maaf sebelumnya. Pak Daniel, Pak Aarav. Sedang apa kalian disini?" Tanya Daffa bingung.
"Anak saya nelfon."
Daffa membulatkan matanya, "A-anak?"
"Reynard anak saya, dan dia keponakan saya." Daniel menunjuk Bara.
Bara menaikkan sudut bibirnya,
'mampus kan lo, belagu sih."
Semua terkejut mendengar perkataan Daniel, Bara adalah keponakan Daniel? Yang berarti Reynard dan Bara adalah sepupu. Bisa-bisanya mereka menyembunyikan hal besar seperti itu.
Sedangkan Daffa hanya bisa menelan ludahnya kasar. Benar-benar sial.
"Cepat beritahu ada masalah apa disini?" Tekan Daniel.
"Mereka mau nuntut kita pa,"
"Aalisha gak akan nampar kalo Kiara gak bilang hal gak baik tentang dia," jelas Reynard.
"Tapi dia bertingkah seolah Aalisha yang salah disini."
"Tadi bilang apa Kiara? Aalisha bitch ya?" Timpal Bara.
Rahang Aarav mengeras, "Berani beraninya kau berkata seperti itu kepada anak saya!"
"Jangan harap setelah ini anda akan hidup tenang Daffa."
Daniel menghembuskan nafasnya kasar kemudian ia melirik jam tangannya.
"Saya tidak ingin membuang waktu lagi, kalian akan mencabut tuntutan mereka atau tidak?"
Daffa diam, begitu juga dengan istrinya. Reynard dan Bara sama sama tersenyum puas melihat orang didepannya diam seribu bahasa.
"Saya anggap anda mencabut tuntutan mereka," ucap Daniel.
"Bu ita, terima kasih."
"Iya Pak Daniel," balas Bu Ita.
"Kalian ikut," perintah Daniel.
Daniel dan Aarav lebih dulu melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Reynard, Aalisha, Bara dan Bella langsung beranjak dari duduknya. Berbeda dengan Ava dan Jennie.
"Bye bitch," ucap Ava dan Jennie pelan sambil melambaikan tangannya.
****
"Bara,"
Bara yang sedang memainkan ponselnya menengok ke arah Daniel, lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu apakan dia?"
"Om tau kamu pasti berbuat sesuatu Bara," ucap Daniel.
"Bara jambak doang," balas Bara santai.
Daniel menggeleng kepalanya, keponakannya tak pernah berubah. Ia beralih menatap Aalisha yang berdiri disamping Aarav.
"Aalisha,"
"Iya?"
"Kamu gak ingat saya?" Tanya Daniel.
Aalisha mengerutkan keningnya, lalu menggeleng kecil yang justru membuat Daniel tersenyum kecil.
"Tidak apa."
"Kau mirip sekali seperti bundamu," ucap Daniel.
"Ck udah pa, papa gak balik ke kantor?" Sela Reynard yang tak tahan papa nya terus menatap Aalisha.
Daniel mengangkat sudut bibirnya, menyadari anaknya sedang merasa cemburu. Persis seperti dirinya dulu. Ia mengangguk pelan.
"Oke, papa ke kantor. Aarav? Kau ikut?"
Aarav mengganguk, "Tentu, ada hal yang harus kita diskusikan."
"Ayah ke kantor." Ia mencium kening Aalisha.
"Hati hati ya yah," ucap Aalisha.
Daniel membenarkan jas nya, "Hari ini pulang cepat bukan?"
"Hmm" jawab Reynard.
"Ke kantor papa."
"Mampus," gumam Bara.
"Bara juga," lanjut Daniel.
"Apasih om, gamau," tolak Bara.
"Ikut atau om bilang Daddy kamu," tegas Daniel.
Bara mendengus kesal, "Fine."