Chereads / Bitterlove / Chapter 9 - ;09

Chapter 9 - ;09

"Apalagi yang kurang?" Tanya Reynard.

"Ini tuh udah semua Ken, kamu masih nawarin?" Aalisha menelan ludahnya kasar. Sebanyak itukah uang Reynard?

Mereka tidak langsung pulang, sekarang mereka sedang di mall. Seperti yang dijanjikan Reynard, ia membelikan semua album yang gadisnya mau.

"Oke ayo kita ke kasir," ajak Reynard.

"Siang kak, ini aja belanjaannya?" Tanya kasir tersebut. Reynard mengangguk singkat.

Reynard nampak santai saja, sedangkan Aalisha sedari tadi menggigit bibirnya melihat angka di monitor terus bertambah.

"Totalnya 6.500.000 kak," ucap kasir itu. Reynard mengernyitkan dahinya.

"Nanggung mba, tambah yang itu 2 ya," ucap Reynard santai. Ia memilih 2 album NCT keluaran terbaru.

Aalisha yang mendengarnya menganga tak percaya, "K-ken kamu serius?"

"Hmm," balas Reynard.

"Semuanya jadi Rp. 7.000.000 ya kak," ucap kasir itu.

Reynard mengeluarkan dompetnya dan mengambil blackcard-nya, lalu menyerahkannya ke kasir.

Aalisha lagi lagi meneguk ludahnya kasar. Reynard memiliki blackcard? Aalisha saja yang minta ke Ayah gak dikasih.

"Terima kasih sudah berbelanja disini." Kasir itu menyerahkan kartu Reynard dan 2 paperbag besar.

"Makasih." Reynard mengambil kartu dan paperbag tersebut. Ia melihat gadisnya melamun, lucu.

"Ayo pulang, kamu capek kan." Reynard merangkul Aalisha, menuntun gadisnya untuk berjalan.

"Aku gaenak sama kamu," ucapnya saat sudah sampai di mobil.

"Kamu ngeluarin segitu, apa gak berlebihan?" Tanya Aalisha sambil menatap Reynard.

"Engga, aku emang mau hadiahin kamu kok," balas Reynard. Tangannya mengusap lembut pipi Aalisha.

"Tapi-"

"Sekarang kamu tidur, biar badannya enakan," suruh Reynard.

Aalisha menyenderkan punggungnya ke kursi dan mulai menutup matanya menuju alam mimpi.

****

Langit cerah kini berganti menjadi teduh, pepohonan bergoyang mengikuti semilir angin yang menyejukkan. Aalisha yang baru bangun dari tidurnya merenggangkan tangannya.

"Hoamm." Ia mengusap matanya perlahan.

"Kok bisa disini? Bukannya tadi di mobil ya?" Ia berbicara sendiri dengan mata yang masih tertutup.

"Jam berapa sekarang?,"-Ia melihat Jam dinding- "jam 5, lama banget aku tidurnya."

Kemudian Aalisha mengambil ponselnya, ternyata ada pesan masuk dari bunda dan Reynard.

Bunda

sayang, bunda sama ayah lagi ada urusan diluar kota.

maaf mendadak, kita ketemu besok ya

"Ditinggal lagi, kapan kita punya waktu bareng lagi?" gumamnya.

Lalu ia membuka pesan dari Reynard,

sha, tadi kamu pules bgt jadi aku gendong ke kamar

kabarin aku kalo udah bangun ya

aku baru bangun||

Aalisha melihat pintu balkonnya terbuka, lalu ia beranjak dari tempat tidur untuk menutupnya.

"Kok bisa kebu-" ucapan Aalisha terhenti ketika ia melihat sebuah kotak hitam di bawah.

"Apa nih?" Aalisha membuka tali yang mengikat kotak tersebut, lalu ia membuka tutupnya.

Aalisha membuang asal kotak hitam itu.

"BIBI!" Teriak Aalisha.

Gadis itu menutup mulutnya tak percaya, badannya gemetar hebat.

"Kenapa non?! Ada apa?!" Tanya Bibi panik.

Ia langsung lari ke atas karena mendengar Aalisha berteriak.

Aalisha menunjuk kotak tersebut dengan tangan yang gemetar. Bibi pun mengambil kotak hitam itu dan melihat isinya. Matanya membulat sempurna.

"Ini siapa non yang ngirim?" Tanya bibi tak percaya. Aalisha menggeleng kuat, benar benar tak tahu siapa yang mengirim kotak itu.

"Kenzie... aku harus telfon dia," ucap Aalisha.

Dengan tangan yang gemetar, Aalisha mengambil ponselnya di kasur dan menelfon Reynard. Syukurlah cowok itu cepat mengangkat.

"Halo sha, kamu lagi apa?" Tanya Reynard. Tak ada jawaban melainkan suara isak tangis gadisnya.

"Sha kamu kenapa nangis? Kamu kenapa sayang?" Tanya Reynard panik.

"K-ken... kamu...bisa ke rumah gak?"

"Aku takut," tambahnya.

"Iya aku ke sana, kamu di rumah sama siapa?" Reynard mencoba untuk tenang.

"Aku sama bibi," jawab Aalisha seadanya.

"Kamu jangan jauh jauh dari bibi, aku kesana sekarang." Reynard memutuskan panggilannya.

"Udah bibi buang non, sekarang kita kebawah ya," ajak bibi.

"Iya bi"

****

Dari kejauhan, seseorang dengan masker dan topi hitam sedang memantau rumah mewah milik keluarga Ganendra.

"Kotak pemberian aku dibuang," ucapnya.

"Kamu salah besar sayang, harusnya kamu simpen boneka nya." orang itu tertawa kecil.

"Tunggu aku sebentar lagi, Aalisha"

***

"Assalamualaikum." Reynard sudah sampai di rumah Aalisha.

"Waalaikumsalam, eh den Reynard ayo masuk," ucap bibi saat membuka pintu.

"Makasih bi." Reynard segera berlari menuju ruang tamu, disitu ia melihat Aalisha yang sedang duduk dengan badan yang ditutup selimut.

"Sha"

Aalisha yang mendengar suara Reynard langsung berlari dan memeluk Reynard erat.

"Aku takut." Aalisha kembali terisak.

Reynard memeluk Aalisha lebih erat lagi dan mengelus punggung gadisnya agar lebih tenang.

"Aku gak tau kenapa bisa ada kotak itu di balkon," ucap Aalisha.

"Kotak? Kotak apa?" Tanya Reynard bingung.

"Itu den, isi kotaknya boneka yang dilumurin darah." jelas bibi.

"Bibi juga gak ngerti siapa yang naro disitu," sambung Bibi. Ia meletakkan teh di meja untuk Reynard.

"Darah bi?"

Bibi mengangguk, "Iya den, ayo diminum dulu. Bibi ke belakang ya."

"Makasih bi."

Reynard melepas pelukannya, kemudian ia menangkup pipi Aalisha,

"Im here, theres nothing to worry about."

"I will always take care of you, that's my promise."

Kemudian ia mengusap bekas air mata gadisnya,

"Don't cry anymore, i'll be sad," ucapnya lembut.

"Aku takut, gimana kalo kotak itu ada lagi?"

"Apalagi balkon aku kebuka pas aku bangun," ucap Aalisha cemas.

"Ayah sama Bunda gak di rumah Ken...," tambahnya.

"You are my priority now, aku yang jagain kamu selagi Bunda sama Ayah gak dirumah. Okay?" jelas Reynard.

Aalisha tersenyum simpul.

"So now, what do you want to do? How about ramen?" Tawar Reynard. Senyum milik gadisnya kembali merekah.

"Mauuu," pekik Aalisha senang.

"Kita pamit ke bibi dulu ya," ajak Reynard.

Mereka menghampiri Bibi yang sedang membereskan dapur.

"Bi, aku sama Reynard pergi bentar ya" ucap Aalisha.

"Iya non, jangan malem malem ya," ucap Bibi.

"Oke Bi, assalamualaikum," pamit Aalisha.

"Waalaikumsalam," balas Bibi.

****

Aalisha menyenderkan kepalanya di jendela mobil, menatap bulan yang memancarkan sinar indahnya malam ini. Gadis itu rindu Ayah Bunda nya, rindu menghabiskan waktu dengan mereka. Tanpa sadar, air matanya jatuh begitu saja.

Reynard yang sedang fokus menyetir mengalihkan pandangannya ke samping. Ia melihat Aalisha mengusap pipinya. Tangan kirinya menggenggam tangan Aalisha lembut membuat gadis itu tersentak.

"Kenapa hmm?" tanya Reynard.

"Kangen Ayah sama Bunda," ucap Aalisha lirih. Reynard memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Aku ngerti, pasti berat ditinggal terus," balas Reynard.

"Besok mereka pulang, jangan sedih yaa," bujuk Reynard.

"Tapi tetep aja Ken...," rengek Aalisha.

Reynard menarik Aalisha ke pelukannya, sangat erat. Namun terasa sangat nyaman. Ia menaruh kepalanya di ceruk leher gadis itu. Kemudian mengusap punggung Aalisha agar tenang.

"Udah yaa, nanti mereka sedih kalo tau kamu kayak gini," ucap Reynard. Ia melepas pelukannya.

"Makan ramen nya jadi gak nih? atau mau pulang aja?" tanya Reynard.

Aalisha mengerutkan bibirnya, "Ihh jadi... kamu mah gitu."

Reynard yang gemas terkekeh kecil, lalu ia mencium kening Aalisha singkat. Gadis itu tersipu malu, darahnya berdesir hebat.

"Pipi kamu merah, kenapa?" ledek Reynard sambil menoel pipi Aalisha.

"Reynard...," geram Aalisha.

"Kenzie sayang, Kenzie" ralat Reynard.