Jam menunjukkan pukul 6, Aalisha terbangun dari tidurnya, ketika dia bangun ia merasa tubuhnya menolak untuk beraktivitas. Badannya terasa sakit untuk bergerak.
Dipegangnya kening nya sendiri, panas. Sepertinya ia tidak enak badan. Pasti gara gara semalam marathon 3 episode sekaligus.
"Sha, kamu udah bangun belum sayang?" Bunda membuka pintu kamar.
"Udah bunda, tapi kayaknya gaenak badan," jawab Aalisha.
Bunda yang khawatir menghampiri anaknya yang terbaring lemah. Ia meletakkan telapaknya di dahi Aalisha.
"Badan kamu panas,"-Bunda menatapnya penuh selidik-"pasti tidurnya malem banget."
"Ehehe maaf ndaa,"
"Yaudah kamu istirahat ya, biar bunda yang ke sekolah nanti." Bunda mengecup pipi Aalisha lalu pergi dari kamar.
"Ngapain bun?"
"Izinin kamu, sekalian belanja," ucap bunda lalu menutup pintu kamar.
"Trus sekarang ngapain?" ia memejamkan matanya sejenak.
"Telfon Ava aja deh."
Aalisha mengambil ponselnya diatas nakas dan segera menghubungi Ava.
***
"Aalisha mana sih ah gak dateng dateng," ucap Ava sambil mengaduk buburnya.
"Ngaret bgt tuh anak," timpal Jennie.
Jennie melihat seisi kantin, pandangannya tertuju pada Jayden diam diam berdiri dibelakang Ava. Cowok itu memberi isyarat agar diam, dibalas dengan alis yang terangkat satu.
"Pagi Avaa sayangnya Jayden!" Teriak Jayden.
Ava memejamkan matanya, 'sialan' batin Ava
"Bisa gak sih gausah ngagetin gitu?!" Sinis Ava.
"Sayang Ava juga,"ucap Jayden.
"Bacot anjir," umpat Ava.
"Kita duduk sini ya," ucap Nathan lalu ia duduk disamping Bella.
"Kek ada yang kurang," ucap Jayden.
"Lah doinya Reynard mana?" Lanjutnya.
Reynard yang baru sadar pun mendongakkan kepalanya. Benar, Aalisha tidak ada.
Ava yang hendak berbicara mengurungkan niatnya karena ponselnya berdering.
"Aalisha nih." Ava langsung menerima panggilan tersebut.
"Speakernya nyalain," suruh Bella, Ava mengangguk.
"Halo va"
"Suara lo ngapa heh? Serak bgt," tanya Ava khawatir.
"Badan aku panas, makannya gak masuk," jelas Aalisha.
"Lagi ngapain va?" Lanjutnya.
"Lagi dikantin," balas Ava.
"Bella? Jennie?" tanya Aalisha.
"Ada kok, nih Reynard juga ada," goda Ava.
"Aalisha! Reynard kangen nih katanya!" teriak Nathan.
"Duh bete mulu anaknya ini begimana?" sahut Jayden.
"Tuh sha makanya sekolah, ribet kan kalo Reynard kangen," goda Ava.
"Ih apaan sih, udah bye aku mau bobo." Gadis itu memutuskan panggilannya sepihak.
"Huhuhuu ada yang salting gara gara si batu," goda Nathan.
"Mencium bau bau pj ini," tambah Jayden.
"Siap siap di traktir ramen sama Reynard," seru Ava.
Reynard tak menanggapi obrolan mereka, ia pun bangkit dari kursi dan memutuskan pergi ke kelas.
"Najis gue dicuekin," protes Ava.
****
Seorang wanita berparas cantik dan awet muda melangkahkan kakinya di koridor sekolah, kesan glamour yang menempel pada dirinya membuat semua mata terpaku padanya.
"Assalamualaikum, apa saya bisa bertemu wali kelas Aalisha?"
Bu Naya selaku wali kelas sedikit terkejut atas kehadiran bunda Aalisha, lebih tepatnya Aileen Ganendra. istri dari Aarav Ganendra.
"Silahkan duduk bu," ucapnya ramah.
"Ah tidah usah, saya hanya ingin menyampaikan bahwa anak saya sedang sakit," jelas Bunda.
"Oh baik bu, nanti saya yang izinkan," balas bu Naya.
"Yasudah kalau begitu saya pamit bu Naya," pamit Bunda.
"Baik bu."
"Ke kantin dulu kali ya jajan dikit, kangen juga."
Bunda melangkahkan kakinya menuju kantin, Bunda merasa familiar dengan wajah sesosok laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.
"Reynard!"
Reynard yang merasa terpanggil pun menengok, "Bunda."
Ia berlari ke arah bunda, mencium tangannya dan memeluknya erat.
"Kangen bunda," ucap Reynard manja.
"Kamu kenapa jadi manja gini sih?" Bunda terkekeh.
"Kan udah lama gak ketemu," ucap Reynard.
"Bunda ngapain? Emg anak Bunda sekolah disini?" Tanya nya.
Bunda mengangguk.
"Siapa bun?"
"Aalisha," jawab Bunda.
Reynard membulatkan matanya, "Serius? Jadi Aalisha anak Bunda?"
"Kamu kenal?" tanya Bunda.
"Kenal bun, orang lagi pdkt," jawab Reynard pede.
"Kalo yang pdkt in kamu mah Bunda setuju lahir batin." Bunda tertawa.
"Bunda ada ada aja."Reynard terkekeh.
"Oh iya anterin bunda ke kantin dong, mau minum," pinta Bunda.
"Ayo Bunda, Ken masih lama masuknya." Reynard menggandeng tangan Bunda dan membawanya ke kantin.
"Bunda duduk aja, biar Ken yang pesenin."
Reynard pun pergi memesan es teh manis untuk Bunda.
"Nih Bunda," ucap Reynard.
"Makasih Ken."
Bunda pun meminumnya hingga habis.
"Itu kaki kamu kenapa? Kok diperban gitu?" tanya Bunda.
"Pergelangannya kegeser kemaren pas basket," jelas Reynard santai.
"Makanya kamu hati hati," ucap Bunda.
"Iyaa bun,"
"Nanti Ken boleh kerumah gak jenguk Aalisha?" Tanya Reynard.
"Bunda tunggu," balas Bunda.
"Bunda pamit ya Ken," ucap Bunda.
"Iya bun, hati hati." Reynard mencium tangan Bunda.
***
/Tok tok tok/
"Bi tolong buka pintu!" Suruh bunda yang sedang memasak.
"Siap non."
Bibi pun pergi ke pintu utama dan membuka pintu. Saat bibi membuka pintu, ada Reynard yang sedang tersenyum tipis.
"Assalamualaikum bi, bunda ada?" Tanya Reynard ramah.
"Eh den Reynard, ayo masuk udah di tunggu nyonya," suruh bibi. Reynard melangkahkan kakinya masuk menuju rumah mewah tersebut.
"Nyonya ada di dapur den, sebelah sana,"
Tunjuk bibi.
Reynard hanya mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya ke dapur.
"Bundaa ini Ken." Reynard menghampiri dan mencium tangan Bunda.
"Eh Ken, mau langsung ke atas? Aalisha nya masih bobo," ucap Bunda sambil menata piring diatas meja.
"Gapapa bun?"
"Ya gapapa dong, pintunya yang ada nama Aalisha nya," balas Bunda sambil tersenyum.
"Oke bunda, Ken keatas dulu."
Kakinya menyusuri anak tangga bermaterial marbel berwarna hitam yang memberi efek gemerlap jika terkena sinar lampu gantung diatas. Benar benar elegan.
Reynard menemukan pintu dengan tulisan Aalisha didepannya, ia membuka pintunya pelan agar tak membangunkan perempuan yang sedang terlelap itu.
"Sha..."
"Hmm siapa?"
Aalisha membalikkan tubuhnya ke kiri dan membuka matanya perlahan. Ia melihat sosok yang sedang berdiri di depannya dengan tangan yang dimasukkan ke kantong celana.
"Kamu mirip Ken," ucapnya setengah sadar.
"Gue emang Ken," jawab Reynard sambil menahan tawanya.
Aalisha membuka matanya lebar lebar, benar itu Ken. Penampilannya pasti berantakan sekali, ditambah ia tidak mandi tadi pagi hanya mencuci muka saja.
"Aku berantakan bgt, kamu keluar dulu gih," usir Aalisha.
"Gapapa, cantiknya gak ilang kok," ucap Reynard.
"Gombal aja terus." Aalisha menggerutu.
"Udah mendingan blom?" Tanya Reynard.
"Pusing sedikit." Aalisha memijat dahinya.
"Mau dipijitin gak?" tawar Reynard.
Aalisha menggeleng, gadis itu menyadari ada yang berbeda dari Reynard. "Kaki kamu diperban?"
"Iya kan abis urut kemaren," jelas Reynard.
"Oh iya, kamu kok bisa kenal Bunda? kalian udah pernah ketemu?" tanya Aalisha.
"Bunda lo sama Bunda gue sahabatan dari dulu, Gue ketemu lo pas lo masih bayi," jelas Reynard.
Aalisha mengangguk, "Ken ke taman yuk... aku bosen disini," pintanya.
"Ayo, kuat jalan kan?" Tanya Reynard khawatir.
"Bisaa Kenzie...."
Aalisha berjalan pelan. Jalannya sedikit linglung, dengan sigap Reynard menahan badan gadis itu.
"Katanya kuat," ledek Reynard. Aalisha yang mendengarnya mengerutkan bibirnya.
"Gausah gitu bibirnya, ntar gue cium repot," ucap Reynard. Cowok itu menuntun Aalisha berjalan.
Gadis itu memukul lengan Reynard pelan, "Ngaco bgt ngomongnya," sinis Aalisha.
"Tapi sayang kan?" Reynard menaik turunkan alisnya.
"Pede banget ih males."
Reynard tersenyum simpul. Sepertinya akhir akhir ini Reynard banyak senyum tidak seperti biasanya.
"Duduk pinggir kolam aja Ken," pinta Aalisha.
Reynard membawa Aalisha ke kursi yang terletak dipinggir kolam.
"Enak banget anginnya, pengap di kamar terus," ucap Aalisha.
"Lagian tadi badan aku lemes bgt sih mau keluar gak kuat," tambahnya.
"Aku pengenn banget makan seblak tapi gaboleh sama bunda tapi sepengen itu," cerocos Aalisha tanpa henti.
Reynard hanya memperhatikannya dari samping, tidak berniat membalas perkataan Aalisha. Lebih memilih membiarkan gadis itu bercerita, entahlah ia tidak pernah merasa senyaman ini didekat seseorang.
"Ken denger aku gak?" Aalisha menengok, iris biru miliknya bertubrukan dengan iris hitam pekat milik Reynard.
"Denger," balas Reynard.
"Gue pengen ngomong sha," ucap Reynard tiba tiba.
"Ngomong apa?" Tanya Aalisha penasaran.
"Gue suka sama lo"
Sesuatu yang sangat tidak Aalisha duga. Reynard? Suka padanya? Apakah ini mimpi?
Tubuhnya bagai membeku. Berusaha keras mencerna apa yang baru saja dikatakan Reynard. Cowok itu menggenggam tangannya lembut.
"Lo mau jadi pacar gue?"
"K-kamu serius?" Tanya Aalisha.
"Gue gak pernah main main sama omongan gue" jawabnya tegas. Aalisha terdiam, menimang nimang jawaban apa yang harus ia beri.
"Gimana?"
Aalisha menggeleng kepalanya cepat lalu menarik tangannya yang digenggam Reynard.
"Lo gak mau?" tanya Reynard pelan.
Aalisha mendekat dan memeluk Reynard erat, melingkarkan tangannya di leher cowok itu.
Aalisha yang mendengar degup jantung Reynard tertawa kecil,
"Gak mau nolak maksudnya," bisiknya.
Reynard yang mendengar itu langsung membalas pelukkan Aalisha, bahkan lebih erat.
"Makasih, makasih banyak" Reynard melepaskan pelukkannya. Menatap lekat gadis yang sekarang resmi menjadi kekasihnya.
"Wahh akhirnya bunda punya calon mantu!"
Bunda menghampiri mereka berdua lalu mencium pipi Aalisha dan Reynard bergantian.
"Bunda..." rajuk Aalisha lalu pergi meninggalkan Bunda dan Reynard yang tertawa.
Bunda mengelus bahu Reynard, "Jagain anak Bunda ya..." pinta Bunda.
"Pasti bunda, itu janji Kenzie," yakin Reynard. Ia memegang tangan Bunda.
"Bunda gak mau kejadian itu keulang lagi," ucap Bunda sendu. Reynard mengernyitkan dahinya,
"Maksud Bunda?"