Suara pantulan basket bergema di lapangan indoor SMA Pelita Bangsa. Tetesan peluh keringat terlihat membasuhi wajah tampan si kapten basket, Jayden Theodore.
Jayden melempar bola menuju ring dan Hap! Bola masuk dengan tepat kedalam ring berwarna putih. Sorakan dari teman temannya membuat Jayden tersenyum tipis.
Anak kelas 12-1 IPA sekarang sedang freeclass. Lebih memilih ke lapangan untuk bermain basket daripada berdiam diri dikelas.
"Gila makin jago aja lo," ucap Nathan yang baru datang dari kantin untuk beli minum.
Jayden yang merasa diajak ngomong memutar badannya, lalu mengambil paksa minuman milik Nathan dan meneguknya hingga habis.
"Makasih,"
"Si anying minuman gua diabisin," umpat Nathan.
"Rey sama Bara?" tanya Jayden sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ia bawa.
"Kelas bentar, ngambil airpods," balas Nathan.
"Oh iya nath, nanti-"
"JAYDEN YUHUU AVA DATENG!" Teriak Ava. Jennie langsung memukul lengan Ava pelan dan menariknya agar mendekat.
"Lo tuh bisa gak sih jadi cewek jaim dikit?" Bisik Jennie. Ava yang mendengar itu langsung menutup mulut dan meminta maaf pelan.
"Ava, dateng juga kamu," ucap Jayden sambil mengacak rambut gadis itu.
Ava langsung menepis tangan Jayden,
"Kebiasaan lo."
Pandangan Jayden tertuju pada gadis yang berdiri di sebelah Bella. Iris biru yang indah, membuat siapa saja terkagum saat menatapnya.
Ava mengikuti arah pandang Jayden, ia menepuk dada kanan Jayden untuk menyadarkannya.
"Biasa aja kali liatnya, sampe bengong gitu," goda Ava.
"Siapa dia?" tunjuk Jayden.
" Aalisha, pindahan dari Bandung," balas Ava.
"Jayden." Jayden mengulurkan tangannya.
"Aalisha." Aalisha membalas uluran tangan Jayden.
Jayden yang sedang berkenalan didorong dari samping oleh Nathan,
"Nathaniel, panggil Nathan boleh panggil sayang juga boleh," ucap Nathan semangat. Aalisha tersenyum simpul.
"Aalisha-"
Nathan yang hendak membuka suara terpotong Jayden yg berteriak membuat mulutnya terpaksa mengatup.
"Rey! Bara! Sini lo berdua!" teriak Jayden.
Aalisha membulatkan matanya. Wajah tampan, rahang yang tegas. Hidung yang terpahat sempurna, bibir tebal yang sangat diidamkan para kaum hawa. Sempurna. Tidak, ia melebihi kata sempurna.
"Reynard," gumam Aalisha.
"Lo kenal Reynard?" tanya Bella bingung.
Aalisha tak menjawab, terlalu fokus menatap mata tajam bak elang milik Reynard.
"Hey udah kali liatinnya," Ava menutup mata Aalisha. Aalisha menyingkirkan tangan Ava.
"Avaa...," rengek Aalisha.
"Duh nyangkut sama Rey ini mah," ucap Nathan pasrah. Lalu ia berjalan ke arah Bella dan menariknya pergi.
"Ih apaan sih narik narik aja lo," protes Bella.
"Pulang beb, udah bel," ucap Nathan.
"Najis," balas Bella. Namun ia tetap mengikuti kemana Nathan membawanya.
Reynard sedari tadi diam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Diam diam ia memperhatikan Aalisha yang sedang tertawa karena lelucon yang Jayden lontarkan.
"Cantik," batin Reynard.
Reynard menggeleng kepalanya cepat. Menepis jauh jauh apa yang ada dipikirannya.
"Gue cabut." Reynard berlalu begitu saja meninggalkan teman temannya.
"Dia emg gitu sha, cuek," ucap Ava.
"Bener bgt jadi jangan kaget ya kalo dia dingin banget" timpal Jennie.
"Ck bener bener emang tuh anak, cuek abis," ucap Jayden.
"Kita gak sengaja ketemu kemaren," jelas Aalisha.
"Trus dia nganterin balik gara gara udah maghrib," sambungnya.
"Kemajuan banget Reynard nganter cewek, biasanya ogah," ucap Jayden. Setidaknya Jayden tenang, ia kira Reynard tidak normal.
"Gue balik," ucap Bara datar.
"Gue ikut lo Bar," ucap Jennie.
"Hmm," jawab Bara singkat.
"Pulang bareng lagi gak va?" Tanya Jayden.
"Ayok deh, mampir gramedia dulu ya. Lo yang bayar tapi," ucap Ava dengan menampilkan wajah tanpa dosa nya itu.
Jayden bergidik ngeri, bisa bisa dompetnya kering lagi.
"untung sayang," gumamnya.
"Sha, pulang sama siapa? mau bareng?" tanya Ava.
"Aku bawa mobil, kalian duluan aja," suruh Aalisha.
"Mau ke toilet juga," sambungnya.
"Okey, tapi kalo ada apa apa kabarin gue ya." Aalisha pun mengangguk.
"Bye Aal, see you tomorrow," ucap Jayden lalu ia pergi.
***
"Huh lega banget," Aalisha menutup pintu kamar mandi, mencuci tangannya lalu merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Udah sepi lagi, buru buru pulang deh,"
Aalisha bergegas menuju parkiran. Hanya tersisa beberapa mobil, mungkin milik siswa yang ada ekskul.
Saat ingin membuka pintu, Aalisha menyadari sesuatu. Ia melihat ban kanannya, kempes.
"Lah kok kempes sih? Duh gimana ya?" pikir Aalisha. Ia mengeluarkan ponselnya. Dapat! Nomor bengkel langganan Aalisha.
Segera ia meminta montir nya datang ke sekolah. Sekarang ia hanya perlu menunggu sambil mendengar musik dan duduk di kap mobil.
Terlalu terbawa suasana, gadis itu sampai tidak sadar ada seseorang berdiri disampingnya. Orang itu menepuk pundak Aalisha, sontak gadis itu langsung berbalik
"Ban saya bo-," tidak, itu bukan montir.
"Reynard," ucap Aalisha pelan.
Reynard menatapnya datar. Aalisha juga tidak tau mau bicara apa, lidahnya mati rasa.
"Kenapa?" tanya Rey datar.
"I-itu ban mobil aku bocor," jawab Aalisha gugup.
"Kenapa gak panggil montir?"
"Lagi nunggu," jawabnya tanpa menatap Rey. Sungguh, aura yang Reynard pancarkan sangat tidak nyaman.
Tiba-tiba mobilnya bergerak, Aalisha melirik.
Tunggu, Reynard duduk disampingnya? Aalisha membulatkan matanya.
"Kok duduk?" tanya Aalisha.
Reynard mengangkat sebelah alisnya, "Gaboleh?" balas Reynard dingin.
"Eh, engga kok gapapa duduk aja," jawab Aalisha canggung. Reybard kembali memainkan ponselnya.
"Biar lo gak sendiri, udah sepi," ucap Rey yang masih terfokus pada iphonenya.
Pipi gadis itu berubah merah muda , dengan cepat Aalisha menutupnya agar tidak terlihat. Tanpa ia sadari, cowok disampingnya tersenyum simpul.
Sang montir akhirnya datang untuk mengganti ban mobil Aalisha. Untung Aalisha menyimpan ban cadangan di bagasinya.
Tak lama, hanya 15 menit montir itu sudah menyelasaikan pekerjaannya. Gadis itu mengeluarkan 2 lembar uang merah lalu memberinya ke montir.
"Makasih pak," ucap Aalisha ramah.
"Sama sama neng," montir itu pergi meninggalkan sekolah.
"Makasih kak udah nemenin," ucap Aalisha.
"Sama sama," balas Reynard seadanya.
"Aku pulang, bye Kak."
Langkah Aalisha terhenti, ia berbalik. Reynard memegang tangannya.
"Kenapa kak?" tanya Aalisha bingung.
"Panggil gue Ken, Kenzie." ucapnya tanpa melepas tangannya dari Aalisha.
"Gak perlu pake kak," sambungnya.
Aalisha mengangguk pelan, walau masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Reynard melepas tangannya.
"Okey, aku pulang dulu Ken," pamit Aalisha. Ia tersenyum.
Ajaib. Senyumanya menular kepada Reynard, si cowok dingin dan tak tersentuh itu. Reynard mengangguk.
Setelah memastikan Aalisha sudah masuk mobil dan keluar dari sekolah, baru Reynard menaiki motor sportnya lalu pergi.