Pagi ini terasa lebih sejuk dari pagi biasanya. Aalisha memarkirkan mobilnya dibawah pohon yang rindang. Kaki jenjangnya mulai melangkah memasuki sekolah. Menyusuri lorong sekolah yang masih sepi, hanya beberapa siswa yang berlalu lalang.
"Pagii semuaa," sapanya saat masuk ke kelas.
"Pagii Aalishaa," sapa balik teman temannya.
Aalisha berjalan ke tempat duduknya untuk menaruh tas, ternyata Ava sudah datang dan sedang membaca novel.
"Hai sha, tumben pagi," sapa Ava saat mendengar kursi sampingnya bergeser.
"Aku piket pagi."
Ava mengangguk.
"Muka lo capek banget, abis ngapain?" tanya Ava.
"Ngedrakor ehehe," kekeh Aalisha.
Gadis itu mengambil sapu dibelakang kelas lalu mulai menyapu. Setelah selesai ia duduk dan meminum air yang ia bawa. Disaat yang bersamaan, Bella dan Jennie datang.
"Eh udah dateng? Pagi bgt sha," ucap Jennie.
"Iya aku ada piket," jawab Aalisha.
Jennie dan Bella hanya mengangguk, lalu mereka mengeluarkan kotak makan dari tas. Mungkin belum sempat sarapan. Sekarang sudah pukul 7 tepat, pelajaran akan segera dimulai.
"Minggir kenapa sih gue mau lewat!," Teriakan dari seseorang membuat perhatian kelas tertuju padanya.
"Siapa sih teriak teriak gak jelas," sinis Ava.
"Gatau makanya caper banget sih," balas Jennie.
"Ini kelasnya Aalisha kan?! Si anak baru yang ganjen itu?!,"
Aalisha yang sedang mengeluarkan buku menghentikan kegiatannya.
Seorang gadis dengan pakaian yang ketat dan make up yang lumayan tebal berdiri tepat di depan Aalisha.
Aalisha pun ikut berdiri dengan kepala penuh tanda tanya.
"Lo Aalisha?" Tanya gadis itu.
Ava dan Jennie sudah siap siaga berjaga disamping Aalisha.
Dasar nenek lampir sialan! Batin Ava.
"Mau apa lo? ga capek ya nyari masalah?," Tanya Ava judes.
"Gausah bacot lo! Urusan gue sama nih anak," gadis itu menunjuk muka Aalisha.
"Gausah nunjuk nunjuk bisa kan?." Jennie menepis kasar tangan gadis itu.
"Kenapa?," Akhirnya Aalisha bertanya.
" Lo nanya gue?! Tanya diri lo sendiri! Ngapain deket deket pacar gue hah!." Gadis itu kembali berteriak.
Aalisha mengerutkan keningnya,
"Pacar? Emang pacar kamu siapa?," tanya Aalisha bingung. Ia benar benar tak mengerti apa yang gadis itu bicarakan.
"Reynard! Reynard pacar gue!," Aku gadis itu.
"Dan lo gausah ganjen jadi cewek!," tambahnya.
/plak/
Gadis itu menampar keras pipi Aalisha.
Aalisha meringis, ia memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan itu.
"Sialan lo! Ngapain nampar segala hah?!" bentak Ava. Bisa bisanya dia berani menampar temannya di depan mukanya.
"Bel panggil Jayden sama Reynard cepet," bisik Jennie. Bella segera berlari secepat mungkin.
"Salah bgt lo udah nampar dia," ucap Jennie. Jennie mendorong bahu gadis itu sampai terhuyung kebelakang.
"Besar juga nyali lo bangsat!," maki Jennie. ia menjambak kasar rambut gadis itu.
"Temen lo yang ganjen bangsat!," teriak gadis itu. Dengan sekuat tenaga ia menahan rambutnya, rasanya seperti akar rambutnya akan lepas.
"Lagian sejak kapan Reynard suka modelan cabe kek lo?!" Maki Jennie.
"Kiara!"
Jennie melepas jambakannya saat Reynard datang menghampirinya.
Gadis yang bernama Kiara membeku ketika suara berat itu memanggil namanya. Dengan takut menatap mata yang terbakar oleh emosi.
"R-rey," ucap Kiara.
"Ngapain?," tanya Reynard dingin. Suasana di kelas berubah menjadi mencekam, sungguh mereka benci berada disini.
Kiara tak berani menjawab, mulutnya tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Si bangsat nampar Aalisha," jawab Ava emosi. Jayden mengusap punggung gadis itu agar tenang.
Reynard mengalihkan pandangannya kepada Aalisha, namun gadis itu membuang muka. Ia tau gadis itu menangis diam diam.
Reynard memejamkan matanya, menarik nafas dalam dalam. Emosinya tidak boleh meledak sekarang.
"Siap siap lo didepak dari sekolah, sekarang pergi," titah Reynard.
Kiara yang malu sekaligus kesal menghentakkan kakinya. "Urusan gue sama lo belom selesai Aalisha," ucap Kiara sambil menyeringai.
"Mau terus terusan berdiri?," Tanya Rey datar. Mereka segera duduk ditempat masing masing.
Reynard menghampiri Ava yang sedang mengusap punggung Aalisha. Mata gadis itu nampak sembab.
"Izinin Aalisha, gue bawa di ke UKS" Rey menarik Aalisha keluar dari kelas.
***
"Duduk" perintah Reynard.
"Aku gapapa, aku mau ke kelas" tolak Aalisha.
Reynard tak menghiraukan perkataan Aalisha. Cowok itu memegang dagu Aalisha untuk melihat pipi gadis itu.
"Pipi lo merah" ucap Rey pelan. Cowok itu mengambil kompresan dengan es lalu menempelkannya di pipi kanan Aalisha.
"Shh sakit." Aalisha meringis. Dengan cepat Aalisha menjauhkan tangan Reynard dari pipinya.
"Ngeyel dibilangin," omel Reynard. Matanya menatap nyalang Aalisha.
"Jangan galak galak, serem ah," ucap Aalisha.
Gadis itu menutup mata Reynard. Reynard malah terkekeh. Ini pertama kalinya ia menerima disentuh perempuan selain Bunda-nya.
"Engga," balas Reynard.
Aalisha langsung menurunkan tangannya.
"Senyum kamu manis, banyak senyum ya. Aku suka," tutur Aalisha. Reynard yang salah tingkah berdeham untuk menutupinya.
Aalisha diam memperhatikan Reynard, satu pertanyaan terlintas dibenaknya.
"Ken udah punya pacar ya?," tanya Aalisha.
Reynard menggeleng cepat, "gue gak punya pacar," balas Reynard.
"Terus Kiara tadi?"
"Dia ngaku ngaku," jelas Reynard. Gadis itu ber-oh ria.
"Kayaknya bentar lagi punya," lanjutnya.
"Siapa?" tanya Aalisha penasaran.
"Aalisha," jawab Reynard santai.
Gadis itu tersipu malu, pipi menjadi merah muda. Aalisha mengigit bibirnya menahan diri agar tidak tersenyum.
"Apaan sih, udah ah mau ke kelas," ucap Aalisha. Ia pergi meninggalkan Reynard yang tersenyum puas melihat gadis itu salah tingkah.
"Kayaknya gue mulai suka sama lo sha," batin Reynard.