tiba tiba aku melihat Nial datang menjengukku, entah hari ini apa yang sedang merasuki Nial , ya dulu Nial yang ku kenal orangnya begitu dingin, tak berperasaan, bahkan jarang sekali mengajakku untuk ngobrol, jangankan untuk ngobrol bahkan menatapku saja seakan ia tak Sudi..
ia membawakan ku bunga dan buah buahan dan sejak kapan Nial tau bahwa aku sangat suka sekali dengan buah apel dan anggur dan entah kenapa perasaan benciku kepada Nial selama ini sepertinya hanyalah salah paham, ya salah paham yang terjadi begitu saja..
bahkan kali ini Nial mengajakku bercanda pula, ya dia kini berubah menjadi hangat entah kenapa apakah mungkin ia telah lelah selama ini mencampakkan aku?
" aaa Nial ada hal yang ingin aku tanyakan? wanita kemarin apakah kekasihmu" ujarku kepada Nial ... aku merasa lega setelah melontarkan pertanyaanku yang telah berabad abad menjamur di otakku.
" kekasih, aa Lee he Rin? kenapa? dia adalah teman sekampus ku? kau tak tau aku berkuliah disini!" ujarnya Nial kepadaku, dan kami pun melanjutkan sesi bertanya satu sama lain ya, baru kali ini aku bisa se akrab dengan Nial..
" aku sepertinya familiar dengan pria kemarin? apakah dia juga kekasihmu?" pertanyaan itu keluar dari bibir Nial dan aku yang sedang memakan buah pisang seketika tersedak " aaa, tidak kurasa aku dan dia hanyalah teman" jawabku, Nial sejenak memperhatikan mimik wajahku " kurasa ekspresimu mengatakan sebaliknya, aa seperti kau berharap kepadanya" ujar Nial kepadaku sambil tersenyum..
Nial pun mengambilkan aku air putih dan rasanya ini seperti Dejavu..
ya aku jadi teringat ketika momen bersama Chan ketika aku dan dia kebetulan bertemu di mall " Lotte world"
tiba tiba Nial mengajakku jalan jalan di taman belakang rumah sakit dan mengajakku menikmati indahnya berbagai macam bunga yang tertanam dengan rapi di taman, namun ada aneh hatiku tak berdebar kencang seperti dulu, apakah memang rasa sukaku kepadanya sudah memudar?
beberapa hari kemudian
akhirnya hari ini telah di perbolehkan pulang, ya rasanya lega sekali bisa menghirup udara segar namun ada satu hal yang kurang..
selama satu Minggu aku dirawat di rumah sakit Chan sama sekali tak menjengukku sama sekali, bahkan kembali tak mengirimkan ku pesan, dan apakah mungkin dia sedang dalam masalah haruskah aku menemuinya besok?
semenjak kejadian itu Chan menyalahkan dirinya atas apa yang telah menimpaku, ia tak berani menampakkan wajahnya kepadaku dan ia merasa gagal melindungi wanita yang ia rasa patut untuk ia lindungi..
Chan selalu menyendiri dan bahkan sikapnya berubah menjadi dingin dan 180 berbeda dari biasanya
ia sejenak ingin menenangkan dirinya dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi, ia hendak berjalan ke taman yang biasa ku kunjungi dan kebetulan kami pernah bersama entahlah mungkin ia ingin mengingat masa masa tenang sebelum hal ini terjadi..
alih alih ketenangan yang ia dapat, ia justru mendapatkan hal lain
dipertengahan perjalanan ia bertemu dengan mantan ayahnya..ya sepertinya ungkapan itu cocok dari Chan kepada ayahnya..
sakit hati Chan bertambah ketika Chan melihat dengan matanya sendiri ayahnya sedang bergandengan dengan wanita lain ya, ia kira wanita itu kini telah menggantikan posisi ibunya...
"lama tak bertemu Chan .." ujar ayah Chan kepada Chan, ia pun tak menghiraukan dan ia meninggalkannya begitu saja namun, kini langkahnya tertahan, ya tangan ayah Chan menahan langkah Chan " mari kita bicara sebentar Chan " ujar ayah Chan kepada Chan dan ibu tiri Chan pun meninggalkan mereka berdua memberi kesempatan mereka untuk berbicara..
Chan dan ayahnya kini sedang duduk berdua di kafetaria yang jaraknya dekat dengan tempat mereka bertemu tadi, ekspresi masam Chan tampak terlihat jelas di depan ayahnya..
"hei kunyuk, apakah sulit bertemu dengan ayah? tidak bahkan berbicara dengan ayahmu saja? apa karena kematian wanita itu?" ujar ayah Chan kepada Chan "apa katamu? wanita itu? semudah itu ayah menyebut ibu wanita itu? apakah ayah menyadari seberapa menderita nya ibu menahan semua rasa sakit akibat ulah ayah? lantas apakah sekarang ayah bahagia hidup dengan wanita itu wanita yang sekarang ayah nikahi ?" ujar Chan kepada ayahnya..
sepertinya perdebatan antara ayah dan anak semakin panas ya, tatapan mereka berdua sungguh mematikan.. " jaga mulutmu! dia juga ibumu sekarang! ayah melakukan itu karena ayah dulu sedang melalui masa sulit" ujar ayah Chan "aaa.. masa sulit, kurasa masamu bertambah sulit untuk kali ini, kuharap kau tidak menemui ku lagi paman !..." jawab Chan dengan emosi yang tertahan "APA KATAMU !" jawab ayah Chan dengan emosi yang memuncak, Chan tak menghiraukan ayahnya dan tanpa pamit ia langsung meninggalkan ayahnya..
Chan duduk menyendiri di taman dan sesekali menyeka air matanya, tiba tiba terdengar suara Benedict yang tengah mencari Chan, ya begitu nyaring sehingga mampu membuat gendang telinga Chan pecah seketika " ada apa? kau tau suaramu membengkakkan telingaku" ujar Chan kepada Benedict dan Chan terkejut tiba tiba Benedict meraih tangannya.. " apa ini? kau menangis? wah setahuku Chan adalah seorang anak yang tak punya waktu untuk menangis " ujar Benedict sambil tertawa setelah memperhatikan tatapan Chan tiba tiba Benedict berhenti tertawa " ada masalah apa? apa yang mengganggumu? jangan kau tahan sendiri jika semua itu menyakitkan ,kau tau karena hal itu tak akan membuatmu keluar dari rasa sakit" ujar Benedict dengan tatapan serius dan sangat tulus.
Chan akhirnya menceritakan apa yang kini ia rasakan ya Benedict pun mendengarkan dengan seksama dan sesekali memberinya solusi, Chan tercengang dan ia baru menyadari ternyata Benedict adalah seorang pendengar yang baik " jadi kini, kau merasa bersalah kepadanya? aa.. ada baiknya kau jangan menghindar, dengan caramu menghindar seperti ini tak akan menyelesaikan rasa bersalahmu kepadanya ,bisa jadi ia justru bingung kenapa selama ini kenapa kau menghindarinya? bahkan nantinya ia juga merasa bersalah kepadamu " ya begitulah kira kira solusi curhatan hati Chan dari Benedict
" aa aku lupa aku juga punya solusi lebih kali ini, haruskah kita mengambil cuti hari ini ? ada baiknya kita bersenang senang hari ini" ajak Benedict kepada Chan..
mereka berdua akhirnya memutuskan untuk pergi ke karoke sesekali meneguk Soju untuk melepas stress, ya mereka menyanyikan beberapa lagu tanpa henti hingga akhirnya, Chan telah melampaui batas kekuatan minumnya dan kali ini ia benar benar mabuk bahkan sangat mabuk, beberapa kali Benedict membangunkannya sekalipun tak dihiraukannya
" aku mencintainya Benedict , bahkan aku sampai marah jika ia terluka " kata kata itu keluar dari bibir Chan, kata orang mabuk kebanyakan suatu kejujuran bahkan pengakuan namun kali ini apakah benar Chan sedang merasakan seperti yang telah ia katakan?