"Bal, jangan gila," Suara itu berasal dari Salsha yang masih mencegat Iqbal kembali marah di kelas mereka. Tania menangis di kursinya, kelas sudah sepi karena sudah jam pulang sekolah dari setengah jam lalu.
"Kenapa? Gue cuma mau menceritakan yang sebenarnya terjadi antara lo sama Aldi, gue mau menyadarkan Tania kalau dia salah cinta sama Aldi karena lo cinta lebih dulu sama Aldi dan berakhir disia-siakan," Salsha kembali menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan ikut campur terlalu dalam," Iqbal memutar bola matanya malas, apa Salsha pikir melihat hubungan mereka yang menyebalkan tidak membuatnya sakit mata?
"Diam," perintah Salsha pada Tania. "Kalau lo enggak merasa bersalah kenapa lo nangis," kesal Salsha. Ish, Salsha benci dipertemukan dengan orang yang kurang lebih seperti ini. Dia tidak menggretak dan dia sudah merasa menang. Apa-apaan ini. "Sal," panggil Aldi pelan
"Kenapa? Apa gue harus ngebela lo? Bagian mana yang harus gue lindungi dari ucapan Iqbal?" tanya Salsha pada Aldi memperjelasnya, dia menggelengkan kepalanya pelan. "Gue tahu gue salah, gue tahu kalau gue ngebantu Tania waktu itu buat lo enggak suka adanya jarak diantara gue sama lo. Gue sama, gue juga enggak suka hal ini terjadi. Tapi gue minta, jangan salahin Tania, jangan pojokin dia. Dia enggak salah, dan gue harus lindungi dia dari makian Iqbal," Salsha memutar bola matanya malas.
"Gue tahu Al, gue paham semua sikap iba dan perduli lo selama ini sama gue. Makasih lo udah menyadarkan gue gimana lo yang sebenarnya, gue juga harusnya berterimakasih sama Tania karena dia ada disini membuat gue sadar enggak semua orang yang udah lama dekat dikeliling gue adalah orang yang paling perduli sama gue,"
Aldi menggelengkan kepalanya cepat-cepat. "Gue berusaha selesaikan masalah ini beberapa hari ini, gue mau kita selesaikan salah paham ini, dan gue enggak nemu jalan keluarnya," Salsha menarik tasnya untuk keluar dari kelasnya.
"Gue suka sama lo udah dari SMP," Salsha menganggukan kepalanya mendengarkan. "Terus?" tanya Salsha membuat Aldi terdiam. "Lo cuma mau bilang itu aja kan? Lo enggak mau ngajak gue ke hubungan yang lebih serius lagi? Ya udah, semua selesai. Apa lagi yang harus diselesaikan," Aldi menggelengkan kepalanya tidak setuju, dia menarik tangan Salsha cepat-cepat sebelum pergi.
"Gue mau kita dekat kaya biasanya, gue enggak suka saat lo jauhin gue cuma gara-gara ada Tania," Salsha menganggukan kepalanya lagi. "Gue mau lo jauhin Iqbal," Dan sekarang Salsha tertawa. "Jadi maksud lo gue harus lihat kalian mesra-mesraan dan gue harus jauhin Iqbal?"
"Lo kenapa si? Gue enggak paham kenapa lo harus ikut campur urusan gue sama Iqbal. Kenapa enggak, lo sama Tania pacaran aja dan gue bebas sama Iqbal mau ngapain aja? Itu lebih nyaman dua-duanya kan?" Aldi menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Gue cemburu lihat lo sama Iqbal," ucap Aldi menatap Iqbal tidak suka, Iqbal tertawa konyol.
"Jadi maksud lo gue suka-suka aja gitu lihat lo sama Tania pacaran dan ngebiarin Salsha jadi bego sendirian?" tanya Iqbal pada Aldi. "Jangan gila, lo pikir lo siapa bisa perintahin orang cuma karena lo cemburu?"
"Al, lo tahu bedanya lo sama Iqbal?" tanya Salsha mendekatkan wajahnya pada Aldi. "Lo terlalu kekanak-kanakan, yang ada diprinsip lo 'orang yang lo suka harus sama lo selamanya dan jangan kenal sama orang lain'. Iqbal enggak, dia bebasin gue ngapain aja Iqbal enggak maksa gue harus sama dia aja atau apapun itu. Mau gue pacaran beneran atau pura-pura sama Kak Rio, Iqbal masih oke-oke aja walaupun dia juga kadang emosi dan marah kalau gue lagi serius sama Kak Rio,"
"Iqbal selalu memaksakan diri buat nerima apa adanya gue dan dia enggak keberatan soal itu," sambung Salsha membuat Aldi terdiam. Dia memikirkan apa saja yang dilakukannya pada Salsha sekarang.
Tiga tahun terakhir ini.
"Sal," panggil Iqbal, dia merasa malu saat Salsha terang-terangan memuji dirinya. "Apa? Gue enggak semata-mata nyalahin Aldi aja, lo juga salah. Apa teman deket diperbolehkan ikut campur urusan pribadi? Apa selama ini ikut campur urusan orang lain itu sopan?" Ingatkan Salsha menegur Iqbal juga.
Aldi dan Iqbal masih diam ditempat, mereka melihat Salsha yang berjalan mendekati Tania. "Jangan salahi perasaan lo, cinta sama seseorang kadang memang enggak selamanya baik. Terkadang kita harus tahu fakta orang yang kita suka dan baru lo bisa pilih mau lanjut atau berhenti,"
"Jangan ragu sama diri lo sendiri, jatuh cinta boleh aja licik, tapi jangan bego dan mau-mau aja disalahin," Dan sekarang Salsha pulang dengan Bastian, itu kenyataannya.
°°°
"Kenapa, lo marah banget sama Aldi," Bastian mengelus puncak kepala Salsha pelan melihat wajahnya memerah.
"Entah, gue males banget hari ini. Semua orang marah-marah, berantem dan enggak ada yang bisa dipisahin. Yang satu cuma bisa nangis," keluh Salsha pada Bastian. "Lo suka sama Iqbal?"
Pertanyaan Bastian membuat keduanya terdiam sedikit canggung. "Kenapa? Apa gue salah nyaman sama dia?" Salsha justru membalik pertanyaan tersebut dan membuat Bastian diam membatu.
"Bas, gue takut menyakiti diri gue sendiri kalau gue bilang gue suka sama Iqbal sedangkan gue masih sayang sama Aldi. Gue tahu gue bego, gue bisa nasihatin orang lain tentang cinta sedangkan gue dibuat bego dan rela ngerasain sakit cuma gara-gara itu," Salsha terdiam cukup lama.
"Lo tahu Bas, hampir tiga tahun gue nyaman sama Aldi, gue berharap banyak sama dia, gue percaya dia bakal punya perasaan yang sama ke gue, yang pasti gue sayang banget sama dia walaupun gue tahu apa yang Aldi minta ngerusak pribadi gue sendiri. Gue lakukan apa yang Aldi mau, gue jauhi teman cowok di sekolah, dan gue enggak terlalu bersosialisasi. Gue membuang waktu gue buat orang yang gue yakin kalau dia bakal perduli sama gue,"
"Gue enggak tahu akhirnya akan kaya gini," sambung Salsha, dia menghela nafasnya berat. "Gue nyaman sama Iqbal, dia bisa merubah gue jadi diri gue sendiri tanpa takut Aldi jauhin gue. Tania sadar gue juga sama egoisnya sama Aldi, gue sayang sama Aldi dan masih mau tetep sama dia dan gue butuh Iqbal karena Iqbal selalu ada disamping gue dikondisi apapun,"
Bastian mengelus puncak kepala Salsha pelan. "Lo enggak salah, kalau gue diposisi lo gue juga akan bingung," Salsha mengehela nafasnya lega.
"Makasih, lo mau nganterin gue pulang," Bastian menganggukkan kepalanya tidak keberatan. "Lo bisa cerita apa aja ke gue kalau lo punya masalah, walaupun gue enggak bisa kasih saran yang bagus seenggaknya gue bisa jadi pendengar yang baik," ucap Bastian setelahnya, Salsha hanya tersenyum.
"Gue pikirkan nanti," Salsha mengambil tas miliknya untuk keluar dari mobilnya. "Sal," panggil Bastian menghentikan Salsha yang akan membuka pintu mobilnya.
"Apa gue salah ikut campur urusan kalian bertiga juga?" Salsha diam saja, dia membasahi bibir dengan lidahnya. "Bas, apa lo suka urusan pribadi lo gue juga ikut campur?"
"Ini bukan masalah gue bertiga, ada Tania. Dia cewek yang enggak tahu apa-apa dan dimaki-maki sama Iqbal. Ada Iqbal, yang selalu ada disamping gue kapanpun gue butuhkan. Dan ada Aldi, dia cinta pertama gue. Apa lo mau datang dan ikut menambah masalah gue juga?"