Chereads / Diary Cia / Chapter 14 - Pelir

Chapter 14 - Pelir

08 Maret 2019.

"Mempunyai sahabat yang aneh dan konyol merupakan keberuntungan yang tidak bisa didapatkan oleh semua orang, jangan pernah meninggalkannya."

-adpdita-

Author pov.

Cia masih tertidur dengan lelap meskipun sinar matahari menyinari dirinya melalui lubang jendela di kamarnya. Ia tengah menikmati hari liburnya dikala semua teman kelasnya sedang melaksanakan Prakerin di perusahaan masing-masing.

Prakerin atau Praktik Kerja Industri merupakan pembelajaran wajib bagi siswa SMK, Cia sudah 1 bulan melaksanakan prakerin di perbankan bersama Lia dan Febi yang merupakan teman satu kelasnya. Di masa prakerin ini, Cia mempunyai banyak waktu untuk bersantai karena di perbankan Bandung tempatnya melaksanakan prakerin terdapat 12 siswa dari daerah Bandung yang sedang melaksanakan prakerin juga.

Cia dan ketiga sahabatnya terpisah karena tempat prakerin yang berbeda. Kyra dengan Vania melaksanakan prakerin ditempat yang sama, jaraknya terbilang cukup jauh dari rumah Cia dan mengharuskan keduanya untuk tinggal di kost. Semetara Shasha melaksanakan prakerin yang tidak jauh dari rumah Cia, hanya Shasha dan Cia yang tinggal di rumah masing-masing.

Ponsel Cia berdering berulang kali, ketiga sahabatnya dan Danil mengirimkan beberapa pesan serta menelfonnya berulang kali. Di hari biasanya hanya Danil yang akan menelfon Cia sampai dirinya membuka ponselnya. Ketiga sahabatnya tengah mendiskusikan liburan dimasa prakerin ini, mereka bertiga sudah sepakat untuk pergi liburan di hari esok dan hanya Cia yang belum mengeluarkan pendapat karena ia masih tertidur.

Cia pov.

Hari ini aku berniat untuk menghabiskan waktu libur prakerin dengan tidur sepuasnya.

Drrtt...

Drrtt...

Drrtt...

Ponselku bergetar berulang kali, dan itu sangat mengganggu tidurku.

Ku ambil ponselku, dan kulihat siapa yang menelfonku berulang kali.

"Tumben mereka menelfonku berulang kali." Gumamku.

Ketiga sahabatku menelfon dan mengirimkan beberapa pesan untukku, namun aku tidak menghiraukan mereka. Ku lihat pesan yang Danil kirim untukku.

"...."

"Bangun nona."

"Iya, ini uda bangun." Balasku.

"Hmm.. Barusan bel masuk berbunyi, pasti sebentar lagi guru masuk ke dalam kelas padahal Danil masih mau ngobrol." Balasnya.

"Yauda, sekolah dulu aja yang bener." Judesku.

"Iya, jangan lupa makan ya." Balasnya lagi.

Belum sempatku balas pesan dari Danil, tetapi sudah ada notif Panggilan grup dari ketiga sahabatku.

"Temu onlen kah?" Tanyaku setelah mengangkat telfon dari mereka.

"Sumpah. Lu ngeselin banget Ci." Sahut Kyra dengan wajah marah.

"Dari tadi kita spam, dan gaada satupun pesan dari kita yang lo bales. Jahat!" Ucap Shasa dengan sedikit bentakan.

"Kejam lu." Ucap Vania.

"Eh sorry, gue ngantuk banget serius dah." Ucapku dengan mimik muka cemberut.

"Dih najis." Jawab kompak ketiga sahabatku.

Ketiga sahabatku meminta pendapatku, mereka merencanakan untuk pergi camping di Bukit Langit pada besok hari. Aku bingung menjawab pertanyaan mereka, dan ku putuskan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada mama. Ternyata mama mengizinkan ku dengan begitu mudahnya.

"Huft.." Aku menghela nafas.

Aku sedang malas untuk pergi keluar rumah apalagi menginap di hutan tetapi aku juga sangat merindukan ketiga sahabatku.

Malampun akhirnya tiba, ku putuskan untuk ikut pergi dengan ketiga sahabatku, lagipula mereka sudah mengharuskan diriku untuk ikut walaupun aku sedang malas pergi.

Danil calling.

"Hay." Sapanya.

"Cia besok mau pergi camp." Ucapku tanpa menjawab sapaan dari Danil.

"Bareng siapa?" Tanya Danil.

"Ketiga sahabatku." Sahutku.

Aku dan Danil bertelfon sampai malam, kali ini kami membahas tugas sekolah bersamaan.

*****

Author pov.

Siang ini Cia bangun lebih awal dari hari sabtu biasanya, ia langsung bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi bersama ketiga sahabatnya.

Dikala Cia sedang berdandan, tiba-tiba Shasa masuk kedalam kamar Cia untuk menjemputnya. Didalam kamar mereka mengobrol dan mempacking perlengkapannya mereka.

"Ini kumpul dimana?" Tanya Cia pada Shasa.

"Kita ke kost Kyra dan Vania dulu." Jawab Shasa.

Merekapun langsung bergegas menuju kost Kyra dan Vania, didalam perjalanan Cia dan Shasa di teflon berulang kali oleh Kyra ataupun Vania. Kemarin mereka berempat merencanakan untuk kumpul di kost jam 1 siang, namun ini sudah jam 2 tetapi Cia dan Shasa belum juga datang, hal itu membuat Kyra dan Vania kesal.

Sesampainya di kost, mereka saling menyinyir satu sama lain.

"Lama." Ucap Kyra.

"Dateng abis magrib aja." Ucap Vania.

"Mending pulang!" Ucap Shasa dengan sedikit ngegas.

Sementara Cia tidak memperdulikan ketiga sahabatnya yang sedang adu mulut, ia memilih untuk chating dengan Danil.

"Oh sekarang udah bucin!" Sindir Vania.

"Ow aja yakan." Sindir Shasa.

"Yataulah, prioritas emang lebih utama." Sindir Kyra.

"Apaansi.. berangkat aja yuk." Balas Cia.

Mereka berempat bergegas menuju tempat camp menggunakan sepeda motor, Cia dan Shasa sementara Kyra dan Vania. Di perjalanan mereka mampir terlebih dahulu ke rental alat pendakian untuk menyewa tenda. Sepanjang jalan mereka berempat sangat heboh, dan ketika motor mereka berdampingan, mereka selalu mengucapkan kata "ngalir" menggambarkan mereka yang selalu mengalir kemana saja.

Selama 3 jam mereka melakukan perjalanan dan akhirnya mereka sampai di tempat camp. Shasa dan Vania memarkirkan motor sementara Cia dan Kyra membayar Regist tiket masuk.

"Udah ci? Tanya Vania.

"Uda, yuk naik." Jawab Cia.

Mereka melakukan track selama 15 menit. Sesampainya di area camp, nampak beberapa tenda sudah berdiri di sana, wajar saja karena hari ini adalah malam minggu.

Cia pov.

Kulangkahkan kaki menuju area camp bersama ketiga sahabatku, carrier dipundakku membuat keringat bercucuran di seluruh tubuh ku. Aku tersenyum sembari mengamati tingkah konyol ketiga sahabatku.

"Dari mana ini?" Tanya seorang lelaki.

"Bandung timur, mas." Jawab Vania.

Area camp dipenuhi oleh satu rombongan lain yang berasal dari Bandung juga, tetapi mereka berasal dari Bandung kota, jadi kami sama sekali tidak mengenal mereka.

Ku turunkan carrier dipundakku, Kyra mengambil alat masak untuk memasak, dan Vania masih sibuk mengobrol dengan lelaki yang baru saja menyapa kami, sementara Shasa mengambil tenda dan mulai mendirikannya seorang diri.

"Atuh neng, sini aku bantuin." Teriak seorang lelaki dengan tubuh kurus dan telinga caplang.

Shasa hanya tertawa sambil menahan malu, wajahnya nampak merah seperti habis di tonjok. Aku masih terduduk di posisi menurunkan carrier, lelah yang ku rasa tak kunjung juga hilang. Ku lihat Kyra kesusahan mengendalikan tiga kompor yang menyala, aku memutuskan untuk membantu nya.

Tenda sudah berdiri, masakanpun kini telah tersaji. Aku serta ketiga sahabatku berada di dalam tenda dan bersiap untuk menyantap masakan yang ku buat bersama Kyra. Sebelum memasak kami mengambil ponsel masing-masing dan membuka aplikasi kamera untuk merekam.

"Alhamdulillah ngalir." Ucap Kyra sambil merekam keadaan didalam tenda.

Kuambil lauk dengan tangan kanan dan tangan kiriku memegang ponselku, tiba-tiba Shasa menepuk tangan kananku dan hal tersebut mengakibatkan makanan yang ku ambil jatuh.

"Shasa..." Ucapku dengan manja.

"Ngalir dulu dong." Ucap Kyra.

"Eh, sebelum makan gimana kalo kita bikin geng?" Sahut Vania.

"Hah? geng?" Jawab kami kaget dan tak mengerti.

"Iyakan kita uda lama bareng, kemana-mana bareng, biar semakin ngalir bikin geng pendaki aja yuk, kebutulan sekali kan kita semua suka naik gunung." Jelas Vania.

"Eh setuju, tumben pinter lu. Kalo di pikir-pikir emang iya ya kita selalu bareng dan banyak kesamaan." Sahut Shasa.

Aku dan Kyra hanya terdiam dalam rasa bingung, kami merasa malas untuk membuat geng pendaki. Memang terdengar sangat keren, namun kami sama sekali tidak menginginkan nya.

"Gimana kalo pendaki ngalir?" Tanya Shasa.

"Bagus juga tuh." Sahut Vania.

"Pendaki ngalir? Kita?" Ucapku dengan heran.

"Pendaki ngalir.. Pelir?" Kata Kyra sambil berfikir.

Kamipun sontak tertawa mendengar kata "pelir" memang itu sangat aneh, dan terdengar ambigu. Hingga kami menyepakati nama geng kami sebagai pelir namun bukan singkatan dari Pendaki Ngalir melainkan itu singkatan dari Penting Ngalir.

Penting Ngalir kami ambil dari keseharian kami, kami memang suka mendaki namun kebersamaan kami bukan hanya soal naik gunung dan camp. Ketika dikota, kami sama-sama suka makan dan jalan-jalan keliling Bandung, menikmati senja, minum kopi dan mayoritas kesukaan kami hampir mirip kecuali jatuh cinta.

Kami berempat mempunyai kesaman sifat, yaitu gede ambek dan keras kepala. Akan tetapi sifat kami yang tidak baik itu dikalahkan oleh kami yang selalu ngalir untuk bersama.

Author pov.

Ke empat gadis tersebut telah menyelesaikan makan malamnya di dalam tenda, Cia, Kyra dan Vania sedang mengobrol di depan tenda bersama kedua teman barunya, namanya Arya dan Zaen. Kedua lelaki tersebut berasal dari Bandung kota. Sementara Shasa sedang berada dirumah pohon untuk melihat pemandangan kota Bandung di malam hari.

"Sendirian aja a?" Tanya Shasa pada lelaki yang membantu nya mendirikan tenda, kebetulan ia sedang di dalam rumah pohon.

"Aa?" Ucap Cia dengan kaget setelah mendengar suara Shasa.

Ketiga gadis itu langsung membuat kebisingan di area camp sambil mengejek Shasa.

"Pacar baru, Alhamdulillah." Ucap Vania.

"Modusnya membangun tenda, uwu.." Sindri Kyra."

Satu rombongan yang baru dikenali keempat gadis tersebut sontak kaget melihat tingkah konyolnya, mereka sedikit kaget dengan tingkah konyol para gadis cantik itu. Namun tidak ada satupun orang yang hiraukan oleh gadis itu, bagi mereka "Dimana ada kami, disitulah kebisingan terjadi."

Kopi dan perbincangan hangat dengan kedua teman baru keempat gadis tersebut mampu menahan mereka untuk tertidur, dari sehabis makan sampai jam 03.00 pagi mereka masih sibuk berbagi pengalaman satu sama lain.

"Ngantuk ya neng?" Tanya Arya setelah melihat wajah ke empat gadis yang sedang menahan rasa ngantuk.

Mereka hanya tersenyum sembari saling memandang satu sama lain, hal itu membuat kedua lelaki tersebut tersadar bahwa mereka ingin segera tidur.

"Masuk tenda aja neng, silahkan tidur." Ucap Zaen dengan lembut.

Mereka langsung melangkah kaki menuju tenda dan segera tidur.

Semua pendaki kini berkumpul di area sunrise untuk menikmati keindahan pagi hari di atas puncak bukit. Mereka duduk diatas bebatuan membentuk lingkaran, melingkari beberapa cangkir kopi milik mereka sambil menunggu sang fajar terbit.

"Eh, gue kesana ya." Ucap Cia kepada tiga sahabatnya.

Cia pergi kesisi bukit untuk memotret beberapa pemandangan yang menurutnya bagus untuk dipotret. Di kala Cia sedang asik memotret pemandangan, tiba-tiba seorang lelaki yang di panggil Shasa dengan sebutan "aa" memperhatikannya dari arah jauh.

Cia mulai merasa jika dirinya tengah diperhatikan oleh seseorang, Cia tidak sempat memikirkan dan mencari tahu siapakah yang dari tadi memperhatikannya, karena sang fajar yang mereka nantikan telah terbit dengan sangat indah.

"Fotbar yuk." Ajak Arya kepada keempat gadis tersebut.

Keempat gadis tersebut menganggukkan kepala, mereka semua segera membuat formasi untuk berfoto. Ketika sedang asiknya berfoto tiba-tiba Cia terdiam, ia menyadari bahwa si 'aa' dari awal mereka berfoto ia selalu meniru gerak gerik Cia.

Cia menatap lelaki tersebut dengan tatapan polos, lelaki itu menatap balik wajah Cia dan mulai menganggukkan kepala serta tersenyum pada Cia. Gadis itu hanya terdiam dengan wajahnya yang judes dan ada rasa heran dalam hatinya.

"Dasar lelaki aneh." Gumam Cia.