07 Januari 2019.
"Sekolah jangan cuma dijadikan tempat untuk menuntut ilmu, tetapi nakal itu perlu agar ada kisah menyenangkan ketika diceritakan kepada anak-anak kita kelak." - Begitulah kata yang sering ku dengar dari mulut anak SMK.
-adpdita-
"Sayang bangun, nanti kamu telat." Ucap mama sambil membuka jendela kamarku.
"Emm.. 10 menit lagi mah." Negoku dengan manja.
"Kan udah sering mama bilangin, kalo abis sholat subuh jangan tidur lagi, liat udah jam 6 pagi." Tegas mama sambil menarik selimut ku.
Ku buka mataku dan langsung ku arahkan pada jam dinding dikamarku, jam menunjukan pukul 06.01 W.I.B aku sontak tersenyum. Aku sama sekali tidak takut terlambat datang ke sekolah, karena pasti cuma disuruh lari keliling lapangan 10 kali. Kan bagus untuk olahraga pagi, apalagi aku yang berolahraga ketika ada mata pelajaran penjasOrkes saja.
Ku langkahkan kaki menuju kamar mandi, ternyata pamanku sedang mandi di kamar mandi sebelah. Pamanku itu adalah adik dari ibuku, lebih tepatnya anak lelaki mama paling bungsu, ia duduk di kelas 10 dan bersekolah ditempat yang sama denganku. Panggil saja dia dengan sebutan "Sam".
Aku bergegas untuk mandi dan langsung memakai seragam di kamar mandi.
"Cia, buruan sarapan." Teriak mama.
"Iya mah." Sahutku.
Ku buka pintu kamar mandi, ku taruh pakaian dikeranjang tempat menyimpan baju kotorku di dekat mesin cuci. Aku langsung pergi duduk di kursi makanku dan memakan sarapan yang telah mama siapkan.
"Pulang jam berapa?" Tanya Sam.
"Gatau." Timbalku.
Setelah selesai makan aku pergi melangkahkan kaki menuju kamarku untuk berdandan.
"Yaps. Siap." Gumamku.
Ku ambil tas ku di dalam lemari.
"Hm ini hari pertama pasti jam kosong dan pulang lebih awal." Pikirku sambil tersenyum. Hari ini aku tidak membawa buku satupun.
Ku ambil sepatu tofel didalam rak sepatuku dan ku langkahkan kaki keluar dari kamarku. Aku memakai sepatu di garasi rumahku, dan langsung berpamitan pada mama karena ia juga berada di garasi untuk mengatar bekal makan siangku dan Sam.
Aku berpamitan dan mencium tangan mama. Ku lihat jam di tanganku, jam menunjukan pukul 06.40 itu artinya aku akan terlambat masuk sekolah dalam waktu 5 menit lagi.
"Mau berangkat sendiri ato bareng?" Tanya Sam.
"Bareng aja deh, uda jam segini pasti parkiran penuh." Timbalku.
*****
Sam menurunkan ku di gerbang utama sekolahku, karena ruang kelasku tidak jauh dari gerbang itu. Ku langkahkan kaki menuju gerbang, 5 langkah dari gerbang nampak bapak dan ibu guru sedang melaksanakan apel pagi, aku langsung lari bergegas menuju lapangan utama sekolahku, benar saja aku terlambat mengikuti apel pagi. Aku menaruh tasku di salah satu gazebo dekat lapangan, dan langsung berlari mencari letak kelasku berbaris diantara ribuan siswa.
"Huft.. Cape." Ucapku setelah masuk barisan.
"Cia telat denda 10ribu." Ledek wati yang merupakan teman kelasku.
Aku tak menghiraukannya, aku masih kecapekan gara-gara lari untuk meloloskan diri dari pandangan guru yang suka memberi hukuman kepada siswa yang datang terlambat apel pagi.
15 menit berlalu, apel pagipun di bubarkan. Seluruh siswa pergi menuju ruang kelas mereka masing-masing. Ku langkahkan kaki menuju gazebo untuk mengambil tas miliku.
"Hay ci." Sapa teman yang beda jurusan denganku.
"Hay." Timbalku.
Ku ambil tasku dan berjalan dengan santai menuju ruang kelasku.
"Assalamualaikum." Sapaku pada seluruh teman kelasku.
"Wa'alaikumsalam." Jawab kompak seluruh temanku.
"Ya ampun Cia, baru pertama kali masuk udah telat." ,Yani.
"Bukan Cia namanya kalo engga telat." Sahut Novi.
Aku hanya tertawa kepada mereka berdua. Ku arahkan pandangku mencari Ayu, dia adalah teman yang duduk satu meja denganku sejak kelas X.
"Ci, disini." Teriak Ayu sambil melambaikan tangan.
Aku langsung menuju dimana Ayu duduk, ia memilih kursi di pojok paling belakang dan itu merupakan tempat yang sangat cocok untuk tidur ketika mata pelajaran yang membosankan.
"Makin cantik aja." Ledek Ayu setelah aku duduk.
"Apaansi." Jawabku.
Aku dan Ayu langsung saling berbagi kisah semasa liburan, begitupun dengan teman kelasku yang lain.
Ku amati seluruh teman-temanku sambil tersenyum, senang sekali bisa melihatnya setelah libur panjang.
"Hay Ci, pagi pagi uda senyum-senyum sendiri." Ucap Ifa.
Aku hanya tersenyum pada Ifa dan kembali memperhatikan teman-temanku.
XI Akuntansi 1 itu adalah sebutan untuk kelas kami, kelas yang paling berisik diantara kelas akuntansi lain. Maklum, karena jumlah anggota dari kelas kami ada 33 orang, 2 lelaki dan sisanya perempuan semua, 7 pendiem dan sisanya memiliki mulut seperti toa. Hari ini tidak ada satupun guru yang masuk ke ruang kelas kami, entah itu sengaja atau tidak kami tidak peduli. Waktu kami habiskan untuk bercerita, tawa penuh gembira terpasang di seluruh wajah kami. Team kelas kami yang suka melawak memulai aksinya, dan itu membuat kami semakin bahagia juga lupa waktu. Tapi tidak semua dari kami yang seharian penuh bercerita, ada yang memilih tidur dan ada juga yang memilih menonton Drakor. Sementara aku dan gengku dikelas, seharian bercanda dan membuat kebisingan di dalam ruang kelas.
Tteett... tteett.. tteettt..
Bel pulang sekolah berbunyi, aku melangkahkan kaki keluar dari ruang kelasku menuju kantin sekolah.
"Cia." Salah satu temanku memanggilku.
Aku langsung lari sambil tersenyum, karena hari ini adalah jadwalku untuk membersihkan ruang kelas.
Aku pergi ke kantin untuk menemui ketiga sahabatku, sepulang sekolah kami pasti selalu berkumpul di kantin untuk makan dan berbincang selama 30 menit.
"Ci." Ucap Vania sambil melambaikan tangan.
"Hay" sapaku kepada tiga sahabatku.
"Diantar apa bawa motor sendiri?" ,Shasa.
"Aku nebeng sama Sam." Balasku.
"Pulang bareng aku aja." Vania menawarkan diri.
"Iya sama Vania aja, aku lagi gamood sama dunia." Ucap kyra yang otaknya agak geser.
Kantin sekolah merupakan tempat ternyaman untuk nongkrong, apalagi kami yang hobinya makan.
"Hay, besok berangkat ekskul ya." Ajak Dimas yang kebetulan ada di kantin.
Kami semua menganggukkan kepala.
Setelah makanan sudah habis, kami langsung pergi untuk pulang. Eh kami udah bayar kok, kami bayar setelah kami memesan makanan. Aku pulang diantar oleh Vania, sementara Kyra dan Shasa mereka naik sepeda motor sendiri-sendiri.
*****
"Pulang sama siapa?" Tanya mama setelah aku mengucap salam dan memicum tangannya.
"Dianter sama Vania." Jawabku.
Ku langkahkan kaki menuju kamarku, dan langsung bergegas untuk mandi.
Setelah mandi aku duduk di atas kasurku sambil membuka data seluler.
Drett...
Drett...
Drett...
Banyak pesan yang belum ku baca dari tadi malam, aku tidak pernah membawa ponsel ke sekolah ku karena dilarang membawa ponsel. Aku rasa peraturan seperti itu bagus, banyak keuntungan dari tidak membawa ponsel ke sekolah.
Danil.
"Udah pulang?"
Pesan terakhir dari Danil setelah aku menyalakan data seluler.
Cia.
"Udah."
Danil.
"Masa Smk gabole bawa Ponsel."
Cia.
"Gapapa. Bagus kok."
Danil.
"Kan jadi ngga pernah ngobrol kalo siang hari."
Cia.
"Sama yang lain aja."
Danil.
"Gamau."
Aku dan Danil berkirim pesan hanya ketika aku pulang sekolah, itu hanya beberapa jam karena habis sholat magrib aku langsung mengerjakan tugas sekolah dan jika tidak ada tugas aku membaca novel sampai jam 21.00 malam.
Begitulah keseharianku, sementara Danil, ia boleh membawa ponsel ke sekolahnya. Saat aku sedang mengerjakan tugas, Danil juga ikut mengerjakan tugas ketika ada tugas dan jika tidak ada tugas ia pergi untuk nongkrong bersama temannya di kedai mata angin.
Setelah belajar aku dan Danil bertelfon sampai larut malam bahkan sampai kami tertidur. Entah apapun topik pembicaraan kami, tetapi bertelfon merupakan hal wajib yang harus kami lakukan. Begitulah siklus rutinitas kami ketika hari sekolah. Ketika libur sekolah kami tidak pernah berkomunikasi.
Dan kenapa aku bilang kami hanya bisa berkomunikasi ketika hari sekolah? Itu karena ketika hari libur sekolah tepatnya dihari sabtu dan minggu, Danil pergi berlayar ke laut bersama temannya. Setiap Sabtu pagi pukul 03.00 W.I.B ia sudah pergi menuju pelabuhan dan akan kembali lagi pada Minggu jam 17.00 W.I.B
Aku tidak tahu dilaut ada sinyal atau tidak, tapi yang aku tau ketika pergi berlayar Danil tidak boleh memegang ponselnya, bahkan Danil sering meninggalkannya dikamar.
Ketika Danil pulang kerumah ia langsung tidur tanpa membuka ponselnya terlebih dahulu, jadi selama 2 hari kita tidak berkomunikasi. Aku memaklumi hal tersebut karena pasti cape selama 2 hari 1 malam berada di kapal. Sebenarnya ayahnya tidak setuju jika setiap libur Danil harus pergi berlayar, tetapi Danil senang melakukannya dan itung-itung buat uang jajannya selama satu minggu.