02 Januari 2019.
"
"Rasa kecewa hadir bersama rasa didalam hati. Disadari atau tidak, pernyataan tersebut memang benar adanya."
-adpdita-
Aku membuka mataku dan melihat ke arah jendela, panas matahari masuk ke dalam kamarku melalui jendela kamarku yang sudah terbuka. Aku tidak peduli hari sudah siang, aku masih ingin tidur di sisa liburan tahun baru ini.
Aku menarik selimut dan memeluk bantal guling yang ada di dekatku, perlahan aku mulai memejamkan mataku, tiba-tiba aku merasa tidak enak hati, entah apa penyebabnya.
Aku membuka mataku dan kulihat sekeliling kamarku. Ruang kamarku napak sepi, hanya ada aku dan semua barang kesayanganku.
"Huft."
"Kemana mereka?" Batinku.
Ku langkahkan kaki keluar kamar dan mencari ketiga sahabatku, tetapi nihil mereka tidak ada.
"Cari apa sayang?" Tanya mama yang melihatku nampak sedang mencari sesuatu.
"Mah, Vania, Kyra dan Shasha kemana?" Tanyaku dengan bingung.
"Mereka sudah pulang dari jam 08.00 pagi tadi. Mereka tidak tega membangunkanmu jadi mereka pulang tanpa berpamitan kepada mu." Jelas mama.
Begitulah sahabatku, mereka emang rese dan nyebelin tetapi mereka juga baik dan sangat peduli denganku, aku kembali menuju kamarku.
Aku duduk di kursi depan meja belajarku, sepulang dari angkringan aku langsung mencharger ponselku dan mandi kemudian tidur, aku melupakan semuanya.
Ku ambil ponselku dan menyalakan data seluler.
"25 panggilan tak terjawab."
"102 pesan baru."
Aku terkejut melihat notif pada ponselku dari aplikasi whatsapp.
"Astaghfirullah, Danil." Ucapku.
Tanpa menunggu lama, aku langsung membuka aplikasi whatsapp, benar saja semua panggilan tak terjawab itu dari Danil. 75 pesan baru dari Danil, selebihnya chat dari teman-temanku dan Mila juga mengirimkan pesan untuk ku.
Aku membuka pesan dari Danil dan langsung saja ku balas.
Cia.
"Assalamualaikum Danil."
Tapi Danil sudah tidak online, aku melihat last seen di profil Danil menunjukkan pukul 03.00 itu artinya Danil sudah mematikan data seluler sejak jam 3 pagi.
Aku terus saja menunggu Danil online, aku tidak menghiraukan chat dari yang lain.
"Danil."
"Buruan dong online." Ocehku.
Aku sangat khawatir dan tidak enak hati kepada Danil, aku terlupa jika kemarin malam Danil menungguku untuk berbicara dengan ku lewat telfon.
"Aaggrrhhhhh...."
Aku kesal dengan diriku sendiri.
Tiba-tiba Mila mengirimkan pesan baru kepadaku, jelas langsung kubuka dan membalasnya.
Mila.
"Hay Ci."
"Tadi malem Danil nyariin kamu tuh."
Cia.
"Dia bilang apa aja sama kamu?"
Mila.
"Dia cuma bilang lagi nungguin kamu sih."
Cia.
"Terus apalagi?"
Aku tau pasti ada yang ingin Mila sampaikan tentang Danil.
Mila.
"Hmm..."
"Kamu kemana si tadi malem? Bukannya Danil udah bilang ya pengin ngobrol sama kamu?"
Cia.
"Tadi malem aku tidur awal."
"Ceritain semua yang Danil ceritain ke kamu, sekarang."
Mila menceritakan jika Danil menungguku dadi jam 21.00 malam sampai jam 03.00 pagi tadi, sebenarnya Danil juga mengantuk tetapi dia takut jika aku online ketika dia sedang tertidur dan membuatku menunggunya, dia tidak ingin hal itu terjadi, dan dia tidak ingin membuat ku kecewa.
"Aaggrrhhhhh."
"Kenapa tadi malem bisa lupa sih." Bentakku pada diriku sendiri.
*****
Aku rebahan sambil menatap ponsel ku dan berharap Danil membalas pesan dariku, seharian aku menunggunya tapi tak kunjung ada balasnya darinya. Aku malas melakukan aktivitas apapun selain menunggu Danil, aku kecewa pada diriku sendiri.
Begitulah Danil, ketika dia sedang kecewa dan merasa hidupnya sedang berantakan dia pasti tidak membuka ponselnya, dan yang dia lakukan hanya merenung atau terkadang pergi bermain ke rumah sahabatnya untuk mengibur dirinya.
Pesan baru dari Milla.
Mila.
"Cia."
"Aku dapet kabar dari temennya Danil, katanya dia kecelakaan."
Detak jantungku berdenjut dengan cepat, aku tidak membalas pesan dari Mila. Tubuhku mejadi lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas apapun karena seharian aku belum makan. Aku memaksa bangun untuk pergi ke dapur membuat susu agar aku sedikit berenergi.

Ku langkahkan kaki mengambil buku kesayangan ku dan duduk di kursi belajarku, ku tulis semua yang sedang aku alami di lembar kertas buku itu. Lembar demi lembar telah ku gores dengan bolpoint menjadi rangkaian perasaan yang ku alami. Tanpa sadar air mataku mulai menetes dari pipi kemudian jatuh ke dalam buku yang sedang ku tulis.
"Danil, maafin Cia... hiks.."
Tetes demi tetes membasahi setiap perasaan yang ku tulis. Notif ponselku berbunyi, aku tidak menghiraukannya, aku terus terfokus dengan buku di hadapan ku.
Pukul 22.00 W.I.B Tiba-tiba ada notif panggilan dan itu dari Danil, tanpa berfikir apapun aku langsung mengangkatnya.
Danil.
"Assalamualaikum nona. Masih sibuk engga nih?"
Cia.
"Wa'alaikumsalam.. hiks.."
Danil.
"Loh kok nangis?"
"Kenapa?"
"Kenapa suara Cia lemes gitu?"
Hiks.. hiks.. hiks..
Danil.
"Cia."
"Kenapaaa?"
"Ada apa?"
Aku tak mampu berkata apapun kepada Danil, aku hanya menangis. Suaraku terdengar lemas karena aku belum makan dari tadi pagi.
"Hey, kenapa?" Kata Danil sambil tertawa menutupi lukanya.
Cia.
Hiks.. hiks.. hiks..
"Danil kenapa?"
Danil.
"Engga papa Cia."
"Cia tuh kenapa nangis?"
"Danil ada salah ya?"
Cia.
"Engga. Hiks.."
Danil.
"Terus kenapaaa Cia?"
Kata yang keluar dari mulut Danil sangat lembut dan penuh dengan rasa khawatir. Aku tidak tau apa yang ada dipikirannya, tetapi dia tetap sabar menghadapiku setelah ku buat kecewa.
Cia.
"Kata Mila kamu tadi kecelakaan. Hikss.. hiks.."
Danil.
"Itu?"
"Cuma luka doang mah ngga papa."
"Udah sembuh nih, apalagi dikhawatirin sama Cia. Langsung sembuh."
Cia.
"Tadi malem Danil nunggu Cia?"
Danil.
"Hehe iya. Cia ngga suka ya? maafin Danil ya."
Cia.
"Tadi kemana?"
"Cia seharian nunggu Danil."
Danil.
"Main kerumah temen terus keliling naik motor cari angin eh malah disenggol sama ibu-ibu,haha. Ibunya suka kali ya sama Danil."
Cia.
"Serius!"
"Ga lucu."
Danil terkejut mengetahui jika aku menunggunya seharian. Untuk menenangkanku, Danil menceritakan semua yang terjadi dari tadi malam sampai ia mengalami kecelakaan. Dia juga bercerita jika ia sedang ada masalah dengan keluarganya, dan itulah alasan Danil menungguku sampai pagi. Untuk berbagi masalahnya denganku, tetapi aku malah melupakan Danil dan langsung tertidur karena kecapekan.
Danil.
"Cia."
"Maafin Danil ya udah bikin Cia nangis dan khawatir."
"Cia tau ngga?"
"Danil seneng bisa bicara dengan Cia."
Cia.
"Cia yang bikin Danil kecewa dan bikin Danil jadi kecelakaan. Hikss.. hikss.. hikss."
Danil.
"Engga Cia."
"Jangan nangis lagi ya?"
Danil mengerti apa yang ku rasakan tanpa harus aku bercerita padanya.
Cia.
"Tergantung. Hikss.."
Danil.
"Danil ngga bakalan bikin Cia khawatir lagi."
"Janji."
Aku dan Danil terus berbincang. Danil menceritakan yang sedang ia alami, Ia mengatakan semua keluh yang sedang ia rasakan. Aku hanya terdiam, memahami posisi Danil dan menyemangatinya untuk tetap tegar menghadapi masalah.
Aku tidak menceritakan apa yang ku rasakan, aku juga tidak bilang kalau aku belum makan. Aku tidak mau membuat Danil semakin khawatir dan menambah beban untuk nya.
Danil mencoba menceritakan dongeng yang ia buat sendiri untukku supaya aku tertidur.

"Gud nite Cia." Ucap Danil.
"Udah pagi." Ketusku.
Kali ini Danil benar-benar membacakan dongeng anak kecil untuk ku, entah dari mana dia membaca dongeng tersebut.
Tidak perlu membacakan banyak dongeng untuk membuat ku tertidur karena tubuhku sudah sangat lelah, aku tertidur dengan cepat, aku juga ingin cepat tidur dan berharap Danil juga cepat tertidur setelah aku tidur. Aku tau dia tidak akan tidur sebelum aku benar-benar tidur dengan pulas.