"Tapi, ada satu syarat yang harus kau penuhi Yuri, karena segala sesuatu pasti ada take and give, apa yang aku katakan itu benar bukan, Yuri?" ucap Lune sembari bertanya balik ke Yuri.
"Baiklah, apapun itu, asal aku bisa memenuhi permintaanmu dan jangan sampai yang aneh-aneh," ucap Yuri yang dibalas dengan senyuman oleh Lune.
Mereka bertiga pun tenggelam dalam dunia mereka masing-masing tanpa perduli hal lainnya. Yuri senang Bram baik-baik saja, Lune gembira bahwa rencana yang ia susun dapat dijalankan dengan baik tanpa harus memaksa Yuri, dan Bram hanya bisa menangisi sisa hidupnya yang mungkin dapat berakhir kapan saja.
"Apa aku bisa berumur panjang kalau terus berlama-lama tinggal satu atap dengan mereka kalau seperti ini terus menerus," gumam Bram sedih.
******
******
Friday, 08 December 2253, 11:23:46
******
Setelah berbincang-bincang dengan Bram dan menyepakati apa yang dikatakan oleh Lune, Yuri pun akhirnya pergi dari ruangan Bram dan meninggalkan Lune serta Bram yang masih memiliki keperluan terkait permintaan Bram kepada Lune.
"Baik, sekarang aku akan berbicara serius denganmu, jadi dengarkan baik-baik dan aku paling tidak suka kalau harus mengulangi perkataanku lagi, paham Bram!" ucap Lune dengan ekspresi serius.
"Baik, baik, aku mengerti," ucap Bram sembari menganggukkan kepalanya supaya lebih meyakinkan Lune.
Lune kemudian memberitahukan beberapa dokumen penting yang berhasil dipindai olehnya dan masih terkait dengan proyek yang sedang dikerjakan oleh pihak militer pusat. Yakni, rute atau trayek dari kendaraan yang membawa beberapa prototype penting. Dimana, kendaraan-kendaraan tersebut akan melewati kota mereka yang akan berhenti di lokasi kejadian pembunuhan tersebut, dan tidak ada pengawalan khusus terhadap kendaraan tersebut.
"Mereka sungguh-sungguh meremehkan zona ini, bahkan kendaraan tersebut hanya menggunakan kendaraan pengiriman jasa antar barang biasa tanpa ada pengawalan khusus," ucap Lune.
"Maklum saja, beberapa tahun terakhir, zona hitam berhasil diperkuat dan zona merah masih berada dalam kondisi terkendali," ucap Bram menanggapi perkataan Lune.
"Meskipun demikian, apa zona kuning akan menjadi medan peperangan di dalam negara ini, apa belum cukup dengan beberapa peristiwa dalam dua hari belakangan ini," ucap Lune sedikit kesal dengan tidak perdulinya pihak militer tentang keadaan kota mereka.
"Jadi, menurut pendapat Kakak, apa yang bisa kita lakukan untuk sementara waktu ini, terlebih kondisi diriku belum benar-benar pulih," ucap Bram meminta saran.
"Apa kau tidak menghubungi Kapten Philip untuk membicarakan hal tersebut, serta meminta solusi atau beberapa tindakan yang mampu mencegah terjadi sesuatu pada kendaraan yang membawa prototype tersebut," jelas Lune kepada Bram.
"Untuk beberapa hari ini aku memang belum bisa untuk menghubungi Kapten Philip karena tidak ingin menambah beban pikirannya," ucap Bram.
"Huuhhhhh," desah Lune kemudian berjalan menuju pintu ruangan Bram untuk keluar dari tempat tersebut.
"Aku akan berusaha semampuku, terima kasih, Kak Lune," ucap Bram.
"Kau jangan berterima kasih dulu kepadaku, ingat, kau masih memiliki hutang janji yang harus kau tepati. Apabila kau tidak dapat memenuhinya kembali, aku akan benar-benar membuat gigimu menjadi cinderamata untuk aku gantung didepan pintumu, supaya menjadi tanda pengingat untuk selalu kau kenang agar tidak mengingkari janji," ucap Lune tanpa membalikkan tubuhnya.
"Baik, baik, aku akan melunasi janjiku, tenang saja Kak Lune. Apabila aku sudah kembali pulih aku akan---" ucap Bram tidak selesai sebab ia melihat senyuman kecil saat Lune memalingkan wajahnya sebentar.
"Apa aku akan benar-benar melupakannya lagi?" gumam Bram bertanya kepada dirinya sendiri seakan tidak percaya apa yang akan dinantikannya di masa-masa yang akan datang.
Tidak berapa lama pintu ruangan Bram ditutup oleh Lune, dan Bram pun kembali bisa beristirahat dengan tenang sembari menghabiskan rokok yang sudah dinyalakan oleh Bram sebelumnya. Selain itu, Bram akhirnya mulai memikirkan apa langkah selanjutnya yang ingin diambil untuk mengatasi beberapa hal yang akan terjadi di kota ini.
"Aku juga belum mendapatkan kabar dari mereka tentang perkembangan yang ingin aku ketahui, sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan, apa mereka lupa bahwa aku sudah meminta untuk memberitahukan beberapa informasi yang ingin aku ketahui secepatnya," gumam Bram kesal.
******
"Apa kau sudah selesai berbicara dengan Bram?" tanya Yuri yang masih berada diluar ruangan Bram karena baru mendapat kabar dari Cafe tempatnya bekerja.
"Ya, sudah," balas Lune singkat.
"Apa ada perkembangan terbaru lagi dari kasus tempo hari?" tanya Yuri.
"Kalau permasalahan mengenai kasus tersebut, aku tidak memiliki informasi lagi yang dapat aku sampaikan kepada Bram, lagipula Kapten Philip sudah melakukan proses penggeledahan pada kediaman yang aku maksud," ucap Lune menjelaskan apa yang ingin diketahui Yuri.
"Lalu ... mengapa kau begitu lama didalam, apa akan terjadi sesuatu lagi?" tanya Yuri yang semakin penasaran dan sedikit tidak percaya akan perkataan Lune.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, bahwa pasukan MOP dengan dipimpin langsung oleh Kapten Philip telah berhasil menemukan kediaman klien dari korban pembunuhan tersebut. Namun, Kapten Philip tidak berhasil menemukan apa-apa terkait keberadaan klien yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kediaman tersebut hanya diberi pita garis dilarang melintas dan diberikan penjagaan beberapa pasukan MOP agar tidak ada yang keluar masuk tanpa izin dan merusak lokasi.
"Aku hanya berbincang-bincang tentang kondisinya saja, dan mengingatkannya untuk tidak melupakan janji yang telah ia buat kepadaku," ucap Lune santai.
"Apa kau sungguh-sungguh soal itu?" tanya Yuri memastikan.
"Tenang saja, aku tidak mengungkit soal Hana dengan Bram, lagipula kau sudah menjelaskan kepadaku bahwa kalian hanya berbincang-bincang tentang masa lalu, serta Bram yang meminta Hana untuk melakukan sebuah penyelidikan terkait pembunuh sebenarnya," ucap Lune menjelaskan.
"Lalu, bagaimana dengan kakimu sendiri?" tanya Lune sebelum Yuri bertanya yang aneh-aneh kembali.
"Sudah agak membaik dari sebelumnya," ucap Yuri.
"Apa kau yakin besok dapat berjalan dengan jarak yang cukup jauh, apa kau tidak mau menggunakan penunjang kakimu lagi?" tanya Lune kembali untuk membuat Yuri yakin dan memastikan keputusannya tersebut.
"Ya, tenang saja, pimpinan cafe tempat aku bekerja paruh waktu tersebut juga tidak meminta diriku untuk datang secepatnya. Yang terpenting adalah aku dapat menemui dirinya besok," ucap Yuri.
Dikarenakan jadwal kerja Tom yang padat dan Yuri sudah merasa bahwa kakinya sudah dapat digerakkan seperti biasa meski belum sepenuhnya dapat berlari, maka Yuri memutuskan untuk datang saja ke tempat kerja paruh waktu keduanya tersebut secara langsung, sehingga tidak merepotkan Tom maupun yang lainnya.
"Baiklah, kita kembali ke topik yang belum kita selesaikan tadi," ucap Yuri mengalihkan pembicaraan.
"Hhhhmmmmm," ucap Lune bergumam.
"Lalu, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Yuri lagi.
"Ohhhh," ucap Lune pura-pura tidak tahu.
"Wanita ini, pura-pura mendiamkanku dan sengaja untuk aku sendiri yang terlebih dahulu untuk membahas persyaratan darinya," gumam Yuri.
"Aku belum memikirkan sesuatu yang menguntungkan dan menarik bagiku, apa kau punya ide," ucap Lune.
"Jadi, bagaimana?" tanya Yuri tidak sabar.
"Apa kau memiliki tawaran yang lebih baik," ucap Lune meski tidak bermaksud bahwa tawaran yang akan Yuri berikan tersebut sudah termasuk dalam persyaratan yang diajukan oleh Lune sebelumnya.
"Kalau begitu, apa kau mau menemaniku besok ke Cafe tempatku bekerja?" tanya Yuri menawarkan agar Lune setuju dengan permintaannya.
"Hhhhmmmm, bagaimana ya?" ucap Lune.
Setelah keluar dari ruangan Bram, tampaknya Yuri mendapatkan panggilan dari Cafe tempat kerja paruh waktunya yang ke dua. Hal ini dikarenakan, Yuri sudah tidak masuk selama tiga hari tanpa surat keterangan yang jelas. Sementara, Tom belum dapat datang untuk melihat keadaan Yuri dikarenakan shift pekerjaan yang padat.
"Bagaimana?" tanya Yuri kembali karena belum juga mendapat respon dari Lune.
"Hhhhmmmm," gumam Lune sembari memasang ekspresi seperti sedang memikirkan sesuatu yang penting.
"Wanita ini," gumam Yuri yang heran akan sikap kepura-puraan yang ditunjukkan Lune.
"Apa ada yang salah dengan tawaranku tersebut?" tanya Yuri.
"Tunggu sebentar, karena ini adalah tawaran darimu, maka---" ucap Lune yang terpotong dengan kehadiran Charlotte yang langsung berinisiatif untuk menerima ajakan Yuri untuk pergi ke tempat kerja paruh waktu keduanya tersebut.
"Kalau Lune tidak mau, aku mau," ucap Charlotte yang tiba-tiba mendekati mereka berdua karena ingin melihat kondisi Bram.
Yuri dan Lune pun terkejut mendengar apa yang dikatakan Charlotte, dimana kebetulan hari ini Charlotte tidak pergi ke Mart'n Friends sebab ingin beristirahat untuk beberapa saat dan menjauhkan diri dari pekerjaannya terlebih dahulu. Sementara, laporan yang akan dibawanya dalam rapat antar kepala cabang sudah berhasil diselesaikan, hanya tinggal menunggu perbaikan Mart'n Friends saja.
"Bagaimana Yuri, apa aku boleh ikut untuk menemani dirimu besok?" tanya Charlotte lagi dengan penuh harapan agar Yuri mengajaknya.
"Charlotte," ucap Yuri singkat sebab terkejut dengan kehadirannya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Lune yang merasa ada sedikit ancaman.
"Oh, maaf ... sebenarnya aku ingin melihat kondisinya Bram saat ini, tapi aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian berdua," ucap Charlotte.
"Kebiasaan mengupingmu ini tidak bagus untuk dilakukan oleh seorang wanita pekerja keras seperti dirimu," ucap Lune memberikan kritik.
"Maaaff, maafff, aku tidak bermaksud ...," ucap Charlotte merasa tidak nyaman dengan perkataan Lune, meskipun apa yang dilakukannya tersebut merupakan tindakan yang tidak disengaja sama sekali.
"Boleh-boleh saja, aku juga tidak merasa keberatan, apalagi Lune belum memberikan jawabannya apakah bisa untuk menemaniku pergi besok," ucap Yuri untuk mengalihkan pembicaraan dan maksud perkataan Lune yang berniat untuk menekan Charlotte.
"Huuuhhhh," ucap Lune terkejut mendengar perkataan Yuri.
"Apa betul aku boleh ikut denganmu, Yuri?" tanya Charlotte senang yang dibalas dengan anggukan kepala Yuri.
"Tunggu dulu ... apa maksud dengan perkataanmu Yuri, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak bisa. Tunggu sebentar Charlotte ...," ucap Lune yang tidak didengar oleh Yuri dan Charlotte.
"Baiklah kalau begitu," balas Yuri untuk memastikan.
"Baiklah, terima kasih atas ajakanmu, aku akan melihat kondisi Bram terlebih dahulu, lalu kita bicarakan apa saja rencana untuk besok," ucap Charlotte kemudian segera masuk ke ruangan Bram.
Charlotte pun meninggalkan mereka berdua dengan urusan yang tampaknya diselesaikan dengan mudah oleh Charlotte. Yuri pun hanya tersenyum kecil melihat reaksi Charlotte yang tidak merasa terbebani lagi dengan pekerjaannya, dan kelihatannya tidak terlalu memikirkan lagi kejadian yang telah terjadi tempo hari di tempat kerjanya tersebut. Sedangkan, Lune hanya bisa merasa kesal dengan tindakan Chalotte sembari menggigit ujung kuku jari jempol tangan sebelah kanannya.
"Tunggu dulu, apa aku tidak salah mendengar apa yang dikatakan oleh Charlotte tadi, bukannya aku hanya meminta untuk menemaniku saja, tetapi mengapa Charlotte membicarakan soal rencana. Aku akan mengusahakan untuk segera cepat pulang apabila urusanku telah selesai," gumam Yuri setelah mendengar ada yang aneh dari perkataan yang disampaikan oleh Charlotte.
"Wanita ini benar-benar membuatku kesal," gumam Lune yang tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sudahlah kalau begitu, mau dikatakan apa lagi," gumam Yuri sembari ingin pergi ke ruangannya lagi, namun tiba-tiba saja Lune menepuk bahunya.
"Baiklah, aku akan ikut besok," ucap Lune.
"Huuuhhhh," ucap Yuri semakin terkejut.
"Kau selesaikan saja urusanmu dengan Charlotte hari ini, aku ikut saja apapun rencana kalian besok," ucap Lune tanpa basa-basi lagi.
"Apa ini termasuk syarat yang kau ajukan kepada diriku sebelumnya, Lune?" tanya Yuri memastikan agar tidak terjadi tuntutan-tuntutan berikutnya oleh Lune.
"Tentu saja tidak, sebab perihal ini adalah tawaran yang kau ajukan, bukan tawaran yang aku inginkan darimu, sampai bertemu besok," ucap Lune lalu pergi meninggalkan Yuri.
"Lalu, bagaimana dengan persyaratan yang kau sebutkan tadi sewaktu berada di dalam ruangan Bram?" ucap Yuri bertanya dengan serius.
"Besok akan aku beritahukan kepadamu, kalau aku mau," ucap Lune yang berjalan semakin menjauh dari Yuri.
"Itu juga apabila aku mendapatkan ide yang menarik sembari menunggu tindakan apa yang akan dilakukan oleh Charlotte kepadamu," gumam Lune.
"Yang benar saja, Lune," ucap Yuri yang tentu saja tidak didengarkan lagi oleh Lune.
Yuri pun hanya bisa tertunduk lemas di depan ruangan Bram tersebut, tanpa menyadari kehadiran Charlotte yang telah selesai melihat kondisi Bram yang belum terlalu pulih keadaannya sampai saat ini. Akan tetapi, Charlotte tidak langsung menghampiri Yuri dan membiarkan Yuri terlebih dahulu.
"Yuri, akhirnya aku bisa memanfaatkan kesempatanku besok untuk mendekatimu lagi," gumam Charlotte yang kemudian menutup pintu ruangan Bram.
"Huuuhhhh, kenapa bisa jadi seperti ini" ucap Yuri pelan.
"Tidak baik terlalu sering menghela napas seperti itu," ucap Charlotte tiba-tiba mendekati Yuri dan mencoba menghiburnya.
���Ahh, Charlotte ... kau sudah selesai melihat kondisi Bram rupanya," ucap Yuri terkejut.
"Apa ada yang salah, Yuri?" tanya Charlotte.
"Tidak apa-apa kok, tidak ada yang salah sama sekali, baiklah, aku mau kembali ke ruanganku dulu," ucap Yuri.
"Baiklah, akan aku temani kau," ucap Charlotte.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, aku bisa sendiri," ucap Yuri terkejut dengan apa yang dikatakan Charlotte.
"Apa aku tidak boleh mengajakmu untuk mengobrol sebentar selain tentang masalah kerja," ucap Charlotte sembari memasang wajah memohon.
"Baiklah, baiklah ... kau tidak perlu bertindak seperti ini juga, Char," ucap Yuri.
"Akhirnya kau memanggilku seperti biasa," ucap Charlotte merasa senang.
Tidak banyak yang mereka bicarakan kembali sepanjang perjalanan mereka menuju ke ruangan Yuri, dan tidak berapa lama mereka berdua pun sudah berada di dalam. Lalu, Charlotte pun duduk di atas tempat tidur Yuri tanpa sepengetahuan Yuri yang sedang mengambil minum untuk Charlotte dari lemari pendinginnya.
"Maaf Char, aku hanya punya air mineral botol, tidak ada minuman yang berwarna," ucap Yuri mencoba menawarkan minum.
"Tidak apa-apa Yuri, terima kasih," ucap Charlotte.
"Mengapa kau duduk disana?" tanya Yuri terkejut saat membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Charlotte.
"Apa aku tidak boleh, Lune saja tidak kau permasalahkan tempo hari," ucap Charlotte yang segera berdiri dari tempat tidur Yuri.
"Huuuhhhh, Baiklah ... silahkan duduk dimana pun kau merasa nyaman," ucap Yuri menyerah dan tidak ingin berdebat lebih lama.
"Terima kasih, kalau begitu aku terima tawaranmu," ucap Charlotte kembali duduk di tempat tidur Yuri.
Yuri pun memberikan air mineral dalam kemasan botol tersebut kepada Charlotte dan duduk di tempat tidurnya sembari meluruskan kaki untuk menghilangkan rasa kram yang masih terasa di kakinya, sembari menjaga jaraknya dengan Charlotte.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" ucap Yuri mencoba membuka pembicaraan supaya tidak canggung dalam keadaan seperti ini.
"Gulp ... Gulp ... aaahhhh segar. Oh ... maaf Yuri, bukan aku bermaksud untuk tidak menjawab pertanyaanmu," ucap Charlotte setelah meminum air mineral yang diberikan oleh Yuri.
"Ahahahaha ... tidak masalah," ucap Yuri.
"Kalau soal laporan yang akan aku bawa saat pertemuan kepala cabang bulan depan karena saat ini sudah dipenghujung tahun, tentu aku harus membuatnya dengan teliti. Syukurlah aku bisa menyelesaikan secepatnya meski masih banyak waktu yang dapat aku pergunakan sebelum tanggal deadline," ucap Charlotte.
"Hhhhmmmm, tapi sisa masa kerja aktif pada bulan ini bagaimana laporannya?" tanya Yuri mengingat tempat kerjanya tersebut belum bisa beroperasi seperti biasa.
"Ohhh, kalau itu aku sudah membuat rinciannya dalam laporanku dengan beberapa data yang aku peroleh, termasuk lampiran foto dan kesaksianmu," ucap Charlotte yang kembali meminum air mineralnya.
"Syukurlah kalau begitu, mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar saat pertemuan tersebut," ucap Yuri mencoba memberikan semangat.
Namun, tiba-tiba suasana dalam ruangan tersebut menjadi berbeda disaat Charlotte menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat lagi dengan Yuri, sehingga Yuri sendiri merasa situasi seperti ini akan terasa sangat canggung. Terlebih hubungan mereka adalah atasan dan bawahan, selain mengingat kejadian yang telah berlalu.
"Apa kau tidak mempertimbangkan untuk menerima pernyataanku kembali, Yuri?!" ucap Charlotte pelan sembari menundukkan wajahnya.
"Char ...," ucap Yuri singkat karena tidak tahu harus berkata apa dalam menghadapi situasi seperti ini.
"Setelah beberapa hari aku tinggal di tempat penampungan ini dan melihat kedekatan antara kau dan Lune, tentunya diluar hubungan kalian sebagai saudara, hatiku merasa sakit dan tidak tahu harus berbuat apa," ucap Charlotte menceritakan sedikit apa yang ia rasakan melihat keakraban antara Yuri dan Lune.
"Aku dan Lune merasa tidak ada hubungan yang istimewa dari dulu, dan sikapnya terhadapku terbilang biasa-biasa saja, itu saja menurutku," ucap Yuri yang mencoba menjelaskan.
"Apa betul hanya seperti itu," ucap Charlotte yang kemudian bersandar ditubuh Yuri.
"Heeehhhhhh," gumam Yuri terkejut.
"Be-benar ... ti-tidak ada yang istimewa sama sekali di antara kami berdua, sungguh," Ucap Yuri terbata-bata karena terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Charlotte yang menyandarkan tubuhnya.
"Tapi, mengapa hatiku merasa sakit sekali melihat kalian berdua ... ini sungguh tidak adil bagiku," ucap Charlotte pelan seperti berbisik.
"Apa yang barusan kau katakan Char, aku tidak mendengarnya," ucap Yuri penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Charlotte.
"Kau ini jahat sekali kepadaku, Yuri," ucap Charlotte protes.
"Hehh, heehhhh ... apa yang kau maksud dengan perkataanmu tadi Char, aku tidak mengerti sama sekali, sungguh," ucap Yuri.
"Baiklah kalau begitu, aku akan berusaha sekali lagi," gumam Charlotte sembari meletakkan botol air mineralnya dilantai.
Tiba-tiba saja Charlotte mendorong Yuri sehingga terbaring ditempat tidurnya, lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Yuri dan memberikan kecupan hangat begitu lama, sehingga membuat Yuri terkejut dan tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya, botol air mineral yang digenggam Yuri pun terjatuh.
"Char," ucap Yuri setelah Charlotte melepaskan bibirnya dan berbaring di atas tubuh Yuri.
"Itu adalah ciuman pertamaku, dan aku sangat senang bahwa kau adalah orang yang pertama kali menerimanya," ucap Charlotte masih berbaring di atas tubuh Yuri dan memberikan kecupan hangat kembali.
"Ini adalah ciuman pertama juga bagi diriku, Char," ucap Yuri setelah Charlotte melepaskan serangannya yang tiba-tiba untuk kedua kalinya.
"Kalau begitu kita sama-sama tidak ada yang dirugikan, bukan?" tanya Charlotte.
"Aduuuhhhh, bagaimana ini ... apa aku harus menerimanya, tapi ...," gumam Yuri semakin bingung dengan keadaannya saat ini.
"Akhirnya, akhirnya ... aku dapat memberanikan diriku dan aku berhasil melakukannya," gumam Charlotte sembari memejamkan matanya menutup rasa malu atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Mereka berdua pun sama-sama tidak dapat melakukan apapun dan bergerak dari tempat tidur Yuri tersebut. Yuri masih memikirkan bagaimana reaksi yang harus ditunjukkan kepada Charlotte mulai hari ini, sementara Charlotte masih merasa senang bercampur malu atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
"Yuri, apa kau mau memelukku untuk beberapa saat," ucap Charlotte memohon.
"Heeehhhhh," gumam Yuri semakin terkejut akan permintaan Charlotte.
"Aku mohon," pinta Charlotte dengan sungguh-sungguh.
"Ta-tapi, Char ...," ucap Yuri terbata-bata dan tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi.
"Apa tidak boleh, aku mohon untuk saat ini saja," ucap Charlotte memohon kembali.
"Baiklah," ucap Yuri yang mau tidak mau mengikuti permintaan Charlotte.
"Hehehehhe, aku merasa senang sekali hari ini ... terima kasih, Yuri," ucap Charlotte yang kemudian memberikan kecupan hangat kembali di bibir Yuri untuk yang ketiga kalinya.