Saturday, 09 December 2253, 13:07:33
******
"Aku tadi menyebutkan kita bersaing secara adil bukan ... poin pentingnya adalah kalimat kita, itu bukan berarti hanya kita berdua," ucap Lune dengan serius.
Charlotte hanya bisa terdiam mendengar pernyataan Lune, namun dikarenakan ia sudah menjelaskan kepada Lune mengenai perasaannya terhadap Yuri, mundur tidak akan pernah ada dalam kamusnya sebelum benar-benar menyerah.
"Baiklah, aku tidak mempermasalahkan hal itu, kita lihat saja siapa yang benar-benar akan menang," ucap Charlotte sembari tersenyum seperti pemenang.
******
Tidak berapa lama Yuri akhirnya selesai menemui pemilik cafe tempat kerja paruh waktu keduanya dengan keyakinan bahwa Yuri mulai minggu depan sudah dapat kembali bekerja seperti biasa.
"Apa kalian sudah selesai?" tanya Yuri yang menghampiri Lune dan Charlotte.
Lune dan Charlotte terkejut mendengar pertanyaan dari Yuri yang muncul dengan tiba-tiba tersebut, meskipun pada dasarnya karena perbincangan mereka yang serius membuat mereka berdua tidak melihat Yuri yang berjalan ke arah mereka.
"Apa kau sudah selesai dengan bosmu?" Lune balik bertanya, sementara Charlotte masih berusaha untuk menghilangkan rasa terkejutnya.
"Ya, aku sudah selesai, mulai minggu depan aku berjanji dengan bos bahwa aku sudah bisa mulai bekerja seperti biasa," ucap Yuri.
"Apa masih ada keperluan lain yang mau kau selesaikan disini? Jadi, aku masih bisa menguras isi kantongmu untuk memesan menu lain yang belum aku coba di cafe ini," ucap Lune.
"Kau ini, aku baru saja menghabiskan beberapa biaya untuk pengobatan. Tolong kasihanilah aku untuk sementara waktu ini," ucap Yuri sembari memohon kepada Lune.
"Hitung-hitung biaya operasional mengurus dirimu selama terbaring di ruanganmu, tidak ada yang namanya gratis didunia ini," ucap Lune serius meski dengan maksud bercanda.
"Apa pernah kau merawatku, kalau menggangguku memang benar," gumam Yuri tidak percaya dengan perkataan Lune.
"Lain kali saja, aku mohon kepadamu, Lune," ucap Yuri mencoba untuk mengalah saja.
Charlotte pun sudah mulai kembali seperti biasa dan melihat kembali bagaimana keakraban mereka berdua. Apa yang Charlotte pikirkan selama ini ternyata benar adanya, bahwa tidak mungkin Lune tidak memiliki hubungan yang spesial sedikitpun dengan Yuri.
"Lebih baik kita pulang saja Lune, pasti Yuri juga sudah terlalu lelah dengan kondisinya yang sekarang," ucap Charlotte.
"Oh ... terima kasih Char, kau sangat pengertian dengan diriku. Tidak seperti wanita satu ini," gumam Yuri sembari mengalihkan pandangannya ke arah Lune.
"Hhmmm," gumam Lune.
"Ayo!!" ucap Charlotte berinisiatif sembari berdiri dari duduknya.
"Baiklah, kalau begitu ... mari kita pulang," ucap Lune.
"Oh iya, ngomong-ngomong, siapa yang akan membayar makanan dan minuman kita?" tanya Lune sembari melirik ke arah Yuri.
"Baik, baik. Biar aku yang mengatasi pembayaran untuk kali ini," ucap Yuri menyerah tanpa melakukan perdebatan panjang dengan Lune.
"Terima kasih, Yuri. Lain kali biar aku yang mentraktirmu," ucap Charlotte mencoba menghibur.
"Kau memang benar-benar sangat pengertian sekali dengan diriku, Char," gumam Yuri merasa senang sembari mengeluarkan dompetnya.
Mereka bertiga segera pergi ke kasir untuk melakukan pembayaran atas pesanan mereka, dan tiba-tiba Alicia muncul hendak mengucapkan selamat atas kondisi Yuri yang telah mulai membaik.
"Oh, hai Alicia. Dimana, Tom?" ucap Yuri sembari bertanya mengenai rekan kerjanya tersebut saat bertemu dengan Alicia yang baru kembali dari mengantarkan pesanan dari salah satu pelanggan cafe.
"Kau lihat saja, dia masih sibuk melayani para pelanggan yang mulai berdatangan," ucap Alicia sembari mendekati Yuri.
"Apa Tom akan baik-baik saja?" tanya Yuri sedikit merasa kasihan akan Tom.
"Hahahaha ... jangan kau pikirkan soal itu, dia sudah terbiasa bekerja dengan jam kerja padat. Kalau tidak, dia malah asyik istirahat sembari melihat perempuan-perempuan cantik yang masih lajang di aplikasi yang baru di instalnya," ucap Alicia meletakkan piringan untuk membawa menu pesanan pelanggan di dekat kasir.
"Tolong sampaikan saja permintaan maaf dariku, karena aku belum bisa meringankan pekerjaannya," ucap Yuri sembari menyerahkan beberapa lembar uang kepada kasir untuk membayar pesanan Lune dan Charlotte.
"Oh, ya. Perkenalkan, ini adalah Katharina Charlotte kepala cabang Mart'n Friends, dan ini adalah saudariku Clair de Lune," ucap Yuri memperkenalkan mereka berdua kepada Alicia.
"Hai, panggil saja aku Charlotte, Char juga tidak masalah," ucap Charlotte.
"Aku Lune," ucap Lune singkat sembari melambaikan tangannya.
"Namaku Alicia, hanya Alicia. Jadi, kalian cukup memanggilku Alicia saja, mudah sekali untuk mengingatnya bukan," ucap Alicia sembari tersenyum kepada mereka berdua.
"Oh iya, bagaimana dengan kondisimu, apa kau yakin sudah bisa masuk kerja minggu depan?" tanya Alicia memastikan perkataan Yuri kepada bosnya.
"Tidak apa-apa, aku sudah bisa masuk kerja mulai minggu depan," ucap Yuri dengan percaya diri.
"Syukurlah kau sudah mulai kembali pulih," ucap Alicia sembari menepuk bahu Yuri.
"Terima kasih banyak atas perhatiannya," ucap Yuri.
Lune dan Charlotte hanya bisa berdiri melihat interaksi Yuri dan Alicia, dan mereka tidak ingin mengganggunya dulu dengan rekan kerjanya tersebut. Namun, tiba-tiba saja tangan Alicia menghampiri wajah Yuri, lalu dengan spontan Alicia memberikan sebuah kecupan di pipi Yuri sebagai tanda ucapan selamatnya.
"Ehhhh," ucap Charlotte singkat karena terkejut.
"Hhhmmmm," gumam Lune yang tidak terlalu bereaksi dengan hal tersebut, meski ekspresi wajahnya berkata tidak demikian.
"Apa-apaan kau ini, Alicia!!" ucap Yuri tersipu malu sembari memegang pipi yang tiba-tiba dikecup oleh Alicia, lalu memandang ke arah Lune dan Charlotte.
Alicia hanya bisa tersenyum kecil untuk sesaat, sebelum akhirnya melirik ke arah Lune dan Charlotte yang merasa terganggu dan tidak nyaman akan tindakan yang telah dilakukan oleh Alicia terhadap Yuri.
"Hahahaha ... kau tidak perlu malu seperti itu. Kecupan seperti itu adalah hal yang biasa dan tidak punya maksud apapun, hahahahaha," ucap Alicia lalu tertawa sembari menepuk bahu Yuri berkali-kali.
"Yuri ...," gumam Charlotte yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Mengapa aku tidak terlalu emosional meski sedikit merasa kesal, ini berbeda sewaktu dengan Charlotte. Namun, hatiku terasa sedikit sakit melihat hal tersebut terjadi di depan mataku," gumam Lune.
"Kau ini," ucap Yuri masih merasa tidak nyaman.
Sembari menyilangkan tangannya di depan dada, Alicia masih tersenyum kecil dan memperhatikan bagaimana reaksi ke dua wanita yang dibawa Yuri ke cafe tersebut dengan maksud hanya ingin bercanda.
"Kalian berdua tenang saja, aku tidak akan merebut Yuri dari kalian," ucap Alicia dengan masih mengarahkan pandangannya ke arah Lune dan Charlotte yang menampilkan ekspresi wajah mereka yang kesal atas tindakan tersebut.
"Apa maksud dari perkataanmu tadi, Alicia?" tanya Yuri yang berusaha agar tidak terjadi salah paham di antara mereka bertiga untuk kedepannya.
"Kau ini, masih saja mempertahankan egomu itu. Coba perhatikan sekelilingmu untuk sesaat saja sesekali," ucap Alicia sembari menepuk pelan kepala Yuri seperti seorang kakak yang sedang memberi hukuman ringan kepada adik kecilnya.
"Atau, kau akan terjatuh lebih dalam ke jurang penyesalan yang tiada ada batasnya ...," gumam Alicia singkat dengan ekspresi sedih namun terasa oleh Lune dan Charlotte.
Usia Alicia terpaut satu tahun di atas Yuri, meskipun demikian Yuri tidak pernah sekalipun menganggap Alicia sebagai sosok seorang kakak yang memiliki sikap yang baik. Dikarenakan, seringkali Yuri diberikan pekerjaan tambahan seperti membantu membersihkan cafe, merapikan peralatan makan dan minum, atau membuang sampah ditempat sampah meski sudah saatnya untuk pulang kerja.
"Sakit tahu," ucap Yuri heran.
"Kau ini, aku ini lebih tua dari dirimu satu tahun. Apa begini sikapmu kepada seorang yang lebih tua darimu," ucap Alicia sedikit emosi sembari mencubit pipi sebelah kiri Yuri yang merasa kesakitan.
"Aduh, aduh ... maaf, maaf," ucap Yuri kesakitan.
Tidak berapa lama Alicia pun menghentikan tindakannya tersebut dan mengambil piringan untuk mengantar menu pesanan pelanggan sebab sudah ada beberapa menu pesanan pelanggan yang sudah siap untuk diantarkan.
"Baiklah, hati-hati dijalan, bye," ucap Alicia berlalu sembari melambaikan tangannya.
Yuri masih terkejut dan paham maksud dari perkataan Alicia mengenai kecupan dipipinya dan saran yang diberikan Alicia tersebut. Namun, sebagai lelaki normal Yuri masih merasa tersipu malu mendapatkan kejutan tersebut meski yang dipegang oleh Yuri adalah pipi yang telah dicubit oleh Alicia.
"Sakit sekali," gumam Yuri sembari menggosok-gosok pipinya tersebut.
"Apa kau baik-baik saja, Yuri?" tanya Charlotte.
"Masih sedikit sakit, tapi tidak apa-apa kok, tenang saja," ucap Yuri mencoba menahan sakitnya.
"Kalau sudah selesai sandiwaranya, lebih baik kita pulang sekarang," ucap Lune.
"Siapa yang sandiwara, pukulan dan cubitannya benar-benar sakit," gumam Yuri memberikan sanggahan akan perkataan Lune.
"Ayo kita pulang," ucap Charlotte lalu merangkul lengan Yuri untuk segera keluar dari cafe tersebut.
Dengan pikiran masing-masing yang masih terbayang akan percakapan antara Lune dan Charlotte maupun tindakan dan perkataan Alicia beberapa saat lalu, mereka bertiga akhirnya pergi meninggalkan cafe tempat kerja paruh waktu kedua Yuri dengan diiringi dengan suara bel kecil saat pintu cafe terbuka.
"Apakah sainganku akan bertambah lagi untuk mendapatkan hati Yuri?" gumam Charlotte bertanya kepada dirinya sendiri.
******
Dalam perjalanan pulang, Lune yang sedari tadi selalu berjalan dibelakang Yuri dan Charlotte tiba-tiba mendekati Yuri lalu menggandeng lengan Yuri yang satunya lagi. Spontan saja, Yuri dan Charlotte terkejut dengan tindakan yang tidak biasa tersebut.
"Ehh ... Lune, apa-apaan kau ini?" tanya Yuri karena terkejut tindakan yang dilakukan oleh Lune.
"Lune," ucap Charlotte singkat.
"Apa aku tidak boleh? Dari tadi aku hanya dianggap sebagai bayangan bagi kalian berdua, selalu berjalan dibelakang kalian berdua," ucap Lune.
"Itu hanya perasaanmu saja, kau sendiri bukan yang tidak mau berjalan berdampingan dengan kami," ucap Yuri mencoba membela diri dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya menurut versinya sendiri.
"Hhmmm, lalu apakah sekarang aku tidak boleh," gumam Lune tanpa memperdulikan pendapat Yuri.
"Apa kau mendengarkan perkataanku Lune?" tanya Yuri.
"Kita ini bersaudara, apa tidak boleh aku menggandeng saudaraku sendiri," ucap Lune dengan mengalihkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh Yuri.
Charlotte yang berusaha memahami keadaan tersebut dari sudut pandang hubungan mereka sebagai saudara ingin mengalah saja dari perdebatan mereka tersebut, namun di lain sisi, pikiran dan hatinya tidak mampu menemui kata sepakat mengenai hal tersebut.
"Kita duduk sebentar di taman bermain, jaraknya juga tidak terlalu jauh lagi dari sini. Aku ingin mencari udara segar sebentar," ucap Yuri yang lalu melepaskan rangkulan dari Lune maupun Charlotte dan melangkah sendiri.
Lune dan Charlotte pun hanya bisa saling bertatapan satu sama lain dengan perasaan yang bercampur, sehingga mereka hanya bisa mengikuti langkah Yuri dari belakang tanpa mengeluarkan perkataan apapun.
******
Saturday, 09 December 2253, 16:32:48
******
Sinar matahari semakin larut dengan nuansa hari yang semakin menjelang senja. Namun, dikarenakan hari ini adalah weekend, taman bermain tersebut masih banyak dikunjungi oleh beberapa orang yang membawa keluarga mereka, kekasih mereka, teman bermain maupun rekan kerja yang ingin menghabiskan waktu.
"Masih ramai sekali tempat ini," gumam Yuri sembari mencari bangku taman yang kosong untuk ditempati.
"Bagaimana ini, Lune?" tanya Charlotte merasa bersalah.
"Apanya yang bagaimana," ucap Lune bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Charlotte.
"Apa Yuri marah dengan kita berdua? Lalu, apa yang harus kita perbuat?" tanya Charlotte ragu.
"Kau ini, jangan selalu menggunakan kita. Apa kita ini sudah akrab, kalau menurutku kita belum terlalu akrab. Hanya baru beberapa hari kenal lebih dekat saja," ucap Lune sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Eh ... iya, maaf," ucap Charlotte malu sembari menundukkan kepalanya.
"Huuuhhhh ... kau ini," ucap Lune singkat.
"Jadi, bagaimana ini?" tanya Charlotte kepada dirinya sendiri, meski bermaksud untuk didengarkan juga oleh Lune.
"Bersikap biasa saja. Tidak perlu kau khawatir berlebihan seperti itu," ucap Lune kemudian melangkahkan kakinya untuk mendekati Yuri.
"Lune, tunggu," ucap Charlotte menyusul kepergian Lune.
Yuri hanya bisa melihat percakapan dan interaksi Lune dan Charlotte dari kejauhan sembari mendekati tempat duduknya, yang lambat laun akhirnya Lune dan Charlotte sudah berada didekat Yuri meski masih saling memberi tatapan yang tidak diketahui oleh Yuri maksudnya satu sama lain.
"Mereka berdua ini, apa tidak bisa bersikap seperti biasa saja. Biarkan hari ini aku memiliki ketenangan sebentar saja," gumam Yuri yang telah duduk di salah satu bangku kosong taman bermain sembari mengeluarkan bungkus rokoknya.
"Aku pergi ke toilet umum dulu ya," ucap Lune lalu melangkah pergi meninggalkan Yuri dan Charlotte.
"Baiklah, jangan sampai tersesat," ucap Yuri sembari bercanda untuk mencairkan suasana.
"Dia itu sudah besar Yuri, meskipun bercanda, itu tidak baik," ucap Charlotte yang duduk disebelah kiri Yuri.
"Fiiiuuuhhhh ... dari tadi aku ingin sekali menyalakan rokok satu batang saja," ucap Yuri sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Apa kau sengaja mempermainkanku, Yuri?" tanya Charlotte ketus karena perkataannya tidak diperdulikan oleh Yuri.
"Maaf, maaf," ucap Yuri yang kembali menghisap rokoknya.
"Lalu, bagaimana dengan tanggapanmu?" tanya Charlotte tiba-tiba mengenai kejadian diruangan Yuri tempo hari.
"Astaga, hampir lupa. Apa yang harus aku katakan agar tidak menyakiti perasaannya," gumam Yuri.
"Bagaimana, Yuri?" tanya Charlotte yang mulai mendesak Yuri untuk menjawabnya.
"Fiiiuhhhh ... " kepulan asap rokok kembali dihembuskan oleh Yuri sembari memikirkan jalan keluar yang terbaik bagi mereka berdua.
"Yuri!!" ucap Charlotte ketus.
"Apa kau benar-benar serius dengan tindakan yang pernah kau lakukan terhadapku tersebut?" tanya Yuri memulai pembicaraan meskipun sudah tahu bahwa Charlotte tidak mungkin akan bermain-main dengan dirinya tempo hari.
"A-apa ... apa maksud dari perkataanmu tadi, Yuri?" tanya Charlotte terbata-bata karena tidak menyangka akan mendengar pertanyaan dari Yuri.
"Maaf ... maaf, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, aku hanya bercanda," ucap Yuri yang kembali menghisap rokoknya.
"Fiiiuuuhhhhh ... " kepulan asap rokok kembali dihembuskan oleh Yuri dan menghilang diterpa angin sore hari ini.
"Dari pertama ... aku tidak pernah menyangka akan muncul perasaan ini terhadap dirimu. Pada awalnya aku mencoba untuk lebih memikirkan kembali perasaan tersebut, tapi ... tapi," ucap Charlotte.
"Tapi, kau tidak bisa membohongi perasaan dirimu sendiri, benar begitu," ucap Yuri yang berhasil menebak apa yang ingin dikatakan oleh Charlotte.
"Ehh," ucap Charlotte terkejut.
"Aku juga merasakan hal yang sama ketika pertama kali kau menyatakan perasaanmu kepadaku. Aku juga tidak membohongi perasaanku juga, tapi ... saat itu, aku benar-benar bingung untuk dapat menjelaskannya kepadamu," ucap Yuri jujur.
"Lalu, apa ada hal lain sehingga kau menolak perasaanku terhadap dirimu," ucap Charlotte dengan ekspresi yang bercampur satu sama lain dalam hatinya.
"Bagaimana untuk menjelaskannya?" gumam Yuri sembari mematikan rokoknya.
"Yuri," ucap Charlotte yang akhirnya menyerah dan mencoba bersabar untuk mendengarkan penjelasan Yuri sembari menyandarkan kepalanya dibahu Yuri.
"Kalau kau lelah, sebaiknya kita pulang saja," ucap Yuri.
"Biarkan aku seperti ini dulu untuk sementara waktu sambil menunggu jawaban darimu, sebab aku ingin kepastiannya hari ini supaya aku tidak bersikap canggung dan serba salah untuk kedepannya apabila berhadapan dengan dirimu," ucap Charlotte yang kemudian memejamkan matanya sembari menikmati hembusan angin sore yang berhembus sejuk.
Sebagian warga sudah ada yang pergi meninggalkan taman bermain tersebut, sementara masih ada yang menikmati keindahan sore hari. Sedangkan, Lune juga belum datang dari kepergiannya ke toilet umum.
"Apa kau tidak suka dengan diriku yang seperti ini, Yuri?" tanya Charlotte.
"Aku suka dengan dirimu apa adanya, kau juga tidak perlu merubah atau menjadi orang lain denganku," balas Yuri menanggapi pertanyaan Charlotte.
"Lalu, mengapa kau tetap tidak ingin membalas perasaanku kepadamu?" tanya Charlotte yang masih bersandar di bahu Yuri.
"Jawaban apa yang seharusnya dapat aku berikan kepadamu, Char? Aku juga tidak ingin kau sampai salah paham dan pergi menjauhi diriku, karena aku sudah terlanjur menganggap dirimu bagian yang terpenting dalam kehidupanku juga saat ini," ucap Yuri mencoba menjelaskan.
"Hiks ... hiks," tanpa terasa tiba-tiba Charlotte mengeluarkan air matanya, seakan-akan ia tahu apa yang dimaksud dengan perkataan Yuri tersebut, dan berusaha tetap kuat menerima kemungkinan yang terburuk sekalipun.
"Kau tidak perlu sampai seperti ini, Char," ucap Yuri sembari memegang kedua bahu Charlotte sehingga terlepas dari sandarannya.
"Apa kau ... hiks, benar-benar ... hiks-hiks, membenci orang sepertiku ini Yuri, hiks-hiks," ucap Charlotte diiringi dengan tangisnya.
"Kau ini," ucap Yuri sembari menyeka air mata Charlotte dan tidak lama kemudian memeluk tubuh Charlotte untuk menenangkan dirinya.
Lampu penerangan taman bermain menyala untuk menerangi taman bermain, meskipun sinar matahari masih mampu untuk menerangi hari yang semakin larut tersebut. Lambat laun, beberapa warga mulai bersiap untuk meninggalkan taman bermain tersebut dan menyelesaikan hari mereka di tempat tersebut.
"Sebenarnya ... aku ...," ucap Yuri.
******
Tanpa mereka sadari, Lune mendengar perkataan Yuri kepada Charlotte dari belakang tempat duduk mereka dari balik sebuah pohon. Tidak terasa, air mata Lune pun mengalir dikedua pipinya dengan perlahan sembari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Yuri," gumam Lune singkat.