Chereads / Internal Zone / Chapter 27 - Zeal

Chapter 27 - Zeal

"Drrtt ... drrrrrtttt," AD Victoria bergetar.

"Siapa ini?" tanya Victoria karena tidak mengenal IP yang menghubunginya.

"Aku akan membantumu, tapi kau harus bergerak cepat. Aku akan menghitungnya dari sekarang. 3 ...," ucap sumber suara tersebut tiba-tiba mulai menghitung dan tidak memberikan penjelasan tambahan lain untuk dapat dimengerti oleh Victoria.

"Tu-tunggu dulu ... siapa kau?" tanya Victoria terbata-bata.

Tiba-tiba anggota mafia yang berada di dekat kendaraan FFS sembari menunggu temannya keluar gerbong dari mengambil paket yang dimaksud tewas satu per satu. Meskipun masih dalam perasaan yang bingung dan bersalah tidak berhasil menyelamatkan para supir FFS tersebut, selain terkait siapa yang menghubunginya, akan tetapi Victora tidak membuang-buang kesempatan yang ada di depan matanya.

"Cepat bergerak!!" instruksi Victoria sembari bangkit dari duduknya.

"Ada apa, Letnan?" tanya salah satu anggotanya.

"Jangan banyak tanya, sekarang kesempatan kita. Ayo maju!!" ucap Victoria sembari berlari keluar dari tempat persembunyiannya dan menembakkan beberapa peluru ke arah anggota mafia yang sedang dalam keadaan bingung.

"Dreewwwttt!!! Dreewwwttt!!! Dreewwwttt!!" desingan peluru DSA FAL 308 Victoria melesat seiring dengan arah langkah kakinya untuk bergerak ke arah musuh.

******

******

"Berlindung!!" ucap salah satu anggota mafia yang terkejut melihat serangan tiba-tiba dari Victoria.

Hujan peluru kembali terjadi antara anggota mafia yang dipimpin oleh Jacob yang merupakan anggota inti dengan peringkat dua kepercayaan dari Daniel, Victoria dan timnya yang didukung oleh Hana untuk mendapatkan prototype yang berada dalam kendaraan FFS yang belum meledak.

"Kalian ini bagaimana? Mereka itu jumlahnya sangat sedikit. Maju dan serang mereka sekarang!!" ucap Jacob kepada seluruh anggota yang ikut serta dengannya.

Seluruh dari anggota mafia yang ikut bersama dengan Jacob tersebut akhirnya bergerak maju karena mendapatkan instruksi tersebut. Dengan jumlah yang lebih banyak, tentu hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang tidak akan dilewatkan begitu saja selain kendaraan FFS yang akan dituju sudah berada di depan mata.

"Argghhhh!!" teriak para anggota mafia yang ikut serta dengan Jacob tersebut jatuh satu per satu.

"Apa yang terjadi?" ucap Jacob merasa heran sembari berlindung.

"ARGGHHH!!" teriak para anggota mafia yang lainnya.

"Darimana serangan ini berasal?" gumam Jacob sembari memeriksa keadaan.

Keadaan telah berbalik 180 derajat saat ini di kubu Jacob yang tidak mengira bahwa sebagian anggota yang dibawa olehnya hanya akan menemui kematian. Hal ini dikarenakan, hasil dari tembakan jarak jauh yang diluncurkan oleh Hana dari tempat persembunyiannya untuk memback-up Victoria berhasil mengurangi jumlah tekanan yang akan dihadapi oleh Victoria. Pada akhirnya jumlah sebagian anggota mafia yang dibawa oleh Jacob tersebut semakin berkurang jumlahnya satu per satu.

"Ini sungguh tidak menguntungkan, tapi aku tidak mungkin mundur," gumam Jacob sembari mengingat apabila ia kembali dengan tangan kosong, kemungkinan Daniel sendiri yang akan membunuhnya.

Senjata Tommy Gun 45 ACP, FN30 (M1919) dan Remington 700 masih terus menghantam penghalang yang digunakan oleh Victoria dan tim yang hanya tersisa beberapa orang saja untuk mendekati kendaraan FFS. Meskipun mendapatkan bantuan dari Hana, bukan berarti Victoria dan anggota tim yang tersisa akan dengan mudah memukul mundur kawanan mafia tersebut.

"Luncurkan RPG!!" perintah Jacob.

"Tapi, itu akan sangat berbahaya sekali, Bos. Bukan hanya membahayakan anggota kita saja, kalau sampai meleset sedikit saja, kendaraan tersebut akan ikut meledak," ucap salah satu anggotanya.

"Dimana para penembak jitu kita?" tanya Jacob yang akhirnya menghentikan perintahnya tersebut.

"Mereka telah tewas semua Bos, dan kita belum tahu darimana asal tembakan tersebut," ucap salah satu anggotanya tersebut.

"Cih," ucap Jacob kesal sebab sudah tidak dapat memikirkan hal yang dapat memberikan keuntungan bagi pihaknya.

"Bagaimana, Bos?" tanya salah satu anggota yang bertanya sebelumnya.

"Hal seperti itu saja masih bertanya kepadaku, instruksikan yang lain untuk menggantikan para penembak jitu yang sudah tewas tersebut," ucap Jacob tiba-tiba.

"Sebenarnya kami sudah mencoba hal tersebut Bos. Namun, jangankan ada yang mau mengganti posisi rekan kita yang telah tewas, mau mendekati senjatanya saja kita sudah kehilangan beberapa lagi orang, Bos," ucap anggota tersebut yang lebih membuat tangan kanan Daniel tersebut terkejut.

"Bagaimana ini?" gumam tangan kanan Daniel.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Bos?" tanya anggotanya tersebut.

Jacob akhirnya memutuskan untuk tergantung pada takdir yang akan dihadapinya. Hal ini dikarenakan, Daniel telah memberikan perintah untuk mengambil prototype tersebut dan tidak ingin menerima berita lain dengan berbagai alasan. Oleh karena itu, Jacob akhirnya menjelaskan strategi terakhir yang akan mereka laksanakan meskipun kemungkinan berhasilnya sangat kecil.

"Kau mengerti?" tanya Jacob ingin memastikan.

"Baik, Bos!! Akan aku sampaikan kepada anggota yang lain," ucap anggota tersebut yang kemudian melangkah pergi.

Tidak butuh waktu lama, beberapa anggota dari sebagian anggota yang dibawa telah berhasil dikoordinir oleh anggota yang menerima arahan dari Jacob sebelumnya untuk membantu dirinya sesegera mungkin untuk dapat mengambil paket yang masih berada dalam kendaraan FFS tersebut. Meskipun, ini sama saja dengan misi bunuh diri tanpa ada persiapan dan taktik yang matang.

"Baik, kita pergi sekarang. Kalian bergerak sesuai dengan apa yang telah diinstruksikan sebelumnya," ucap Jacob sembari bangkit dan melangkah pergi ke arah kendaraan FFS.

"Baik, Bos!!" ucap seluruh anggota yang ada ditempat tersebut secara bersamaan.

"Untuk kali ini, aku tidak boleh gagal dan membuat Ketua Daniel kecewa," gumam Jacob.

******

******

"Bagaimana, Letnan?" tanya anggota yang berjaga di pintu masuk Box gandeng kendaraan FFS.

"Tunggu sebentar, aku akan memastikan paketnya terlebih dahulu," ucap Victoria yang merasa tidak yakin sebab paketnya sudah terbuka.

"Apa benar hanya ini?" gumam Victoria.

Victoria telah berada di dekat dengan kendaraan FFS dan berhasil menyelamatkan paket khusus tersebut dengan bantuan Hana dan tiga orang anggotanya yang tersisa. Saat ini Victoria berhasil bertahan, namun tidak tahu untuk berapa lama lagi sehingga mampu kembali berkumpul dengan pasukan utama yang dipimpin Kapten Philip.

"Apa kau masih memiliki amunisi?" tanya Victoria kepada tiga anggota timnya tersebut.

"Hanya tersisa satu magazen saja, Letnan!!" ucap salah satu anggota.

"Kalau kalian berdua?" tanya Victoria.

"Hanya tersisa dua magazen Glock 22 40 S&W saja, Letnan," ucap salah satu anggota mewakili rekan yang satunya lagi.

"Haahhh ... apa kami bisa kembali kalau seperti ini," gumam Victoria yang kemudian dikejutkan dengan serangan balasan yang tiba-tiba datang dari para anggota mafia.

"LETNAN!!" teriak salah satu anggotanya sembari menembakkan satu magazen amunisi yang tersisa dari senjata H&K MP5-N miliknya.

"Kita semua mundur ke tempat semula, dan hemat amunisi kalian. Tembak apabila diperlukan, jangan membuang-buang amunisi kalian lagi," ucap Victoria memberikan perintah.

Victoria akhirnya memilih mundur meskipun ia tahu akan menjadi sasaran tembak yang empuk bagi para mafia yang sedang menyerang mereka. Alhasil, satu orang anggotanya kemudian tertembak dan tewas ditempat saat mencoba mundur ke tempat semula sembari mencari tempat perlindungan.

"Bagaimana dengan kalian berdua?" tanya Victoria.

"Ma-maaf ... L-Le-Letnan, ppfffuaaaahhhh," ucap salah satu anggotanya dengan terbata-bata sembari memuntahkan darah dari mulutnya.

"Apa kau masih bisa bertahan?" tanya Victoria meskipun memahami bahwa kemungkinan selamat dengan luka seperti itu sangat kecil apabila tidak segera mendapatkan pertolongan, tanpa harus menghilangkan kemungkinan bahwa anggotanya akan tetap selamat.

"Si-siap, Let-Letnan ... eerggghhhh," ucap anggota yang terluka tersedak.

"Drrtt ... drrrrrtttt," AD Victoria bergetar.

"Terima kasih atas bantuanmu meski aku tidak tahu siapa dirimu," ucap Victoria.

"Apa paketnya sudah ada padamu?" tanya sumber suara tersebut.

"Ya. Aku sudah mendapatkannya ... terima kasih," ucap Victoria.

"Kau jangan berterima kasih dulu kepadaku secepat itu," ucap sumber suara tersebut.

"Apa maksudmu?" tanya Victoria penasaran.

"Maaf, amunisi senjata runduk jarak jauhku sudah habis. Aku tidak dapat membantumu lebih jauh, dan aku juga akan segera pergi dari tempat ini. Lebih baik kau pergi dari sana, mereka sudah berada di kendaraan FFS dan sisanya sedang menuju ke tempatmu," ucap sumber suara lalu memutuskan saluran komunikasi.

"Huh ... benarkah itu?" tanya Victoria terkejut meski tidak ada respon kembali dari sumber suara yang menghubunginya.

Para anggota tim Victoria yang tersisa hanya melihat ekspresi Letnan mereka yang berubah setelah ada panggilan tersebut, meski mereka tidak tahu apa yang sedang dibicarakan dan maksud dari pembicaraan tersebut.

"Ada apa, Letnan?" tanya anggota yang tidak terluka sembari menekan luka tembak rekannya.

"BERLINDUNG!!" teriak Victoria.

"BOOOOOMMMMMM!!!" bunyi beberapa ledakan dari lemparan granat dan RPG milik mafia.

"Uuhhhhuuuuukkk ... Uuhhhhuuuuukkk," batuk Victoria yang terkena debu hantaman RPG milik para mafia yang masih mengejar keberadaan mereka.

Tempat perlindungan sementara Victoria terlihat tidak mampu untuk melindungi dirinya beserta anggota yang tersisa, sehingga membuat Victoria harus memikirkan cara untuk segera pergi dari tempat tersebut. Selain sesuai instruksi yang diberikan oleh Kapten Philip untuk segera kembali setelah menyelamatkan para supir kendaraan FFS beserta paket, Victoria diminta untuk langsung mundur. Namun, hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Kau masih bisa bertahan? Bersabarlah sebentar," ucap anggota lain yang tidak terluka mencoba menekan darah yang keluar terus menerus dari luka tembak yang dialami oleh rekan timnya.

"Let-nan ... ppfffuaaaahhhh, tinggalkan saja ... eerggghhhh, aku disini. A-aku akan men-mencoba memberi waktu ... eerggghhhh, untuk ka-kalian per-gi," ucap anggota tim yang terluka dengan terbata-bata selain dengan merasa bahwa persentase dia akan selamat sangat kecil, maka dia mengajukan dirinya untuk tinggal.

"Kau jangan banyak bicara dulu!!" ucap anggota lainnya.

"Kau jangan berbicara yang bukan-bukan. Aku yakin kita akan segera pergi dari sini dengan selamat, dan kau akan segera mendapatkan pertolongan," ucap Victoria memberikan semangat sembari mengamati pergerakan anggota mafia yang sedang menuju ke arah mereka.

"Let-nan ... eerggghhhh" ucap anggota yang terluka untuk mencoba meyakinkan Victoria.

"Ppfffuaaaahhhh, uuhhuuuukkk ... uuhhuuuukkk, arrggghhh" batuk anggota yang terluka sembari menahan sakit dan mengeluarkan darah.

"Ayo, ce-cepat Let-nan ... sebe-lum ke-kesadara-ranku hilang se-penuh-nya, eerggghhhh" ucap anggota tim yang terluka lagi dengan terbata-bata dan tersedak.

"Letnan!!" ucap anggota tim satu lagi.

"Huuuhhh," desah Victoria sedikit pusing dengan keadaan tersebut.

Victoria pada dasarnya mengetahui bahwa anggota timnya tersebut tidak akan mampu untuk bertahan dengan luka tembak yang terus menerus mengeluarkan darah. Namun, kesempatan yang diberikan tersebut dapat memberikan waktu untuk dirinya dan anggota satu yang masih selamat untuk menghindari konfrontasi dan mengakibatkan mereka mati konyol.

"Baiklah. Aku terima tawaranmu, terima kasih," ucap Victoria sembari menepuk bahu anggotanya yang terluka lalu tersenyum kecil meski air matanya tidak mampu untuk ditahan dan mengalir.

"Kau jangan berpikiran seperti itu, kau pasti selamat. Benarkan, Letnan!!" ucap anggota tim yang lain.

"Ayo kita pergi sekarang!!" ucap Victoria sembari menarik lengan anggota yang tersisa untuk segera menuju titik poin berikutnya sebelum berkumpul kembali dengan pasukan utama yang dipimpin oleh Kapten Philip.

"Bagaimanapun, aku tidak akan membuang sia-sia kesempatan yang telah kau berikan untuk kami berdua," gumam Victoria sembari melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari tempat tersebut.

Desingan peluru terdengar jelas saat mereka berdua mulai menjauh dari tempat tersebut. Namun, dalam beberapa menit tidak terdengar lagi ada suara tembakan dan itu menandakan berakhirnya perlawanan yang diberikan oleh anggota tim Victoria yang terluka tersebut.

"Hiks ... hiks," tangis satu-satunya anggota yang tersisa sembari menundukkan kepalanya.

"Hei, hei ... hentikan tangisanmu itu. Jangan sia-siakan kesempatan untuk dapat hidup lebih lama yang telah diberikan oleh temanmu," ucap Victoria sembari menarik kerah seragam dinas anggotanya.

"Hiks ... ta-tapi, Letnan ... Hiks," ucap anggotanya sembari masih menangis.

"Aku juga sebenarnya memiliki pemikiran yang sama denganmu, tapi sekarang kita sedang bertugas," ucap Victoria mencoba menghibur.

"Hiks ... Letnan," ucap anggotanya sembari masih menangis.

Apabila dilihat secara lebih jauh, keadaan Victoria dan satu-satunya anggota timnya yang masih selamat merupakan keberuntungan besar yang tidak dapat ditawar. Dengan keadaan sumber daya yang terbatas dan perlengkapan yang masih kurang memadai, mereka sebagai satuan MOP harus selalu siap siaga disegala situasi dan mengesampingkan segala sikap ego yang dapat berakhir dengan membahayakan jiwa mereka berdua.

"Sudah hampir tiga jam ternyata. Tapi, pertempuran ini masih belum selesai juga," gumam Victoria sembari melihat AD miliknya.

"Hiks ... Hiks," ucap anggota timnya yang tersisa masih menangis tersedu-sedu sembari memeriksa senjata beserta amunisi dan perlengkapan lainnya.

"Dia ini sebenarnya ingin bersedih atau masih ingin melakukan tugasnya," gumam Victoria sembari tersenyum kecil melihat ke arah anggotanya.

"PLAAAKKK!!" sebuah tamparan mendarat keras di pipi anggota timnya tersebut yang dilayangkan oleh Victoria.

"Akhh!!" ucap anggotanya terkejut.

"Kau dengarkan aku baik-baik," ucap Victoria sembari menarik kerah seragam anggotanya sampai akhirnya anggota tersebut harus berdiri. Dimana, hal itu dilakukan Victoria semata-mata untuk memberikan dorongan kembali kepada anggotanya tersebut.

"Let-Letnan," ucap anggotanya terbata-bata dan menahan pipinya yang baru saja diberikan hadiah oleh Victoria.

"Kalau kau hanya bisa meratapi kesedihanmu saja, silahkan kau tinggal disini dan jangan buang-buang waktuku. Karena, kalau kau seperti ini terus dan menghambat tugasku ... aku sendiri yang akan mengirim dirimu untuk bertemu dengannya (anggota timnya yang telah tewas)," ucap Victoria dengan tatapan tajam sembari mendekatkan wajahnya dan masih menarik kerah seragam milik anggota tersebut.

"Ma-maaf, Letnan," ucap anggotanya sembari mengusap air matanya.

Sebenarnya Victoria tidak ingin berbuat hal tersebut, namun air mata tidak akan mengubah hasil yang sedang berlangsung saat ini dan hanya membuang-buang waktu dan kesempatan untuk dapat menikmati kehidupan di hari-hari selanjutnya. Sebab, medan perang bukan tempat untuk meratapi takdir yang akan terjadi, namun ujian yang harus dilewati meski harus kehilangan orang terpenting untuk dapat terus melanjutkan hidup.

"Apa kau sudah merasa lebih baik," ucap Victoria sembari memeriksa senjata Glock 22 40 S&W miliknya.

"Maaf atas sikap yang aku tunjukkan, Letnan. Sekarang aku sudah siap untuk bertugas kembali," ucap anggotanya yang dibalas dengan senyuman kecil Victoria.

"Ada yang datang dari arah berlawanan, Letnan?" ucap anggotanya tiba-tiba saat mendengar ada suara langkah kaki yang cukup ramai sedang menuju ke arah mereka dari arah yang berlawanan.

"Bagaimana dengan amunisi senjatamu?" tanya Victoria.

"Tidak bagus Letnan. Hanya tersisa dua magazen Glock 22 40 S&W saja," ucap anggotanya sembari memeriksa perlengkapannya.

"Kalau begitu sama saja," ucap Victoria.

"Letnan, silahkan pergi bersembunyi atau mencari alternatif pelarian yang lain, biar aku saja yang menghadapi mereka untuk memberikan waktu untuk Letnan pergi dari tempat ini," ucap anggotanya.

"Hahaha ... semangatmu akhirnya kembali. Tapi, terima kasih atas tawaranmu. Kita hadapi mereka bersama-sama, hasilnya akan kita lihat saja nanti," ucap Victoria sembari memegang kantong perlengkapan yang ada pada rompi anti peluru miliknya yang berisikan prototype tersebut.

Prototype yang berhasil diselamatkan oleh Victoria adalah sebuah motherboard dan Chip yang merupakan inti dari beberapa bagian yang akan digunakan oleh pihak militer pusat terkait dengan proyek yang sedang mereka kerjakan. Sebab, hanya dua benda tersebut yang berada di dalam paket yang diberitahukan oleh Kapten Philip meski pembungkus paket tersebut telah terbuka saat Victoria berada di dalam Box gandeng kendaraan FFS.

"Mereka semakin mendekat Letnan!!" ucap anggota Victoria sembari bersiap menembakkan senjatanya.

"Tunggu dulu, mereka adalah rekan kita," ucap Victoria senang saat melihat sekelompok pasukan dengan menggunakan seragam khusus MOP menghampiri mereka.

"Syukurlah," ucap anggota tersebut lega.

"Apa kau Letnan Victoria Chambers?" tanya Kapten MOP Distrik U.

"Siap!! Benar, Kapten!!" ucap Victoria yang langsung bangkit dan memberi hormat.

"Bagaimana keadaan kalian?" tanya Kapten MOP Distrik U.

"Lapor!! Kami hanya tinggal berdua saja, sementara anggota yang lain KIA, Kapten!!" ucap anggotanya yang ikut berdiri dan masih memberikan hormat.

* Kill in Action (KIA), adalah klasifikasi korban yang umumnya digunakan oleh militer untuk menggambarkan kematian pejuang mereka sendiri di tangan pasukan musuh.

Victoria pun memberikan penjelasan secara rinci terkait beberapa insiden yang terjadi selama aksi, dari tewasnya para supir kendaraan FFS, gugurnya para anggota timnya, dan paket yang berisikan prototype yang telah berhasil diselamatkannya. Hanya bantuan dari sosok yang tidak dikenal oleh Victoria saja yang tidak dapat untuk disampaikannya dengan alasan tertentu. Tidak berapa lama kemudian, rombongan para mafia yang mengejar Victoria semakin mendekat dan berakhir dengan kontak senjata kembali terjadi.

"Baiklah. Sekarang kita kembali saja terlebih dahulu untuk berbicara dengan Kaptenmu," ucap Kapten MOP Distrik U.

"Siap!!" ucap Victoria sembari berlindung dari serangan musuh.

"Tapi ... apa kau tidak punya waktu sama sekali untuk mengganti pakaian tidur yang kau kenakan tersebut sebelum bertugas," ucap Kapten MOP dari Distrik U saat melihat pakaian tidur Victoria yang telah berlumuran darah.

"Hehehe ... " Victoria hanya bisa tertawa kecil.

Sembari menembaki para anggota mafia yang sedang mengejar Victoria dan Kapten MOP Distrik U, mereka perlahan-lahan melakukan manuver untuk segera mundur dan berkumpul dengan pasukan utama. Sebab, tugas Kapten MOP Distrik U hanya memback-up tim Victoria sampai mereka mendapatkan paket khusus tersebut lalu bergerak mundur.

"Apa ada yang bisa memberikan kami berdua amunisi?" tanya Victoria kepada para anggota Kapten MOP Distrik U.

"Siap!! Letnan," ucap salah satu anggota yang berada dekat dengan Victoria dan tidak lupa juga memberikan kepada satu-satunya anggota tim Victoria yang masih selamat.

"Terima kasih. Kalau begini, aku merasa seperti hidup lagi," ucap Victoria sembari bangkit dari tempat perlindungannya dan menembaki para pengejarnya.

"Lakukan manuver mundur perlahan!! Jangan sampai ada yang tertinggal!!" perintah Kapten MOP Distrik U kepada para anggotanya.