Lampu penerangan taman bermain menyala untuk menerangi taman bermain, meskipun sinar matahari masih mampu untuk menerangi hari yang semakin larut tersebut. Lambat laun, beberapa warga mulai bersiap untuk meninggalkan taman bermain tersebut dan menyelesaikan hari mereka di tempat tersebut.
"Sebenarnya ... aku ...," ucap Yuri.
******
Tanpa mereka sadari, Lune mendengar perkataan Yuri kepada Charlotte dari belakang tempat duduk mereka dari balik sebuah pohon. Tidak terasa, air mata Lune pun mengalir dikedua pipinya dengan perlahan sembari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Yuri," gumam Lune singkat.
******
Saturday, 09 December 2253, 20:11:29 ( tempat penampungan )
******
Setelah aktivitas yang dilakukan oleh Yuri bersama Lune dan Charlotte pada hari ini dan tentunya setelah membersihkan diri dan mengisi lambung tengah yang tidak bisa untuk ditinggalkan dan diabaikan panggilannya, berakhir pada hembusan angin beserta kepulan asap putih yang menemani Yuri melihat gelapnya malam dari jendela ruanganya.
"Fiiuuuhhhhhh," kepulan asap rokok pun dihembuskan oleh Yuri kembali.
"Kalau aku tetap menerima...," gumam Yuri tidak menyelesaikan dengan menutup kedua matanya sembari menundukkan kepala.
Perasaan canggung menerpa seiring kedatangan mereka bertiga pulang kembali ke tempat penampungan. Kesan dipaksakan, canggung, khawatir dan bimbang menjadi satu seperti hidup segan meninggalkan dunia pun tidak ingin. Terlebih lagi Yuri harus fokus akan keadaannya untuk segera kembali bekerja pada minggu berikutnya.
"Fiiuuuhhhhhh." kepulan asap rokok pun dihembuskan oleh Yuri kembali.
Semilir angin malam pada malam hari ini sungguh sangat membuat perkiraan cuaca akan tidak menentu, dengan tidak adanya titik-titik kecil harapan yang menghiasi langit maupun cahaya dari sumber kehidupan malam menambah kesan apakah besok akan menjadi hari yang lebih baik atau tidak.
"Lebih baik aku tidur saja. Terlalu banyak dipikirkan juga tidak ada ada habisnya. Fiuuuuhhhhh," ucap Yuri lalu menghembuskan kembali kepulan asap putih yang memenuhi polusi udara malam ini.
"Srrttt!! Srrttt!!" bunyi puntung rokok yang digesekkan ke asbak untuk dipadamkan.
"Hoooaaaammmmmm ... tidak aku sangka, hari ini sungguh membuatku lelah lahir dan batin," ucap Yuri sembari menutup jendela ruangannya.
Tidak lupa Yuri menyetel alarm untuk berjaga-jaga agar selalu dapat bangun pagi meskipun hanya beberapa kali ia bangun kesiangan sehingga membuatnya terlambat untuk masuk kerja, disamping memeriksa apakah ada pesan-pesan penting maupun tidak penting yang harus dibacanya sebelum tidur.
"Ternyata aku tidak terlalu penting seperti biasa. Tidak ada yang menghubungiku untuk hari ini. Hehehehe," ucap Yuri lalu tertawa kecil dengan maksud tidak jelas yang kemudian meletakkan kembali lagi AD miliknya.
* AD ( Augmented Device ) merupakan salah satu alat komunikasi ( seperti jam tangan Android pada masa sekarang yang lebih disempurnakan ) yang dapat memberikan akses kepada penggunanya untuk menjalin komunikasi baik langsung maupun tidak langsung disamping fitur-fitur tambahan lainnya. Dimana, pada penggunaannya dapat ditayangkan layaknya presentasi menggunakan OHP maupun tidak untuk mempermudah bagi para penggunanya.
"Bruuugghhhh," bunyi hantaman tubuh Yuri menyerang tempat tidur.
"Apa aku bisa bersikap adil apabila aku menerima Charlotte selain memberikan kasih sayangku sebagai seorang Kakak untuk saudara-saudaraku yang lain, meski pada dasarnya kami bukan saudara kandung," ucap Yuri sembari meletakkan tangan kanannya di atas wajahnya sehingga menutupi mata.
"Hoooaaaammmmmm, aku ngantuk se---" ucap Yuri yang tidak berapa lama pun akhirnya Yuri tertidur dengan berbagai konflik yang ada dalam pikirannya masih bergentayangan.
******
******
Thursday, 09 December 2245, 10:33:09
******
******
"Yuri, Yuri," ucap sebuah suara yang berasal dari gadis kecil yang ada disebelah Yuri sehingga membuatnya terbangun dari tidurnya.
"Ukhh ... berisik sekali," ucap Yuri bangkit dari tidurnya.
"Ayo kita bermain, jangan tidur-tiduran terus. Kita ini lagi piknik bersama di akhir pekan," ucap sumber suara yang ternyata berasal dari seorang gadis.
Gadis tersebut adalah anak dari Kapten yang telah menyelamatkan Yuri dari lokasi penyerangan oleh musuh dari negara lain dua tahun lalu. Rupanya Yuri ketiduran setelah cukup lama menikmati semilir angin sejuk di pagi akhir pekan ini. Hal ini dikarenakan, keadaan perang yang memasuki tahap perundingan damai yang tidak tahu sudah berapa kali harus diselenggarakan ternyata dimanfaatkan oleh Kapten untuk mengajak Yuri berjalan-jalan sesuai saran yang diberikan oleh dokter yang memeriksa kesehatan Yuri.
"Hahahahaha, biarkan dia menikmati tidurnya kembali ..., ayah masih bisa mengajakmu bermain," ucap Kapten tersebut kepada anaknya yang secara tidak sadar Yuri sendiri tidak tahu akan nama gadis tersebut.
"Aku tidak mau!! Aku ingin bermain dengan Yuri!!" ucap gadis kecil tersebut dengan ketus.
"Ayo kemari .... , ibu sudah mempersiapkan makanan kesukaanmu," ibu dari gadis tersebut memanggil agar mengalihkan perhatiannya dari Yuri.
"Aku tidak mau!! Aku ingin bermain dengan Yuri!!" ucap gadis kecil tersebut dengan ketus sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Meskipun dapat termasuk dalam kategori piknik, jarak tempat mereka berekreasi tidak jauh dari tempat tinggal Kapten dan masih terdapat beberapa prajurit bersenjata lengkap dan ajudan Kapten itu sendiri beserta tim khusus melakukan pengawalan dan bertugas menjamin keselamatan mereka. Meskipun prosedur pelaksanaan piknik tersebut harus mendapatkan izin dan menandatangani dokumen-dokumen yang begitu banyak.
"Ahhh ... akhirnya kau sudah sadar dari tidur, Putri Yuri tersayang," ucap gadis tersebut dengan maksud mengejek.
"Aku ini laki-laki, bukan putri," balas Yuri dengan jengkel.
"Sekarang kau yang jaga, kejar aku kalau kau bisa," ucap gadis tersebut menepuk bahu Yuri dan kemudian berlari menjauh.
"Kau ini," ucap Yuri yang lalu mengejar gadis tersebut.
"Hati-hati!!!" teriak ibu gadis tersebut memperingati putri saru-satunya.
"Hahahahahaha ... tangkap aku kalau bisa," ucap gadis tersebut tanpa menghiraukan perkataan ibunya.
"Hahahahaha," tawa Kapten tersebut.
Tawa gadis kecil yang sedang bermain kejar-kejaran tersebut pada akhirnya menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang berada di tempat tersebut, meski tidak menghilangkan kewaspadaan mereka terhadap tugas yang diberikan. Hal ini dikarenakan, ada beberapa prajurit dan anggota tim dari Ajudan Kapten tersebut ikut tertawa melihat aksi Yuri dan gadis kecil tersebut.
"Hahahahaha ... tangkap aku, Yuri!?" ucap gadis tersebut sembari berlari menghindari kejaran Yuri.
"Tunggu aku menangkapmu,��� ucap Yuri sembari berusaha mencari cara untuk menangkap gadis tersebut.
Ternyata untuk ukuran gadis kecil gerakannya cukup lincah dan membuat Yuri kesusahan untuk menangkap gadis tersebut. Beberapa kali Yuri berhasil mendapat kesempatan, namun lagi-lagi gadis tersebut masih bisa menghindar dan segera menjauh dari jangkauan Yuri dan mengharuskannya memikirkan cara lain.
"Haahhh, haaahhhh," desah napas Yuri yang mulai merasa kelelahan.
"Apa kau sudah merasa lelah, Yuri? Kalau kau ingin berhenti, beritahukan saja," ucap gadis tersebut.
"Sebanyak apa staminanya. Aku saja sudah mulai merasa kelelahan untuk mengejar ...," ucap Yuri tidak menyelesaikan perkataannya untuk berusaha mengingat kembali siapa nama gadis yang mengajaknya bermain tersebut.
"Haahhh, haaahhhh," desah napas masih mengiringi keadaan Yuri yang masih mematung untuk menemukan nama gadis tersebut.
"Yuri!! Yuri!!" teriak gadis tersebut.
"Haahhh ... lupakan dulu soal itu, aku tidak ingin piknik ini akan kacau apabila aku memaksa untuk memikirkannya lebih jauh," gumam Yuri sembari mengusap keringat yang mulai mengalir di wajahnya.
"Yuri!! Yuri!!" teriak gadis tersebut untuk ke dua kalinya sembari melambaikan ke dua tangannya.
"Dia ini, sungguh membuatku repot saja," gumam Yuri sembari melangkahkan kakinya kembali untuk berlari dan melakukan pengejaran terhadap gadis tersebut.
"Brugghh" suara tabrakan antara tubuh gadis kecil yang terlalu asyik berlari dengan salah satu anggota tim khusus Ajudan yang berdiri membelakanginya.
"Aduh," ucap gadis tersebut kemudian terjatuh dengan posisi duduk ditanah.
"Kau tidak apa-apa, gadis kecil?" tanya anggota tim khusus Ajudan Kapten tersebut sembari mengangkat tubuh gadis tersebut yang terjatuh.
"Ma-maaf. Maafkan aku Paman, aku tidak seng ..., AAAHHHHH," ucap gadis tersebut yang lalu berteriak saat membuka matanya melihat wajah menyeramkan yang ada dihadapannya, kemudian berlari mendekati ke dua orang tuanya.
"Apa salahku?" ucap anggota tim khusus tersebut heran.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!" suara tertawa secara bersamaan hampir terdengar dari seluruh anggota tim khusus Ajudan Kapten tersebut.
Tidak beberapa lama meski dengan masih tertawa beberapa rekannya yang lain menghampiri anggota tim khusus Ajudan Kapten yang membuat gadis tersebut ketakutan seakan-akan melihat hantu di pagi hari.
"Sabar, sabar ... setidaknya ekspresimu itu akan berguna suatu saat nanti, hahahahaha," ucap rekan kerjanya sembari menepuk bahu yang kemudian mentertawakannya kembali.
"Hahahaha, apa kau tidak bisa santai sedikit dalam bertugas, hahahaha, aduh ... perutku sakit sekali," ucap rekan tim khusus lain sembari memegang perutnya.
Ternyata salah satu anggota tim khusus Ajudan Kapten tersebut memang terkenal kaku dan tidak bisa melihat dan membedakan situasi untuk memasang ekspresi yang lebih baik. Sebab, di kalangan tim khusus sendiri, tidak ada yang berani mengajak untuk mengobrol, makan siang, bahkan bertanya tentang waktu dikarenakan ekspresinya yang selalu serius dan semakin terlihat selalu marah dengan raut wajahnya. Sehingga, banyak rekan-rekan kerjanya dari bidang kerja yang lain menjauh dengan sendirinya.
"Huuuhhh ... aku memang seperti ini dari lahir, memangnya salah," ucap anggota tim tersebut sembari menundukkan kepalanya.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!" suara tertawa secara bersamaan hampir terdengar dari seluruh anggota tim khusus Ajudan Kapten tersebut.
******
"Pfffttt...," Ajudan Kapten berusaha untuk menahan tawanya karena berada di sebelah Kapten yang tidak ingin menunjukkan ketidakseriusannya dalam melaksanakan tugas, meski hari ini hanya bersifat pengawalan saja.
"Kau ini, tidak baik mentertawakan anggotamu sendiri," ucap Kapten sembari melihat ke arah ajudannya.
"Maaf, Kapten," ucap Ajudannya.
"Tapi, ekspresi dan raut wajahnya itu untuk anak kecil memang sedikit---" ucap Kapten tidak melanjutkan perkataannya sembari mengalihkan pandangannya ke anak gadis satu-satunya tersebut.
"Husshhh," ucap istri Kapten yang mendengar perkataan suaminya tersebut.
"Tapi, kenyataannya---" ucap Kapten yang tidak meneruskan perkataannya saat ia melihat ekspresi istrinya.
"Pfffttt...," Ajudannya kembali berusaha menahan tawanya.
"Kau ini mentertawakan aku atau anggotamu?" tanya Kapten mengalihkan pandangannya ke arah Ajudannya.
"Maaf, Kapten," ucap Ajudannya serius sembari memberi hormat.
"Ibu!!" ucap gadis tersebut berlari ke arah pelukan ibunya.
"Ibu aku takut dengan Paman itu," ucap gadis tersebut sembari menahan tangis dipelukan ibunya.
"Sudah, sudah. Paman itu orangnya baik, ... tenang saja," ucap Ibu gadis tersebut sembari mengusap lembut kepala anaknya.
Yuri yang melihat hal tersebut hanya bisa menghampiri tempat mereka lalu duduk untuk mengambil segelas air minum untuk menghilangkan kemarau panjang yang sedang melanda tenggorokannya.
"Pfuuaaahhh, segar sekali," ucap Yuri sembari meletakkan kembali gelas yang ia gunakan dan sesekali melihat ke arah gadis tersebut.
"Hiks ... hiks," terdengar tangis kecil gadis tersebut belum hilang di dalam pelukan ibunya.
"Haaahhhh," Yuri menghela napas.
"Meskipun aku bisa tenang dan tidak mengikuti permainannya lagi, aku juga tidak bisa tinggal diam seperti ini juga," gumam Yuri sembari sesekali mengalihkan pandangannya ke arah gadis tersebut.
Pada akhirnya Yuri mendapatkan ide yang menurutnya dapat mengubah perasaan dan tingkah laku gadis tersebut dengan seketika. Meskipun, sebenarnya Yuri tidak tahu secara pasti dan tiba-tiba saja terlintas dipikirannya untuk melaksanakan ide tersebut.
"Kue ini enak sekali, kalau tidak ada yang mau aku habiskan saja sendiri," ucap Yuri sembari mengambil dua mangkuk kecil Creme Brulee.
"Hahh!!" ucap gadis tersebut sembari melepaskan pelukan ibunya yang terkejut, lalu segera menahan tangan Yuri.
"Ini punyaku, jangan coba-coba untuk memakannya sendiri," ucap gadis tersebut.
"Aku kira kau masih mau berlama-lama berada dalam pelukan Ibu. Daripada tidak ada yang memakannya, lebih baik aku --- akh, sakit," ucap Yuri tidak menyelesaikan perkataannya akibat merasakan genggaman gadis tersebut semakin kuat di pergelangan tangannya.
"Apa kau serius?" ucap gadis tersebut yang tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi menyeramkan.
"Hehhh, anu ... anu," ucap Yuri tidak tahu harus berkata apa-apa lagi sembari menutup ke dua matanya.
"Dapat," ucap gadis tersebut tiba-tiba dengan riang kembali.
"Heh," ucap Yuri yang kemudian dengan perlahan-lahan membuka kembali matanya dan melihat dua mangkuk kecil Creme Brulee sudah berpindah tangan.
"Hei, sisakan mangkuk satunya lagi untukku," ucap Yuri.
"Bweee," ejek gadis tersebut sembari menjulurkan lidahnya untuk mengejek Yuri.
"Hahahahahaha, kau kalah cepat dengannya Yuri," ucap Kapten.
"Rasakan pembalasanku karena kau ingin memakan kue kesukaanku, hmphh," ucap gadis tersebut ketus sembari memalingkan wajahnya.
"Kau tidak boleh begitu, ...," ucap ibunya dengan menyebutkan nama gadis tersebut yang masih tidak dapat diketahui oleh Yuri.
"Tidak mau, haammpphhh," ucap gadis tersebut yang langsung memakan Creme Brulee kesukaannya.
"Dia ini, cepat sekali berubah moodnya. Tapi, sudahlah. Melihat dia kembali riang sudah cukup membuatku tenang," gumam Yuri.
"Kalau kita sudah sampai dirumah nanti, akan Ibu buatkan kembali untukmu Yuri," ucap istri Kapten.
"A-mmnnkkuu jumppgaa maww," ucap gadis tersebut sembari menghabisi Creme Brulee mangkuk keduanya.
"..., seorang gadis tidak boleh seperti itu. Selesaikan dulu makannya, baru kemudian berbicara, mana Table Manner yang sudah pernah Ibu ajarkan," ucap Ibu gadis tersebut.
"Manmmaff," ucap gadis tersebut dengan masih ada makanan dalam mulutnya.
"Kau ini," ucap Ibu gadis tersebut sembari mengusap pelan rambut anak gadisnya.
Tidak terasa waktu sudah berlalu dan kami bertiga pun segera membereskan peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk piknik tersebut. Sementara, Kapten memberikan instruksi kepada Ajudan untuk segera mengkoordinir anggota tim khusus dan para pasukan untuk meninggalkan lokasi tersebut.
"Apa kalian senang hari ini?" tanya Kapten.
"Senang sekali ayah, lain waktu apakah masih boleh kita piknik kembali?" ucap gadis tersebut lalu bertanya kepada Kapten.
"Baiklah, akan ayah usahakan," ucap Kapten sembari tersenyum kecil dan mengusap lembut rambut anak gadis kecilnya tersebut.
"Bagaimana denganmu, Yuri?" tanya Kapten.
"Hari ini sangat ... dan benar-benar menyenangkan sekali Paman," ucap Yuri.
"Ayo kita pulang," ucap istri Kapten yang berada di sebelah Kapten dan mulai menggendong gadis tersebut.
Instruksi untuk mengkoordinasikan para pasukan telah selesai dilaksanakan, dan beberapa prajurit sudah bersiaga di posisi penjagaan sepanjang jalan kembali menuju rumah mereka sementara sisanya sudah bersiap di kendaraan pengawalan mereka.
"Lain kali kita akan bermain lagi di tempat ini Yuri, dan aku akan menghabisi Creme Brulee milikmu lagi apabila kau tidak bisa menang," ucap gadis tersebut dengan sombongnya.
"Kita lihat saja nanti," ucap Yuri.
"Jangan kau lupakan janjimu kepadaku, Yuri," ucap gadis tersebut.
"Baiklah, aku berjanji ...," ucap Yuri sembari menganggukkan kepala tanpa menyebutkan kembali nama gadis tersebut.
"Dari tadi aku perhatikan, kau tidak pernah menyebut namaku. Apa kau marah denganku?" ucap gadis tersebut setelah diturunkan ibunya agar bisa masuk ke dalam mobil sembari bertanya kepada Yuri.
"Benarkah itu? Apa perasaanmu saja ...," ucap Yuri yang telah duduk dibangku belakang mobil setelah gadis tersebut terlebih dahulu masuk dan duduk disebelah ibunya, karena yang menyetir kendaraan tersebut adalah ajudan Kapten.
"Brugghhh," bunyi pintu mobil yang ditutup oleh Yuri sembari mencoba mengingat kembali nama gadis tersebut.
Cukup lama Yuri memikirkan hal tersebut sehingga membuat Kapten dan istrinya merasa agak heran dengan perilaku diam yang ditunjukkan oleh Yuri yang masih terus berusaha memikirkan nama gadis tersebut.
"Kau tidak apa-apa, Yuri?" tanya istri Kapten ketika melihat reaksi Yuri yang mulai kehilangan kesadaran sembari memegang kepalanya.
"Akhh ... sakit sekali," gumam Yuri.
"Maafkan aku Yuri, aku tidak bermaksud membuat kau sakit... hiks, hiks ... Yuri maafkan aku, Yuri...," ucap gadis tersebut yang semakin lama menghilang dan tidak terdengar lagi oleh Yuri yang telah kehilangan kesadaran penuhnya.
"Jangan menangis ... kau jangan menangis lagi, aku tidak apa-apa ...," gumam Yuri meski pandangan disekelilingnya tidak dapat terlihat apa-apa lagi.
******
******
Monday, 10 December 2253, 09:44:21 ( tempat penampungan )
******
"Jangan menangis lagi!!!" teriak Yuri seketika bangkit dari tidurnya dengan peluh keringat yang mulai mengalir di wajahnya.
"Haahhhh ... hhaaahhhh," desah napas Yuri terkejut dari tidurnya.
"Ternyata hanya mimpi, apa ini karena aku terlalu lelah kemarin sehingga potongan-potongan kecil dari masa lalu tersebut muncul. Atau, ada pemicu lain yang belum pernah dikatakan oleh Dokter maupun Psikiater yang pernah aku temui sebelumnya," gumam Yuri.
"Haahhhh ... hhaaahhhh," desah napas Yuri sembari merebahkan tubuhnya kembali di tempat tidurnya.
Dikarenakan potongan-potongan masa lalu yang muncul dalam mimpi Yuri tersebut, tidak membuat Yuri memperhatikan sekeliling ruangannya dan tidak sadar bahwa alarm yang ia pasang tidak berbunyi kembali. Namun, bayangan yang menutupi sinar matahari masuk ke ruangan yang menutupi sebagian tubuh Yuri membuatnya sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan melupakan mimpi tersebut untuk sementara waktu.
"Apa kau sudah selesai berteriaknya, Yuri?" tanya Lune yang sudah cukup lama berdiri memperhatikan tingkah laku Yuri selama tidur dengan menyandarkan tubuhnya ke pinggiran jendela ruangan Yuri.
Ternyata, Lune sudah cukup lama berada dalam ruangan Yuri. Hal ini dikarenakan, rutinitas pagi yang sering dilakukan Lune tidak mendapati Yuri dalam keadaan bangkit dari tidurnya sementara alarm telah berbunyi sehingga memaksa Lune masuk ke ruangan Yuri untuk menonaktifkan alarm dan membuka jendela ruangan tersebut. Selain itu, ekspresi yang ditunjukkan Yuri selama tidurnya membuat Lune ingin mengetahui lebih jauh kira-kira apa yang diimpikan oleh Yuri sehingga tidak membangunkan tidurnya.
"Haahhhh," gumam Yuri singkat dan tidak heran apabila Lune bisa memasuki ruangannya.
"Melihat reaksi yang kau tunjukkan, maka kalimat yang cocok untuk aku ucapkan adalah---" ucap Lune tidak menyelesaikan perkataannya untuk melangkah mendekati tempat tidur Yuri dengan posisi duduk ditempat tidur dengan menghadap ke arah Yuri.
Dan, secara bersamaan mereka mengatakan:
"Mengapa kau tidak terkejut melihat diriku yang sudah berada cukup lama diruanganmu," ucap Lune sembari tersenyum mengalihkan pandangannya ke arah Yuri.
"Mengapa aku tidak terkejut melihat dirimu yang sudah berada cukup lama diruanganku," ucap Yuri sembari mengalihkan pandangannya ke arah Lune.