Sunday, 11 December 2253, 10:08:37 ( Markas MOP )
******
Tatapan kosong dengan kantong mata yang sedikit mulai terlihat pada wajah Kapten Victoria yang seakan-akan ingin menerkam mangsa yang ada dihadapannya menjadi suatu pandangan tersendiri bagi Kapten Bram. Hal ini dikarenakan, sampai hari ini Victoria yang telah diangkat menjadi Kapten MOP untuk menggantikan Kolonel Philip bekerja secara ekstra, selain melaksanakan dan mengawasi beberapa tugas administrasi maupun operasional yang seharusnya dikerjakan dan menjadi tanggung jawab Bram.
"Kau masih ingat jalan kembali ke markas kita, Bram? Atau, secara formal aku panggil dengan Kapten Bram. Bagaimana, Kapten Bram?" tanya Victoria.
"Apa dia baik-baik saja, mengapa terlalu banyak perubahan yang terjadi sejak aku tidak pernah datang kembali ke markas ini," gumam Bram sembari memperhatikan Victoria yang seakan-akan tidak fokus untuk melihat Bram yang sedang berdiri dihadapannya.
"Apa kau belum sarapan tadi pagi, kau tidak lihat sekarang jam berapa. Sebentar lagi sudah masuk jam makan siang," ucap Bram berusaha menenangkan Kapten Victoria.
Victoria atau lebih tepatnya Kapten Victoria Chambers, seorang wanita pekerja keras, terampil, disiplin, dan memiliki komitmen yang tinggi. Namun, itu semua bertolak belakang dengan keadaan yang lusuh, rambut panjang yang tidak terurus rapi, kantong mata seperti mata panda yang hampir terlihat jelas, dan pandangan matanya sudah seperti ikan yang kehilangan jati dirinya saat berada di daratan.
"Aku harus bersiap-siap, hari ini ada panggilan dari kawasan perdagangan kaki lima yang ada di sektor barat Distrik M kota kita yang melaporkan kejadian pemerasan dengan melakukan kekerasan antara geng yang tidak tahu muncul darimana dengan salah satu pemilik warung kaki lima," ucap Kapten Victoria sembari berjalan tidak beraturan melewati Kapten Bram.
"Hooiiii, dimana kau, Letnan Varischa? Kita harus segera berangkat sekarang. Atau, kau mau aku pindahkan kembali ke unit patroli lalu lintas," ucap Kapten Victoria sembari memanggil Letnan Varischa yang sebenarnya sudah berada di tempat tersebut.
"Kita ... harus ...," ucap Victoria tidak menyelesaikan perkataannya dan terjatuh, yang tidak lama kemudian ia tertidur di lantai kantor ruangan kerjanya.
"Sebelumnya saya minta maaf, Kapten Bram. Saya mewakili Kapten Victoria ingin meminta tolong dan lebih baik Kapten saja yang pergi, biar saya urus Kapten Victoria terlebih dahulu," ucap Letnan Varischa sembari merangkul Kapten Victoria untuk membawanya ke ruang istirahat.
"Semua detailnya ada di meja kerja Kapten Victoria. Jadi, Kapten Bram hanya perlu membawa berkasnya apabila diperlukan sembari berangkat menuju ke lokasi kejadian. Meski ini sebenarnya adalah tanggung jawab Kapten Victoria, saya harap untuk kali ini Kapten Bram dapat membantu kami," ucap Letnan Varischa memohon.
"Baiklah, untuk kali ini mempertimbangkan apa yang sedang terjadi ... aku akan membantu kalian," ucap Kapten Bram yang tidak tahu harus berkata apa-apa melihat kejadian yang menimpa rekan kerjanya.
"Terima kasih untuk bantuannya, Kapten Bram," ucap Letnan Varischa.
"Oh iya, Kapten Bram. Unitku telah bersiap untuk pergi ke lokasi. Untuk saat ini, Kapten Bram berikan saja instruksi kepada mereka untuk ikut serta dengan Kapten. Hal ini setidaknya akan mencegah agar tidak terjadi tindakan indisipliner terhadap penyalahgunaan wewenang dan tugas yang diberikan," ucap Letnan Varischa menjelaskan beberapa hal tambahan untuk dapat diketahui oleh Kapten Bram.
"Kalau begitu, saya izin pergi dulu, Kapten Bram," ucap Letnan Varischa, lalu pergi membawa Kapten Victoria menuju tempat peristirahatan sementaranya.
Bram hanya bisa terdiam dan mematung seperti karyawan baru yang telah salah memilih tempat kerja dengan jadwal tayang yang sewaktu-waktu dapat menguras tenaga dan waktu sembari bergumam, "Apa lebih baik aku tidak masuk kerja saja hari ini."
******
******
Sunday, 11 December 2253, 09:22:31 ( Markas MOP )
******
"Lapor, Letnan! Baru saja ada panggilan masuk terkait perselisihan antara pemilik warung kaki lima dengan kelompok geng kecil yang berada di sektor barat," lapor Ketua Tim Call Center MOP yang terburu-buru memberikan sebuah laporan masuk terkait tindak kejahatan yang baru saja terjadi.
"Baiklah, persiapkan laporan awalnya. Aku akan menemui Kapten Victoria segera ... dan beritahu unit patroli lalu lintas yang sedang melakukan patroli rutin mereka untuk segera menuju ke lokasi kejadian untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan," perintah Letnan Varischa.
"Laksanakan!" ucap Ketua Tim Call Center MOP tersebut lalu pergi meninggalkan Letnan Varischa.
Perselisihan cenderung sering terjadi, bahkan karena hal-hal kecil sekalipun. Meskipun demikian, hal tersebut tidak dapat dipandang remeh, terlebih bila sudah berkaitan dan terlibat dengan kelompok atau geng tertentu. Sebab, mereka cenderung tidak ambil pusing dengan keadaan korbannya apabila tidak dapat memenuhi permintaan mereka.
"Kapten Victoria!!" ucap Letnan Varischa membuka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu meskipun pintu ruang kerja Kapten Victoria tertutup.
"Kapten? Apa Kapten baik-baik saja?" tanya Letnan Varischa terhenti sesaat meski ia harus segera melaporkan kejadian tindak kejahatan karena merasa heran dengan pemandangan layaknya lukisan abstrak yang ada dihadapannya.
"Haaahhhh," ucap Kapten Victoria sembari masih bersandar di kursi kerjanya namun dengan pikiran yang sudah terlalu lelah akan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
"Aduh ... apa sebaiknya aku saja yang pergi dengan membawa beberapa anggota timku sendiri, daripada harus mengganggu---" gumam Letnan Varischa tidak menyelesaikan perkataannya karena melihat Kapten Victoria mulai bangkit dengan tangan kanannya mengepal dan diangkat ke udara.
"BRRAAGGGHHHH!!" tiba-tiba kepalan tangan Kapten Victoria menghantam meja kerjanya seperti sebuah palu yang ingin menenggelamkan sebuah paku di tempat eksekusinya.
"Siwaffkaaan aanggootthhaaa ... kwwiiittaa beeuurraanggkaat!!!" teriak Kapten Victoria dengan tiba-tiba meskipun ucapannya tidak terlalu jelas namun masih dapat dipahami sembari menundukkan kepalanya. Padahal Letnan Varischa belum mengatakan apa-apa terkait kehadirannya di ruang kerja Kapten Victoria.
"Haaaahhhhh," ucap Kapten Victoria kembali dan tidak terasa kepalan tangannya mulai berdisko ria karena tidak tahan dengan alunan meja kerjanya yang begitu keras, sementara beberapa lembar file kerja berhamburan jatuh dari atas meja kerja.
"Mau tertawa takut diberikan sanksi dan emosi ... mau diam tapi ...," gumam Letnan Varischa yang akhirnya merasa sedikit bingung akan sikap apa yang seharusnya dapat dilakukannya saat ini sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Meskipun pekerjaan administrasi maupun operasional telah berhasil dikurangi secara signifikan dengan disertai berakhinya pemberian kehormatan kepada Ketua Jones ( sekarang berpangkat Sersan Mayor ) tadi malam di markas militer yang berada di Zona Putih dan mendapatkan penayangan siaran berita secara eksklusif, Kapten Victoria dan Letnan Varischa belum dapat berhasil lolos dari penjara pekerjaan yang berada di pundaknya. Alhasil, mereka berdua menjadi pelanggan tetap markas MOP sampai hari ini.
"Buugghhh," suara hentakan tubuh Kapten Victoria yang kembali terduduk di kursi kerjanya dengan pandangan kosong yang menatap langit-langit ruang kerjanya.
"Kapten!" ucap Letnan Varischa berlari kecil menghampiri Kapten Victoria.
"Haaahhhh," ucap Kapten Victoria sembari melihat ke arah Letnan Varischa masih dengan tatapan kosong yang dibalut dengan kantong mata tersebut.
"Apa setidaknya Kapten beristirahat saja, biar aku dengan anggota timku yang menangani masalah ini," ucap Letnan Varischa memberikan pendapat.
Sebelum Kapten Victoria memberikan tanggapannya, Ketua Tim Call Center MOP telah menyelesaikan laporan awal terkait kejadian tersebut. Dimana, Ketua Tim Call Center MOP juga memberitahu bahwa situasi akan menjadi tidak terkendali apabila tidak segera berangkat. Hal ini dikarenakan, dua anggota MOP yang berpatroli dan telah meluncur ke lokasi kejadian telah menjadi korban.
"Baiklah, segera hubungi Task Force Patrol dari unitku untuk segera bersiap terlebih dahulu," ucap Letnan Varischa.
"Siap! Laksanakan!" balas Ketua Tim Call Center MOP sembari memberi hormat lalu pergi meninggalkan ruang kerja tersebut.
"Hanya tertinggal masalah satu ini saja yang aku sendiri bingung mau bagaimana ... dan sebaiknya melakukan apa," gumam Letnan Varischa sembari bertatapan mata dengan Kapten Victoria.
******
******
Sunday, 11 December 2253, 08:56:22 ( Lokasi Kejadian )
******
"Uang keamanan," ucap salah satu anggota geng.
"Kalian siapa?" tanya salah satu pemilik warung kaki lima yang memang tidak mengenal sama sekali orang yang meminta uang keamanan kepadanya.
Dikarenakan geng Billy yang masih menghilangkan jejak mereka untuk menjauh sementara atas kejadian kemarin yang terlibat pertempuran untuk memperebutkan prototype, banyak geng-geng kecil yang dulu masih berada dibawah kendali mereka agar tidak dapat berbuat tindakan yang dapat merugikan orang tidak bersalah dengan sembarangan akhirnya muncul kembali bagai jamur setelah musim hujan berlalu.
"Sekarang kami yang mengambil alih sektor ini, jadi mulai sekarang kalian harus menurut pada kami. Sebab, kawasan perdagangan kaki lima ini berada di dalam sektor yang kami kuasai," ucap Ketua geng sembari melangkahkan kakinya mendekati pemilik warung kaki lima tersebut.
"Tapi ...," ucap pemilik warung kaki lima tersebut tidak berani untuk melanjutkan perkataannya kembali meski ia sendiri masih bingung dan heran akan kejadian yang tidak ingin menimpa dirinya hari ini.
"Apa kau berani macam-macam dengan kami," balas anggota geng yang meminta uang keamanan tersebut.
"Tapi ... minggu ini kami telah memberikan uang keamanan kepada yang biasanya, apa kau anggota baru mereka," ucap pemilik warung kaki lima tersebut berkata jujur.
"Bicara apa kau!" ucap Ketua Geng tersebut emosi dan tidak sabar sembari menarik kerah baju pemilik warung kaki lima tersebut.
"Aku bukan bagian dari mereka ... jangan kau berpikir kelompok kami sama dengan geng rendahan yang hanya bisa kabur dan menyembunyikan diri mereka seperti tikus," ucap Ketua geng tersebut.
Setelah menyelesaikan perkataannya, Ketua Geng tersebut mendorong yang mengakibatkan laki-laki pemilik warung kaki lima tersebut jatuh dan secara tidak sengaja tangan kirinya menyentuh lapak dagangannya sehingga buah-buahan yang telah tersusun rapi akhirnya berjatuhan.
"Ukhh," ucap pemilik warung buah kaki lima tersebut terjatuh.
"Huh, kau rasakan akibatnya kalau berani melawan pimpinan kami. Lebih baik segera kau berikan saja uangnya, maka kau tidak akan menderita seperti sekarang," ucap salah satu anggotanya yang baru saja mendekati tempat tersebut.
"Kalian semua ingat, sekarang pasar ini berada di bawah pengawasanku, dan ... bagi siapa yang tidak suka, silahkan pergi dari tempat ini sekarang juga," ucap Ketua geng tersebut sembari mengalihkan pandangannya ke beberapa pemilik warung kaki lima lainnya.
Tiba-tiba saja, tanpa memberikan instruksi yang jelas, ke dua anggota Ketua geng tersebut langsung bertindak sembarangan untuk mengacak-acak barang dagangan pemilik warung kaki lima tersebut, yang pada akhirnya lapak laki-laki tersebut hancur berantakan.
"Aku senang sekali kalau melakukan tindakan yang menyenangkan seperti menghancurkan sesuatu yang tidak berguna sama sekali seperti warung ini, hahahaha," ucap anggota pertama Ketua geng tersebut lalu tertawa.
"Sudah selesai, Bos. Kira-kira lapak pedagang mana lagi yang harus kami hancurkan agar mereka dapat mendengarkan dengan baik apa yang Bos katakan?" tanya rekan dari anggota pertama tersebut.
"Sabar ... kita tunggu dan lihat saja, jangan terlalu gegabah dalam bertindak. Kalian tidak ingin ladang uang kita hilang di depan mata, bukan!?" ucap Ketua geng tersebut yang tiba-tiba saja mendapatkan ide cemerlang yang dapat menguntungkan dirinya.
"Mulai besok ... uang keamanan akan naik dua kali lipat dari biasanya, dan kami akan menagih uang tersebut dua hari sekali, jadi ... kalian ingat dua hal tersebut dengan baik-baik. Kalau tidak ...," ucap Ketua geng tersebut tidak melanjutkan perkataannya dan segera memberikan sebuah tendangan kaki kanan ke arah lapak laki-laki pemilik warung buah-buahan yang sudah tidak berbentuk lapak tersebut.
"HAHAHAHA!!!" tawa ke dua anggotanya tersebut lalu ikut kembali merusak lapak yang sudah semakin hancur dan tidak berbentuk lagi, yang kemudian menginjak sampai hancur beberapa buah-buahan yang menjadi dagangan dari warung kaki lima yang mereka hancurkan.
"Tolong ... jangan rusak lagi warung milikku," ucap pemilik warung kaki lima tersebut meminta agar mereka menghentikan tindakan mereka.
******
Tidak jauh berada dari lokasi pengrusakan terhadap salah satu pemilik warung, Jack yang ingin kembali ke tempat penampungannya cukup memperhatikan terlebih dahulu aksi geng kecil tersebut. Selain karena ia anggota baru dan tidak terlalu mengenal dengan beberapa geng yang ada di beberapa sektor di Distrik M, Jack tidak ingin menimbulkan keributan lain setelah aksi yang mereka lakukan kemarin.
"Mereka ini ... hanya mengambil kesempatan saat kelompok kami sedang kacau. Tapi, aku juga tidak dapat berbuat sesuatu untuk menarik perhatian publik kembali, dan harus segera pulang ke tempat penampungan," gumam Jack yang tidak lupa mengirimkan pesan kepada satuan MOP untuk segera datang ke lokasi tersebut.
"Lebih baik aku segera meninggalkan tempat ini sebelum terjadi hal-hal yang tidak aku inginkan," ucap Jack segera melanjutkan langkah kakinya kembali sembari mendengar ada bisik-bisik tetangga yang kebetulan terdengar oleh Jack.
"Mereka sungguh kejam sekali, berbeda dengan sebelumnnya," bisik pemilik warung lain pada rekan pemilik warung yang ada disebelahnya.
"Benar, ini sudah tidak berkeprimanusiaan. Sampai harus menghancurkan lapak miliknya," balas rekan pemilik warung tersebut.
"Apa sebaiknya kita segera laporkan terlebih dahulu kejadian ini kepada MOP agar segera mengatasi hal ini," tanya pemilik warung pertama tersebut.
"Baiklah, aku akan menghubungi MOP agar segera datang untuk dapat mengatasi hal ini," balas pemilik warung tersebut.
"Hei, tunggu dulu. Jangan kau lakukan dulu, sebab salah satu dari mereka sedang menuju ke arah kita," ucap rekan pemilik warung tersebut terkejut melihat salah satu anggota Ketua geng yang lainnya sedang melangkah ke arah mereka.
"Apa!" ucap pemilik warung tersebut terkejut.
"Salah satu anggota mereka sedang menuju kemari, lebih baik kita bersikap seperti biasa terlebih dahulu agar tidak mengalami nasib yang sama seperti pemilik warung tersebut," ucap rekan pemilik warung lalu kembali ke lapaknya.
Mendengar perkataan salah satu pemilik warung tersebut pada akhirnya menghentikan langkah Jack untuk pergi dari tempat tersebut, dan menunda kepulangannya ke tempat penampungan untuk melihat situasi yang akan terjadi sembari berpura-pura melihat barang dagangan yang telah tertata rapi.
"Lebih baik aku lihat kondisinya terlebih dahulu. Aku juga tidak bisa meninggalkan para penjual yang ada disini, sebab aku juga merupakan salah satu bagian dari kelompok Kak Billy yang setidaknya memberikan perlindungan bagi para penjual yang ada di tempat ini," gumam Billy.
"Aku dari tadi memperhatikan kalian berdua dari kejauhan akan melakukan tindakan yang tidak-tidak, apa boleh aku mengetahuinya," ucap salah satu anggota geng yang akhirnya telah sampai di warung kaki lima dari dua pemilik yang ingin melaporkan kejadian tersebut kepada satuan tugas MOP.
"Apa kalian tidak dapat mendengarkan apa yang aku katakan, lebih baik kalian berdua bicara jujur ... karena aku lebih sabar dari dua orang rekan disana," ucap anggota geng tersebut sembari menunjuk ke arah rekannya yang telah selesai ikut ketua mereka dengan jari jempol tangan kirinya.
Ke dua pemilik warung kaki lima yang lapaknya saling berdekatan tersebut hanya terdiam dan tidak berani untuk mengatakan apapun. Hal ini dikarenakan, mereka takut apabila dugaan anggota geng tersebut benar tentang apa yang ia lihat, maka nasib mereka berdua akan sama dengan lapak laki-laki yang telah hancur tersebut.
"Apa mereka berdua sengaja tidak ingin mengatakannya, jelas-jelas aku melihat salah satu dari mereka memegang alat komunikasi seperti ingin menghubungi seseorang yang kemungkinan besarnya adalah MOP," gumam anggota geng tersebut.
"Baiklah, kalau kalian tidak ingin mengatakannya kepadaku," ucap anggota geng tersebut sembari bersiap mengayunkan sebuah stik pemukul baseball yang sejak tadi ia bawa kemana-mana sebagai senjata perlindungan apabila ada yang berani berbuat yang tidak baik.
"Kalau tidak salah, dia yang memegang alat komunikasi tersebut," gumam anggota geng sembari mengalihkan pandangannya ke arah pemilik warung kaki lima yang dimaksud.
"Maafkan saya, tolong jangan hancurkan lapak saya," ucap pemilik warung yang ingin menghubungi MOP tersebut.
"Bapak tua ... dari tadi aku sudah memberitahukan kepadamu, lebih baik kau berbicara jujur dan segera mempersiapkan uang keamanan untuk kami. Cukup usia dirimu saja yang sudah akan memasuki masa pensiun hidup, jangan sampai warung milikmu ini akan mendahuluimu terlebih dahulu," ucap anggota geng tersebut sembari bersiap menghancurkan lapak tersebut.
Namun, sebelum anggota geng tersebut membuat stik pemukul baseball yang ia bawa menghantam lapak, Jack segera mengambil tindakan terlebih dahulu dengan berpura-pura ingin membeli produk aneka gantungan kunci tersebut.
"Berapa harga produk ini, Pak?" tanya Jack sembari menahan ayunan stik pemukul baseball anggota geng tersebut.
Laki-laki pemilik warung kaki lima tersebut hanya bisa terkejut dengan apa yang dilihat olehnya, begitu pula dengan anggota geng sembari bergumam, "Kuat sekali genggamannya, aku tidak bisa menggerakkan tanganku lagi untuk menarik stik pemukul baseball milikku dari genggamannya."
"Bapak, apa kau tidak mendengarkanku," ucap Jack kembali dengan berpura-pura tidak memahami situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya.
"Hah, anu ... anu ...," ucap laki-laki tersebut terbata-bata dan tidak dapat melanjutkan kembali perkataannya karena situasi yang sedang terjadi dihadapannya dapat berujung pada kekacauan yang menimpa pemilik warung kaki lima yang telah dihancurkan lapaknya.
"Hei, apa kau tidak ada kegiatan lain, atau kau memang sudah bosan untuk melanjutkan hidupmu," ucap anggota geng tersebut dengan masih berusaha untuk melepaskan stik pemukul baseball miliknya dari genggaman Jack.
"Hei, apa kau tidak mendengarkanku," ucap anggota geng tersebut untuk kedua kalinya karena Jack dengan sengaja tidak mendengarkan sembari memperhatikan dengan seksama produk yang dipegangnya.
"Cecunguk kecil ini sungguh berisik sekali, pantas saja kelompok mereka selalu berada di bawah kelompok Kak Billy, hanya berani menindas yang lemah secara berkelompok. Apa begini geng ikan teri yang tidak punya nilai dan harga diri yang tinggi ingin unjuk taring," gumam Jack.
"Hei, apa kau tidak mendengarkanku," ucap anggota geng tersebut untuk ketiga kalinya.
******
"Apa yang terjadi disana, bukankah itu anggotaku, dan siapa laki-laki itu," gumam Ketua Geng tersebut karena tidak sengaja melihat ada keributan yang terjadi dengan salah satu anggotanya.
Dikarenakan tindakan yang dilakukan oleh Jack, Ketua Geng yang memperhatikan kejadian tersebut dari kejauhan akhirnya memutuskan untuk mendatanginya sembari memberikan instruksi kepada anggota-anggota yang lain untuk segera pergi ke tempat Jack berada.
"Lebih baik aku segera pergi ke sana sebelum ladang uang yang baru saja aku temukan tidak hilang maupun diambil oleh orang lain," gumam Ketua geng sembari mengeluarkan senyum liciknya, lalu melangkah pergi dari tempat tersebut.
"Tunggu kami, Bos!" ucap anggotanya melihat kepergian pimpinan menuju sumber keributan baru, yang kemudian diikuti dengan anggota yang satunya lagi.
"Apa mereka mulai memperhatikanku sekarang. Baiklah, setidaknya lapak pemilik Bapak ini tidak jadi mengalami kejadian yang sama seperti pemilik warung sebelumnya," gumam Jack sembari meletakkan produk dagangan yang dipegangnya.
"Bapak tidak perlu khawatir, aku telah menghubungi satuan MOP sebelumnya. Jadi ... silahkan lanjutkan kegiatan jual belinya. Aku permisi terlebih dahulu," ucap Jack melangkah pergi menjauh dari warung kaki lima tersebut.
Sembari masih menggenggam stik pemukul baseball anggota geng sebelumnya dengan diiringi langkah terpaksa dari si pemilik stik pemukul baseball tersebut yang tidak ingin melepaskan barang miliknya, Jack berinisiatif mendekati langkah kaki ketua geng yang sedang menuju ke arah dirinya.
"Hei, lepaskan genggaman tanganmu. Hei ... apa kau tidak mendengarkan---" ucap anggota geng tersebut tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena Jack harus membungkam mulutnya dengan hantaman stik pemukul baseball miliknya sendiri sehingga terlihat jejak merah secara horizontal di wajah anggota geng tersebut.
"Berisik sekali," gumam Jack yang berhasil mendapatkan stik pemukul baseball tersebut dari genggaman pemilik aslinya yang telah terjatuh tidak sadarkan diri dengan beberapa gigi yang rontok dan hidung yang patah.
"Mudah-mudahan ini adalah tindakan yang terbaik dan paling tepat untuk aku lakukan," gumam Jack.
Tidak lama kemudian, Jack telah berhasil dikelilingi oleh beberapa anggota geng tersebut dengan mempersenjatai diri mereka masing-masing, sementara beberapa anggota lain berusaha menyelamatkan rekan mereka yang telah tidak sadarkan diri karena perbuatan Jack. Para pengunjung yang kebetulan sedang berada di lokasi memilih untuk menghentikan transaksi jual beli dengan para pedagang yang sibuk membereskan dagangan mereka karena takut akan kejadian yang sewaktu-waktu dapat menimpa diri mereka.