"Lebih baik kau urus pekerjaanmu saja, jangan ikut campur urusan orang lain. Kau tidak akan tahu akibat yang akan kau terima apabila masih saja ingin tahu urusan orang lain," jawab Ketua Tim Task Force Patrol.
"Setelah menerima panggilan selama perjalanan menuju ke lokasi kejadian ini, Kapten Bram berubah menjadi sosok yang berbeda," gumam Ketua Tim Task Force Patrol sembari melihat kepergian Kapten Bram.
******
******
Sunday, 11 December 2253, 09:40:08
******
Dua kendaraan patroli MOP dan satu unit kendaraan untuk mengangkut tahanan dengan kualitas lebih baik yang berhasil dibeli dari bantuan dana pihak militer pusat tiba dipersimpangan lampu merah. Meskipun kondisi jalan yang tidak terlalu ramai dan macet, namun para warga sipil yang melakukan aktivitas telah menyeberang dan mengakibatkan kendaraan patroli MOP maupun kendaraan lainnya berhenti sesaat.
Dengan adanya krisis dalam pertumbuhan ekonomi yang hanya dikontrol oleh pusat, keadaan politik antar negara di seantero benua, maupun kesenjangan dalam mendapatkan penghidupan yang layak menyebabkan tidak banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi, terlebih lagi bagi warga yang berada di zona kuning.
"Apa kita tidak perlu melewati lampu penyeberangan jalan saja, Kapten Bram! Kalau begini kita akan terlambat menuju lokasi dan akan membahayakan anggota patroli kita," ucap Ketua Tim Task Force Patrol yang berada di belakang kemudi.
"Kau tidak perlu khawatir, tenang saja. Kalian adalah tenaga baru yang direkrut dari pasukan serbu militer yang membantu kami dalam menangani masalah beberapa hari kemarin. Hanya saja, karena kelebihan dan kemampuan kalian yang berbeda maka pembagian tugas tetap diperhatikan," ucap Kapten Bram.
Seluruh anggota tim Task Force Patrol dari unit Letnan Varischa yang berada dalam kendaraan tersebut hanya terdiam akan kebenaran yang telah diucapkan oleh Kapten Bram. Seharusnya mereka dapat bertindak secara profesional dalam bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab unit kerja masing-masing.
"Meski baru pertama kali kalian menghadapi kejadian seperti ini dengan unit kerja yang berbeda, akan tetapi ... bukan berarti kemampuan yang kalian dapatkan di akademi militer tidak menghilang begitu saja, bukan begitu!?" ucap Kapten Bram menjelaskan kembali.
"Siap! Kapten Bram! Terima kasih atas sarannya ... dan aku mengaku salah," ucap Ketua Tim Task Force Patrol tersebut sembari memberi hormat dari balik kemudinya yang diikuti dengan anggota lain yang berada dalam kendaraan tersebut.
"Sudah, sudah ... perhatikan saja arah jalan yang ada di depanmu," ucap Kapten Bram.
"Drrtt ... drrrrrtttt," tiba-tiba AD milik Kapten Bram bergetar.
"Ada apa Kak Lune mengirimkan aku pesan? Tidak biasanya, atau jangan-jangan ini pertanda kalau langit akan runtuh seketika," gumam Bram bertanya heran melihat pesan masuk dengan nama Kak Lune Tercinta sebagai nama pengirimnya.
"Setiap kali aku melihat nama IP ini, mau tertawa kalau sampai Kak Lune tahu aku akan habis dihajarnya ... kalau aku ganti dan Kak Lune juga tahu, maka ...," gumam Bram sembari menundukkan kepalanya dan membuat heran Ketua Tim Task Force Patrol yang hanya bisa melirikkan matanya, namun tidak berani untuk mengganggu karena mendapatkan instruksi untuk memperhatikan arah jalan yang ada didepannya.
******
From: Kak Lune Tercinta
Subject: Rest In Peace If You Can't Do It
Content:
Segera cari tempat pemberhentian dalam waktu kurang dari tiga menit setelah pesan ini kau baca, karena aku akan segera menghubungimu. Segera laksanakan apa yang aku perintahkan, jangan terlalu banyak berpikir dan bertanya, maupun melakukan asumsi konyolmu.
Telat sedikit saja ... END.
******
"Aku tidak tahu apa lagi permasalahan yang membuat Kak Lune menginginkan nyawaku, lebih baik aku pikirkan mencari tempat untuk menerima panggilannya dalam waktu kurang dari tiga menit lagi," gumam Kapten Bram sembari meletakkan earphone di telinga kirinya dan segera membuka GPS.
"Dan, aku paham arti dari tiga menit tersebut adalah tiga kali suara panggilan yang menandakan bahwa saluran komunikasi telah terhubung," gumam Kapten Bram semakin cemas dan tidak terasa keringat dinginnya mengalir di pelupuk mata kirinya.
Kendaraan yang membawa rombongan Kapten Bram akhirnya melanjutkan perjalanan mereka kembali menuju lokasi kejadian perkara. Dimana, dalam kejadian tersebut para tersangkat berhasil melumpuhkan dua anggota patroli MOP yang telah datang terlebih dahulu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
"Lebih baik aku berhenti disini saja terlebih dahulu," gumam Kapten Bram sembari melihat ada sebuah toko retail atau swalayan.
Para rombongan yang berada dalam satu kendaraan dengan Kapten Bram mulai menunjukkan sikap heran mereka atas sikap Kapten mereka yang berubah menjadi tidak tenang dan gelisah tanpa tahu sebab yang jelas. Namun, belum ada satu orang pun yang berani untuk mempertanyakan perihal tersebut setelah kejadian yang menimpa Ketua Tim mereka sebelumnya.
"Tenang ... tenang, semua akan baik-baik saja, semoga. Tapi, aku juga tidak ingin anggota patroli MOP yang ada di dalam kendaraan ini merasa khawatir melihat sikapku," gumam Kapten Bram yang sadar akan reaksi anggota sementaranya sembari mengusap keringat yang hampir jatuh ke mata kirinya.
"Berhenti di toko retail atau swalayan beberapa meter lagi," instruksi Kapten Bram sembari menutup GPS.
"B-Baik, Kapten Bram!?" jawab Ketua Tim Task Force Patrol tanpa banyak bertanya.
"Beberapa saat yang lalu aku sudah memberitahu kalian bahwa kita harus bersikap profesional dalam bekerja, aku hanya ingin menemui informanku tidak kurang dari lima menit. Jadi, jangan khawatir dan terlalu banyak bertanya," ucap Kapten Bram memberikan alasan untuk menenangkan anggota sementaranya.
"Lagipula, jarak lokasi kejadian juga tidak terlalu jauh lagi. Selain itu, apabila ada yang membocorkan pertemuanku dengan informan yang aku temui hari ini ... aku tidak segan-segan untuk mengirimnya untuk mengikuti persidangan terakhir di sisa usianya," ucap Kapten Bram dengan tatapan serius.
"B-Baik, Kapten Bram!?" ucap seluruh anggota MOP yang berada dalam kendaraan tersebut.
"Bagus ... setidaknya mereka tidak akan membuka mulut untuk sementara waktu dan bertanya lebih jauh mengenai tindakanku saat ini," gumam Kapten Bram merasa senang.
"Oh iya, satu lagi. Non-aktifkan saja dulu sirinenya sehingga tidak menarik perhatian warga dan membuat kerumunan massal yang dapat mengganggu kenyamanan publik, tolong kau sampaikan itu juga ke kendaraan yang lainnya juga," ucap Kapten Bram.
"Baik! Kapten Bram!" ucap Ketua Tim Task Force Patrol yang berada dibalik kemudi kendaraan tersebut
sembari mematikan sirine, lalu menyampaikan instruksi dari Kapten Bram kepada iringan kendaraan yang lainnya.
Tidak berapa lama tempat yang dimaksud oleh Bram terlihat didepan mata, lalu Ketua Tim menyalakan lampu kendaraan yang menandakan bahwa mereka akan menepi di tepi jalan tanpa masuk ke pelataran. Hal ini dikarenakan, Kapten Bram telah menyampaikan bahwa ia tidak akan lama berada ditempat tersebut.
"Kalian semua tunggu disini ... jangan ada satu pun yang coba-coba untuk mengikutiku," ucap Kapten Bram tergesa-gesa membuka pintu kendaraan tersebut lalu berlari kecil untuk memasuki toko retail tersebut tanpa menutup kembali pintu kendaraan.
******
"Drrtt ... drrrrrtttt," tiba-tiba AD milik Bram bergetar.
"Ada perlu apa, Kak Lune?" tanya Bram seketika setelah berhasil masuk ke toko retail tersebut dan berpura-pura memilih produk yang dijual.
"Apa kau sudah sampai dilokasi kejadian?" tanya Lune.
"Mengapa Kak Lune bisa mengetahui bahwa aku sekarang akan menuju lokasi kejadian untuk menggantikan Victoria, apa Varischa mengenal Kak Lune. Atau, ada mata-mata Kak Lune di markas MOP. Tapi, itu tidak mungkin," gumam Bram yang tidak habis pikir mengapa Lune selalu tahu apa saja yang diperbuat oleh saudara-saudaranya yang lain.
"Haaaahhhh," ucap Lune menghela napasnya karena Bram sedang asyik sendiri berdendang ria dengan asumsi-asumsi konyol seperti yang telah Lune sampaikan melalui pesannya.
"Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu melalui pesan yang aku kirim sebelumnya, cukup kau dengar apa yang aku katakan ... dan jangan memasuki dunia asumsi konyolmu itu saat ini," ucap Lune sembari menaikkan intonasi suaranya.
"M-Maaf ... maaf, Kak Lune. Aku tidak bermaksud be---" ucap Bram tidak menyelesaikan perkataannya karena langsung di potong oleh Lune.
"Apa kau mau hutangmu bertambah kembali, Bram?" tanya Lune tiba-tiba mendapatkan ide yang membuat Bram kembali cemas.
"Ahahaha, tidak ... jangan, Kak Lune. Aku mohon kepada Kakak untuk memberikan sedikit keringanan untuk adik tersayangmu ini," ucap Bram memohon.
"Brwwaaahhh," bunyi suara Lune seperti orang yang mau muntah.
"Apa kau mau membuatku mual hanya mendengar kata-katamu tadi, Bram! Saat ini aku juga tidak punya banyak waktu untuk mendengar omong kosongmu ... kecuali kalau kau ingin membayar hutang-hutang janjimu sekarang juga," ucap Lune ketus dan mulai emosi.
"Karena ... kau tahu sendiri, bukan!? Aku tidak ingin terlalu percaya lagi dengan perkataanmu sejak saat itu," ucap Lune sembari menjelaskan letak permasalahan mengapa ia seringkali benci mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Bram.
"T-tapi, itu sudah sangat lama, Kak Lune!? Aku juga sudah minta maaf pada hari itu," ucap Bram membela diri.
"Benar, waktu itu kau sudah meminta maaf kepadaku, tapi ... setelah aku cabut salah satu gigi geraham dari mulutmu," ucap Lune semakin emosi.
"Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kak Lune," gumam Bram menyesali ucapannya yang mengakibatkan kehadiran kenangan buruk yang tidak ingin diingatnya kembali.
"Haahhh, sudah ... cukup. Sekarang, dengarkan aku baik-baik. Tidak penting bagimu bagaimana aku tahu keberadaanmu, maupun caraku mengetahui hal tersebut. Untuk hari ini karena ada pekerjaan lain, kau bawa saja Jack ke markas MOP untuk hari ini ... jangan kau bawa ia pulang," ucap Lune.
"Apa maksud dari perkataan, Kak Lune? Aku saat ini tidak sedang bersama dengannya, Kak Lune?" tanya Bram merasa heran karena Lune menyebutkan nama Jack.
"Bukannya aku sudah mengatakan kau tidak perlu tahu bagaimana aku tahu, dan caranya sehingga aku dapat mengetahui hal tersebut, paham!!" bentak Lune.
"B-Baik, Kak Lune. Aku mengerti, maafkan aku," ucap Bram menyesali perkataannya yang terus membuat Lune emosi.
"Pokoknya hari ini kau urus Jack terlebih dahulu dan jangan sampai ia kembali ke rumah ( tempat penampungan ), bawa dia ke markas MOP, tapi ... jangan lupa untuk menghilangkan statusnya sebagai saksi. Besok, baru kau bawa ia kembali," ucap Lune.
"Berarti aku harus bermalam di markas sembari mengawasi Jack, bukan begitu, Kak Lune!?" tanya Bram penasaran.
"Untuk kali ini aku ucapkan selamat untuk ketepatan atas dugaan yang berikan padaku," ucap Lune.
"B-Baiklah, Kak Lune. Aku mengerti sepenuhnya," ucap Bram tidak tahu harus berkata apa-apa lagi sembari menundukkan kepalanya.
"Bagus kalau kau sudah mengerti. Oh iya, satu hal lagi ... jangan kau lupa untuk melunasi hutang janjimu besok. Setidaknya bonus yang kau janjikan dapat aku terima esok hari," ucap Lune kemudian menutup saluran komunikasi mereka.
"Habislah aku, mengapa hari pertama masuk kerja aku malah mendapatkan kesialan seperti ini. Haaahhhhh," gumam Bram menghela napas sembari melangkahkan kakinya menuju ke tempat kasir.
"Tapi, yang membuat aku penasaran ... mengapa Kak Lune menyebutkan Jack, sementara aku sendiri tidak tahu keberadaan Jack saat ini," gumam Bram.
"Apa ada yang bisa dibantu, Pak!?" tanya kasir tersebut.
"Aku membeli dua bungkus rokok ini," ucap Bram sembari memberikan rokok yang dibelinya agar tidak terlalu mencurigakan para karyawan toko retail tersebut.
"Semuanya $ 15,8 ... apa ada yang lainnya, Pak?" tanya kasir tersebut sembari menerima uang pemberian Bram.
"Tidak ada, terima kasih," ucap Bram.
Alhasil, Bram membeli dua bungkus rokok kembali meski di kantong jaket yang dipakainya masih ada satu bungkus yang berisi enam puntung rokok. Kemudian, tidak berapa lama Bram telah masuk kembali ke mobil patroli yang membawanya yang telah dihidupkan mesin kendaraan tersebut agar tidak membuang-buang waktu lebih lama
kembali.
******
"Segera nyalakan sirine, dan ... tancap gas," perintah Kapten Bram sembari memasang sabuk pengaman.
Tanpa banyak berkata-kata lagi, Kapten Bram langsung memberi perintah untuk segera meluncur ke lokasi kejadian meskipun ia sendiri masih belum memahami beberapa pemikiran tentang sejauhmana Lune mampu menerima informasi yang terkadang membuat Bram bisa terkena serangan jantung tiba-tiba.
"Siap! Laksanakan!" jawab Ketua Tim Task Force Patrol dari dibalik kemudi mobil yang membawa rombongan tersebut.
******
******
Sunday, 11 December 2253, 11:03:44 ( Lokasi Kejadian Perkara )
******
Suasana pada pusat perdagangan kaki lima yang ada di Sektor Barat Distrik M telah berhasil diatasi oleh satuan tugas MOP dibawah komando Kapten Bram untuk sementara waktu, sampai Kapten Victoria kembali normal dan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Sementara, pihak wartawan dan pencari berita telah berkumpul untuk meminta keterangan kepada Bram.
"Tunggu dulu ... tunggu dulu," ucap Kapten Bram menenangkan para wartawan saat ingin kembali ke mobil patroli MOP dan membawa Jack pergi dari lokasi kejadian ini.
"Aku disini hanya menjalankan tugas untuk mengawasi tindakan diluar pelanggaran kekerasan dan tindakan yang merugikan orang lain, kalau kalian ingin tahu lebih jelas dan detailnya ... langsung saja wawancara ke Ketua Tim Task Force Patrol yang berada disana," ucap Kapten Bram sembari menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Tapi, Kapten Bram. Apa Kapten tidak bisa memberikan komentar tentang kejadian hari ini," ucap salah satu wartawan sembari menodongkan alat perekam suara miliknya.
"Benar, Kapten Bram. Bagaimana tindakan yang akan diambil selanjutnya oleh satuan tugas MOP," ucap wartawan lain sembari bersiap menuliskan beberapa kalimat yang mungkin akan keluar dari mulut Kapten Bram dalam menanggapi pertanyaannya.
"Lalu, apa ini ada kaitannya dengan keadaan keamanan yang sedikit longgar akibat kejadian kemarin, sehingga geng-geng kecil mulai bermunculan dimana-mana, dan melakukan tindak kekerasan," ucap wartawan yang berada dibelakang wartawan yang mengeluarkan alat perekamnya.
Melihat kerumunan wartawan yang mendesak Kapten Bram, dengan memberikan instruksi kepada beberapa rekan kerjanya, Ketua Tim Task Force Patrol segera bertindak untuk mengamankan Kapten Bram.
"Kalian semua harap tenangkan diri kalian terlebih dahulu, untuk saat ini kami sedang mengumpulkan beberapa keterangan terhadap para saksi maupun korban. Selain itu, aku akan menjawab pertanyaan kalian satu per satu, jadi harap tenang terlebih dahulu," ucap Ketua Tim Task Force Patrol tersebut yang akhirnya dapat memberikan perlindungan kepada Kapten Bram agar tidak didesak oleh wartawan untuk menjawab beberapa pertanyaan.
"Terima kasih atas bantuannya," ucap Kapten Bram sembari menepuk bahu Ketua Tim Task Force Patrol.
"Tidak masalah, Kapten. Silahkan lanjutkan perjalanan Anda kembali, urusan dengan para wartawan ... serahkan saja kepadaku," ucap Ketua Tim Task Force Patrol tersebut.
"Baiklah, tapi jangan sampai lupa untuk memberikan laporan lengkap kepada Kapten Victoria atau Letnan Varischa setelah kalian menyelesaikan urusan di tempat ini," ucap Kapten Bram mengingatkan.
"Siap! Terima kasih atas sarannya, Kapten!" ucap Ketua Tim Task Force Patrol tersebut.
"Kapten Bram, tunggu dulu," ucap wartawan yang menggunakan alat perekam.
"Kapten ... Kapten," panggil wartawan lainnya.
Tidak membuang kesempatan yang diberikan oleh Ketua Tim Task Force Patrol tersebut, Kapten Bram segera berlari kecil menuju ke arah kendaraan patroli MOP yang telah ada Jack di dalamnya. Sementara, para wartawan akhirnya menyerah dan memulai sesi wawancara mereka dengan Ketua Tim Task Force Patrol.
"Haahhh, akhirnya aku dapat terlepas dari jeratan pertanyaan para wartawan," ucap Bram sembari menutup pintu mobil patroli MOP tersebut dan tidak lupa untuk memasang sabuk pengamannya.
"Apa urusan Kakak telah selesai?" tanya Jack.
"Tapi, aku lihat para wartawan sepertinya masih menagih jawaban dari hutang pertanyaan yang telah mereka berikan sebelumnya," ucap Jack.
"Haaahhh, kau jangan mengingatkanku soal hutang terlebih dahulu. Saat ini, hidupku seakan-akan penuh dengan hutang yang setiap saat dapat membuatku merasa tidak bisa hidup dengan nyaman," ucap Bram.
"Hahahahahaha," tawa Jack menanggapi perkataan Bram, sebab ia paham betul apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Bram.
"Oh iya, Kak Bram. Aku ingin minta tolong kepada Kakak untuk menghilangkan status saksi dari diriku, karena aku tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan MOP yang apabila mereka mengetahui kita ini bersaudara dapat membuat nama baik Kakak akan buruk," ucap Jack memohon.
Bram yang mendengar ucapan Jack tersebut langsung teringat dengan pesan yang telah disampaikan oleh Lune sebelumnya, meskipun kalau Bram mengetahuinya dari awal maka ia akan melakukan hal yang sama seperti yang telah disampaikan oleh Lune ketika menghubungi Bram saat berada di toko retail.
"Mungkin ini maksud dari perkataan Kak Lune sebelumnya, tapi aku tidak yakin semua peringatan tersebut untuk menjaga nama baikku. Aku tidak percaya hal tersebut sampai kapan pun," gumam Bram merasa tidak percaya.
"Sudah, kau tenang saja. Status dirimu sebagai saksi juga sudah aku bereskan," ucap Bram yang kemudian menyalakan mesin kendaraan mobil patroli MOP tersebut.
"Terima kasih, Kak Bram. Untuk saat ini---" ucap Jack yang tidak menyelesaikan perkataannya karena langsung dipotong oleh Bram.
"Tidak perlu kau pikirkan lebih jauh. Tapi, sebelum itu aku harus pergi ke ATM terlebih dahulu sebelum waktu penghakiman untukku akan dimulai. Selain itu, ini sudah hampir mendekati jam makan siang," balas Bram kemudian menginjak pedal gas untuk segera pergi menghindar dari lokasi kejadian.
"Hahahahaha, kalau urusan perut ... Kak Bram tidak kalah dengan Lunnaya," gumam Jack sembari tersenyum.