Tanpa terasa hari bergulir begitu cepat, seiring dengan aktivitas-aktivitas para warga yang ada di Distrik M, Kota Refugio yang mulai memenuhi jalanan untuk kembali ke tempat tinggal mereka masing-masing. Begitu pula para pengungsi yang kembali berbaris rapi untuk antri mendapatkan makan malam mereka.
******
Sunday, 11 December 2253, 19:13:55
******
Yuri, Lune, Charlotte dan Susan pun menyibukkan diri mereka untuk membantu mengkoordinir dan memberikan makan malam bagi para penghuni tempat penampungan tersebut seperti biasa. Karena jumlah panitia sudah lengkap, maka Lousiana dan beberapa rekan kerjanya bisa beristirahat sejenak di ruang kerja utama. Sementara, Lunnaya belum diketahui kabar beritanya.
"Akhirnya ...," ucap Charlotte.
"Hahaha, Kakak istirahat saja terlebih dahulu seperti biasa. Biar aku membereskan peralatan lauk pauk ini terlebih dahulu," ucap Susan.
"Terima kasih, Susan. Maaf tidak bisa membantu lebih banyak, Lune!?" ucap Charlotte saat melihat Lune berada dihadapannya.
"Kau istirahat saja, jangan terlalu banyak berbicara," balas Lune.
"B-Baik," balas Charlotte singkat.
Charlotte yang belum terbiasa membantu untuk melakukan kegiatan tersebut segera bersandar di salah satu kursi panitia pemberian makan gratis tersebut. Sebab, Charlotte belum terbiasa bekerja yang membutuhkan banyak tenaga tersebut.
"Terima kasih atas bantuannya, Char!?" ucap Yuri yang tiba-tiba datang menghampiri Charlotte sembari memberikan air mineral botol.
"Te-terima kasih, Yuri. Sekali lagi ... terima kasih banyak," balas Charlotte terkejut.
Ternyata dari kejauhan, Yuri melihat kondisi Charlotte yang masih belum terbiasa melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga, selain berinteraksi dengan para pengungsi tersebut. Meski Charlotte sudah tidak asing dengan keadaan tempat penampungan ini.
"Apa kau masih membutuhkan sesuatu ... atau kau ingin aku bantu untuk membawamu ke ruangan Lune agar dapat beristirahat," ucap Yuri sembari berusaha menawarkan jasa pengangkatan barang gratis.
"Ahaha ... tidak perlu, Yuri. Aku masih bisa kalau hanya untuk kembali ke ruangan Lune," balas Charlotte merasa tidak nyaman.
"Apa kau memiliki banyak waktu luang sehingga hanya kau gunakan untuk mengobrol, Yuri!?" hardik Lune tiba-tiba dan sudah berada di belakang Yuri sembari memperhatikan aksi roman picisan basi yang ada dihadapannya.
"Kau ini membuatku terkejut saja, Lune," sahut Yuri sembari membalikkan tubuhnya, sehingga saat ini mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain.
"Aku hanya menawarkan bantuan saja ... lagipula saat ini Char---" ucap Yuri yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena langsung dipotong oleh Charlotte sembari menarik ujung baju yang dikenakan Yuri.
"Hah! Ada apa, Char?" tanya Yuri terkejut.
Melihat situasi yang terjadi saat ini, Susan yang baru saja tiba di belakang Lune hanya mencoba untuk tidak memperhatikan perihal tersebut dan tetap mengerjakan pekerjaannya. Alhasil, membuat Lune menyerah dan tidak ingin meneruskan tegurannya kepada Yuri.
"Sudahlah ... kalau kau sudah selesai dengan Charlotte, segera bereskan perlengkapan-perlengkapan lainnya," ucap Lune sembari menjauh dari mereka berdua.
"B-Baik, Lune. Aku akan segera mungkin membereskannya," balas Yuri merasa tidak nyaman dan sedikit canggung dengan keadaan tersebut.
"Aduh ... Char, seharusnya kau melihat situasi yang ada disekitarmu dulu. Jangan asal bertindak seperti ini," gumam Charlotte merasa malu dan tidak tahu kenapa sampai berbuat seperti itu.
Dengan pekerjaan yang masih ada di depan mata, namun bukan bermaksud untuk tidak memperdulikan sikap Charlotte terhadap dirinya, akhirnya Yuri melepaskan genggaman tangan kanan Charlotte yang memegang baju yang dikenakannya.
"Kau tenang saja ... aku tidak akan pergi kemana-mana," ucap Yuri.
"Kalau kau membutuhkan sesuatu ... panggil saja aku, oke. Baiklah, aku tinggal terlebih dahulu untuk membantu Lune dan Susan," ucap Yuri.
"Terima kasih, Yuri." balas Charlotte.
Yuri akhirnya meninggalkan Charlotte untuk beristirahat sembari mengangkat sebuah panci yang berukuran cukup besar yang belum dibawa oleh Lune dan Susan. Charlotte pun hanya merasa senang sembari melihat kepergian Yuri dengan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya.
"Aku tidak akan menyerah begitu saja, Yuri. Aku akan berusaha," gumam Charlotte menyemangati dirinya sendiri.
******
Satu jam telah berlalu, dan pesta makan malam gratis seperti biasanya pun telah berakhir. Setelah membereskan peralatan dan perlengkapan untuk hidangan makan malam para pengungsi tersebut, termasuk yang digunakan oleh para penikmat makanan gratis yang membutuhkan bantuan maka semua panitia kembali menuju tempat peristirahatan mereka masing-masing.
******
"Haahhhh, lelah sekali," ucap Yuri sembari rebahan di tempat tidurnya setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan yang baru.
"Tapi, syukurlah. Untuk kesekian kalinya kami masih bisa membantu mereka yang memang membutuhkan pertolongan," gumam Yuri merasa senang lalu tersenyum kecil.
Tiba-tiba hembusan angin yang cukup kuat membuat jendela ruangan Yuri yang belum tertutup memberikan tanda bahwa akan turun hujan. Dan, seketika itu pula Yuri bangkit dari tempat tidurnya untuk menutup jendela tersebut.
"Apa malam ini benar-benar akan turun hujan yang cukup besar," ucap Yuri sembari mengunci jendela ruangannya.
Yuri masih berdiri dengan terdiam menatap luar jendela ruangannya. Jalanan masih saja ramai dengan para warga biasa, sementara cahaya malam masih merasa tidak mau menunjukkan dirinya.
"Tapi, mengapa aku merasa keadaan seperti ini pernah aku alami sebelumnya. Seperti Deja vu saja," gumam Yuri.
* Deja vu adalah perasaan misterius di mana waktu tampaknya berjalan dengan gerak lambat, atau dengan kata lain kamu berada dalam situasi atau lingkungan yang sama sekali baru, tetapi rasanya pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Namun, kamu tidak bisa sama sekali untuk menjelaskannya.
** Seorang psikolog terkemuka, Valerie F. Reyna, menyatakan perasaan deja vu diawali oleh memori palsu. Ini merupakan disasosiasi memori, yang membedakan realitas dari ingatan. Ada berbagai macam pengalaman disasosiatif yang bisa terjadi. Terkadang kamu tidak dapat memastikannya, apakah kamu memimpikan sesuatu atau mengalaminya, apakah kamu melihatnya di film atau terjadi dalam kehidupan nyata.
"Hanya perasaanku saja, atau ... sensasi dan keanehan dalam perasaanku ini benar-benar telah terjadi sebelum aku hilang ingatan, atau ...," gumam Yuri yang tidak menyelesaikan asumsinya karena terkejut oleh getaran ringan jendela ruangannya yang diakibatkan oleh cuaca yang mulai menunjukkan gejalanya.
"Lebih baik aku tidur saja, mudah-mudahan hari esok akan lebih baik lagi cuacanya," gumam Yuri kemudian melangkahkan kakinya ke tempat tidurnya.
Sembari memeriksa AD miliknya yang seperti biasa tidak ada yang perlu dibahas dengan seseorang, kecuali beberapa rayuan maut dari para beberapa Developer dalam mempromosikan produk-produk mereka. Tidak lama kemudian, akhirnya Yuri merebahkan dirinya untuk mencoba tidur.
Namun, tiba-tiba Yuri bangkit dengan terduduk masih berada ditempat tidurnya sebab tersadar sebenarnya Lune belum menjawab semua pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
"Mengapa aku bisa lupa akan hal itu, apa karena aku membantunya berolahraga sehingga fokusku berubah dan tidak ingat dengan pertanyaan yang aku ajukan," ucap Yuri dengan kesal.
"Dasar ... kau ini benar-benar wanita yang sangat licik, Lune!?" gumam Yuri sembari merebahkan dirinya kembali.
******
******
Sunday, 11 December 2253, 22:07:33
******
Tetesan-tetesan yang terkadang tidak membuat orang menjadi bersyukur akan keberkahan yang diberikan oleh Sang Pencipta melalui Rahmat-Nya, telah turun membasahi alam semesta. Semua warga Distrik M yang sedang berada di luar segera melarikan diri untuk mencari tempat perlindungan.
Meskipun demikian, tidak bagi seorang wanita yang terus menerus harus mencari tempat perlindungan berulang kali. Hal ini dikarenakan, setelah keluar dari kantor tempatnya bekerja, ia selalu diikuti oleh beberapa orang yang tidak dikenal dan membuatnya terpaksa melakukan tindakan untuk membela diri.
"Cari dia sampai dapat!!" instruksi pimpinan sekelompok orang yang tidak dikenal.
"Nona tidak ingin mendengar kegagalan yang terus berlanjut," ucap pimpinan tersebut untuk kedua kalinya.
"Baik!!" jawab seluruh anggotanya hampir bersamaan dengan jumlah yang cukup banyak sembari melihat ke sekeliling mereka.
"Bagaimana aku harus melapor tentang kegagalan ini kalau sampai terjadi kembali, pokoknya wanita itu harus dapat ditemukan," gumam pimpinan kelompok tersebut.
Ternyata, sekelompok orang yang tidak dikenal tersebut merupakan kawanan yang belum diketahui asal usulnya maupun tujuan mereka mengikuti Hana sejak peristiwa perebutan prototype antara MOP, IDM, mafia maupun kelompok Billy.
"Haahhh ... hahh," Hana mencoba mengatur napasnya setelah berhenti berlari dan bersembunyi dari kejaran orang-orang yang tidak diketahuinya.
"Beberapa dari mereka sudah aku berikan pelajaran, tapi ... mengapa jumlah mereka semakin bertambah," ucap Hana sembari mengusap peluh dari wajahnya yang tidak bisa dibedakan lagi dengan air hujan yang membasahi dirinya.
"Tunggu sebentar, aku akan mencari alternatif lainnya," balas Kim dari balik earphone Hana.
"Makanya, lain kali pastikan dengan benar dan teliti ... apakah kau sudah benar-benar merasa aman atau belum," ucap Kim kembali memberikan sedikit saran dengan nada mengejek.
"Kau tahu sendiri saat itu aku sedang berada dalam kondisi lelah yang berkepanjangan. Selain itu, aku juga tidak tahu masih ada orang yang mengikutiku ...," balas Hana.
"Apa mereka bagian dari kelompok mafia tersebut?" tanya Kim sembari masih sibuk mencari rute alternatif bagi pelarian Hana untuk menghindari kejaran kelompok yang tidak dikenal tersebut.
"Kau pikir aku ini seorang peramal, aku juga tidak tahu soal itu," jawab Hana ketus.
"Haahhhh," desah Kim mengeluh dan tidak tahu harus berbicara apa lagi.
"Kau ini berisik sekali, mana aku tahu kalau mereka tetap bersikeras menungguku sampai aku benar-benar keluar dari apartemen sementara yang menjadi kantor jasa kita," balas Hana membela diri.
Hana baru mengetahui keberadaan orang-orang yang mengikutinya secara diam-diam tersebut juga karena faktor ketidaksengajaan. Dimana, saat Hana menyeberangi jalan untuk menuju kantor jasa tersebut, beberapa dari mereka seakan-akan berjalan cepat dan mendorong beberapa warga lain yang menghadang penglihatan mereka ke arah Hana.
"Iya, iya, aku tahu," balas Kim.
"Jangan hanya bisa mengatakan itu saja, cepat cari rutenya," desak Hana yang mulai kehilangan kesabaran dalam menghadapi Kim.
"Kalau kau masih beruntung, Kim. Sedangkan, aku harus bermalam di ruang apartemen tersebut hanya untuk menghindari dan mengawasi pergerakan mereka," ucap Hana kembali yang sudah mulai tidak dapat berpikir dengan baik.
"Jadi, jangan terlalu banyak bicara. Segera cari rute alternatif agar aku bisa menghindari kejaran mereka," ucap Hana semakin emosi sembari memberikan protes kepada Kim yang hanya bisa berbicara saja.
Sebelum keadaan menjadi kacau dan membuat Hana bertindak diluar akal sehatnya, serta dapat membuat dirinya sendiri terluka karena terlibat pertarungan yang tidak diperlukan tersebut terjadi terus menerus dengan kondisi cuaca malam seperti ini, akhirnya Kim mau tidak mau mencoba berusaha mengalah dan segera bertindak mengatakan sesuatu agar dapat membuat Hana tenang terlebih dahulu.
"Baiklah, aku minta maaf kalau belum bisa membantumu secepatnya. Tapi, aku harap kau dapat menenangkan dirimu terlebih dahulu," ucap Kim membujuk Hana.
"Selain itu, aku memang belum kembali dari tempat persembunyianku dari tugas yang kita terima. Lagi pula ... apabila aku juga berada di kantor palsu tersebut. Tidak akan ada dari kita yang dapat meloloskan diri dari kejaran mereka," ucap Kim mencoba menjelaskan alasan yang masuk akal.
"Jadi, tolong tenangkan dirimu terlebih dahulu," ucap Kim kembali.
"Haaahhhh," Hana menghela napasnya dan tidak tahu sudah beberapa kali harus mengusap wajahnya dari tetesan hujan yang semakin turun dengan lebatnya.
"Oke, aku akan menunggu kabar darimu sebelum melangkah pergi dari tempatku saat ini," ucap Hana.
"Haahhh ... baiklah, tunggu sebentar lagi," ucap Kim dari balik earphone Hana sembari menghela napas beratnya.
******
Sebelumnya sudah pernah diberitahukan bahwa Hana dan Kim merupakan orang kepercayaan Bram, dan telah dianggap sebagai saudara sendiri. Namun, dikarenakan ingin hidup mandiri akhirnya mereka berdua mencoba peruntungan dengan membuka biro jasa yang mengurus tentang berbagai hal-hal yang dapat mereka lakukan dan tidak berusaha untuk tidak melanggar hukum.
Meskipun demikian, karena tugas yang mereka terima rata-rata dapat membahayakan jiwa mereka maka dibuat sebuah perjanjian tidak tertulis karena ada unsur saling percaya satu sama lain, yang isinya antara lain sebagai berikut:
Satu, Kim hanya bertindak sebagai pengambil keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal dalam menerima tawaran tugas yang mereka terima dari para klien. Sementara, Hana akan menjadi eksekutor lapangan. Meskipun demikian, keuangan tetap dikelola secara bersama dengan akun yang berbeda-beda.
Dua, tawaran yang diterima biasanya hanya melalui pesan sejak kantor biro jasa mereka pertama kali berhasil diserang balik oleh musuh dari klien yang memberikan mereka tugas. Sehingga, sampai saat ini mereka hanya memasukkan alamat apartemen murah yang akan ditempati Hana dengan waktu yang tidak lama.
Tiga, selama melakukan tugas yang diberikan oleh klien dan Hana sedang berada di lapangan, maka Kim akan bersembunyi di lokasi rahasia yang hanya diketahui oleh mereka berdua tanpa harus menempati apartemen yang mereka jadikan sebagai kantor biro jasa mereka.
Empat, apabila klien tetap ingin bertemu maka tawaran kerja tersebut akan ditolak secara sepihak, namun masih ada pertimbangan lain apabila tugas yang ditawarkan bersifat penting dan menyangkut nyawa seseorang.
******
Dari kejauhan dengan pandangan mata yang terbatas karena guyuran air hujan yang semakin lebat, Hana masih mencoba mencari tahu siapa sebenarnya mereka dan perihal apa sehingga Hana harus dikejar-kejar seperti saat ini.
"Kim!?" ucap Hana.
"Kim!? Kelihatannya aku sudah tidak bisa berlama-lama lagi di tempat ini," ucap Hana.
"Apa mereka sudah berhasil menemukanmu?" tanya Kim.
"Kurang lebih dari 50 meter lagi mereka akan mulai mendekati tempat persembunyianku, Kim!" jelas Hana.
"Kalau aku berdiam terus disini menunggumu, mereka akan segera menangkapku. Aku harus pergi dari sini sekarang, Kim!?" ucap Hana terkejut melihat pergerakan kelompok orang-orang yang tidak dikenal tersebut semakin mendekati tempat persembunyiannya.
"Haahhh, yang benar saja, Hana. Aku baru saja mendapatkan beberapa alternatif ... akan tetapi aku belum mendapatkan kejelasan dari akhir rute yang aku harus pilihkan untukmu ini," balas Kim.
Sembari menarik penutup kepala dari jaket berkerudung yang dikenakannya, Hana tanpa berpikir panjang lalu melangkahkan kakinya kembali meskipun Kim masih berada dalam situasi yang cukup rumit untuk menentukan rute alternatif bagi Hana.
"Kim!!" ucap Hana singkat dengan serius.
"Baiklah, kalau itu memang keinginamu, Hana. 100 meter lagi kau akan menemukan jalur untuk menuju area kereta bawah tanah yang beberapa hari akan dilakukan perbaikan," ucap Kim dengan memegang teguh kepercayaan akan nyawa Hana yang dipertaruhkan kepadanya.
"Rutenya?" tanya Hana sembari berlari kecil sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
"Kau hanya cukup melangkah masuk saja ke area tersebut dan menyeberangi lintasan keretanya. Lalu, kau pergi ke lorong kedua aliran listrik untuk penerangan rel kereta tersebut, dan akan menemukan tangga darurat untuk keluar dari lubang saluran pembuangan air bawah tanah di sektor utara," jelas Kim dengan detail.
"Setelah itu, kau cukup menaiki bus menuju perbatasan zona kuning dan hijau. Akan tetapi ... sebelum memasuki perbatasan segera turun di pemberhentian kedua sebelum memasuki kawasan aman untuk melintasi perbatasan," ucap Kim kembali.
"Apa hanya itu?" tanya Hana yang telah melihat jalur untuk menuju area kereta bawah tanah yang dimaksudkan oleh Kim, tanpa mendapat respon.
"Kim!?" ucap Hana singkat kembali.
"Sebenarnya ada satu hal lagi, dan ... mungkin kau hanya lupa saja soal tersebut dikarenakan situasi yang sedang kau hadapi saat ini," ucap Kim mencoba mengingatkan Hana tentang sesuatu.
Hana berhenti beberapa meter saja dari tangga masuk tersebut sembari melihat situasi dan kondisi yang ada disekelilingnya. Dengan mengatur pernapasannya kembali, Hana mencoba membaur dengan para warga yang masih berada diluar rumah mereka untuk melindungi diri dari tangisan alam malam ini sembari mencari kesempatan untuk melewati pagar pembatas dilarang masuk area tersebut.
"Coba kau ingatkan kembali, sehingga aku benar-benar yakin dengan apa yang aku lupakan tersebut," ucap Hana yang hanya berdiri mematung tersebut.
"Dengan keterbatasan teknologi dan pengawasan sistem satelit yang tidak dapat digunakan sementara waktu, selain dari struktur area itu sendiri ... akan sangat sulit bagiku untuk menghubungimu untuk beberapa saat," ucap Kim menjelaskan.
"Haahhh, aku kira hal apa yang ingin kau katakan. Kalau itu aku sudah mengetahuinya, jadi ... kau tenang saja dan segera jemput aku di titik terakhir yang telah kau sebutkan tersebut," balas Hana sembari tersenyum.
"Baiklah, kalau kau sudah berkata seperti itu," balas Kim merasa sedikit tenang.
"Terima kasih, Kim. Atas semuanya," ucap Hana.
"Iya, Iya ... nyawamu akan menjadi tanggung jawabku, dan nyawaku akan menjadi tanggung jawabmu, bukan begitu!?" sahut Kim.
"Sampai bertemu kembali di titik terakhir pemberhentian dari aksi pelarianmu," ucap Kim.
Dengan sedikit memutar dari kerumunan para warga dan menemukan celah kecil melewati pagar pembatas untuk menuju area kereta bawah tanah yang tidak digunakan tersebut, Hana kembali mengatur pernapasannya kembali.
"Oke, kita lihat ... siapa yang terlebih dahulu sampai disana," ucap Hana sembari melangkahkan kakinya dengan santai untuk memasuki area kereta bawah tanah yang sudah tidak digunakan tersebut.