Chereads / Internal Zone / Chapter 47 - Back To Work

Chapter 47 - Back To Work

Setelah menempuh perjalanan dengan durasi waktu yang cukup panjang dan melelahkan, namun perjalanan mereka masih terhenti di pintu perbatasan untuk memasuki Zona Hijau. Beberapa barisan pasukan dari militer dan keamanan kota (MOP) membentuk barisan pertahanan untuk memeriksa para warga yang ingin masuk.

Dengan tidak adanya pemberitahuan maupun informasi terkait pemeriksaan ini, Yuri dan Lune serta Charlotte hanya bisa tetap berada di dalam bus yang berjalan pelan dan merayap di antrian yang cukup panjang tersebut. Perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu selama 4 jam, akhirnya semakin bertambah.

******

"Apa kita masih belum sampai juga?" Tanya Charlotte yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

"Apa kau begitu menikmati tidur pagimu, putri Charlotte," ucap Lune sedikit kesal.

"Ehh ... m-maaf, maaf," sahut Charlotte.

Dikarenakan, Lune duduk berdampingan dengan Charlotte selain dikarenakan kelelahan yang melanda, maka Charlotte tertidur di sandaran bahu Lune sepanjang perjalanan. Meskipun beberapa kali Lune harus mendorong tubuh Charlotte untuk menjauhinya.

"Apa ada masalah di perbatasan?" Tanya Charlotte.

"Aku juga tidak tahu, dan aku juga ingin segera sampai agar tidak menjadi tempat tidurmu untuk yang ke sekian kalinya," ucap Lune yang kemudian menyalakan AD miliknya untuk melihat informasi terbaru.

"Bukannya aku sudah minta maaf tadi, Lune. Kau ini jahat sekali kepadaku," balas Charlotte sembari merapikan rambutnya.

"Sesuai dugaanku, tidak ada pemberitahuan mengenai pemeriksaan ini," gumam Lune.

Para penumpang bus tersebut pun banyak yang mulai saling bertanya satu sama lain dengan keadaan yang terjadi tidak jauh dari hadapan mereka. Sebagian MOP dari Zona Hijau dan pasukan militer pusat menyusuri sepanjang jalan dengan persenjataan lengkap sehingga membuat situasi semakin tidak nyaman.

"Mengapa kita tertahan disini, Lune?" Tanya Charlotte yang kemudian penasaran akan keberangkatan mereka yang tertahan saat ini.

"Aku juga sama denganmu, aku juga ingin tahu ... tapi tidak ada satupun informasi terkait pemeriksaan ini yang diberitahukan kepada publik," jawab Lune.

"Daripada kau berisik, lebih baik kau lanjutkan saja tidur cantikmu," ucap Lune sembari menyilangkan ke dua tangan di depan dadanya.

"Aku hanya ingin tahu saja, Lune," sahut Charlotte membela diri.

Yuri yang memperhatikan pembicaraan mereka berdua hanya bisa tersenyum kecil. Ada beberapa hal yang Yuri tahu akan sifat Lune meski masih ada misteri lain yang tersembunyi sehingga membuat Lune seperti saat ini. Lune tidak mudah akrab dan selalu waspada dengan orang-orang yang baru ia kenal.

"Tapi ... apa yang sebenarnya terjadi hari ini?" gumam Yuri sembari bertanya akan rasa penasarannya.

******

******

Thursday, 13 December 2253, 10:33:47

******

Markas MOP yang terletak di Zona Kuning tiba-tiba mendadak riuh dengan adanya intruksi mendadak dari pusat militer. Beberapa anggota sedang sibuk mempersiapkan dokumen yang diperlukan, beberapa anggota hilir mudik untuk segera melapor ke unit satuannya, dan beberapa anggota lain sedang mempersiapkan briefing untuk segera berangkat menuju perbatasan.

* Briefing atau yang dapat dijelaskan sebagai pengarahan, yang bertujuan sebagai sarana komunikasi efektif antar semua anggota atau bagian serta divisi, sebagai sarana informasi hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, serta sebagai sarana dalam menanamkan nilai-nilai organisasi dan budaya kerja.

Tampaknya berita pemeriksaan di perbatasan Zona Kuning dan Zona Hijau akan menjadi sebuah berita yang menghebohkan. Meskipun, dalam instruksi tersebut tidak dijelaskan apa sebenarnya yang terjadi, maupun tujuan dilakukannya pemeriksaan secara intensif tersebut.

******

Tiba-tiba saja muncul sesosok yang sangat dikenal memasuki aula utama kantor MOP sembari memberikan beberapa balasan atas sikap hormat yang diberikan oleh pasukan MOP, dan tentunya hal ini tidak akan dilepas begitu saja oleh Kapten Victoria yang kebetulan juga melihatnya karena mendapatkan instruksi untuk segera berangkat ke perbatasan.

"Aduh ... mengapa aku harus terlibat dengan hal yang membuatku pusing hari ini," gumam Letnan Varischa yang berdiri di sebelah Kapten Victoria.

"Mudah-mudahan ... drama ini tidak berlangsung terlalu lama, kalau tidak ... aku tidak bisa lari untuk menenangkan Kapten Victoria yang mendapatkan teguran dari Kolonel Philip," gumam Letnan Varischa kembali saat melihat ekspresi Kapten Victoria yang tidak bisa menahan emosinya.

"BRAAMMMMM!!!!" Teriak Kapten Victoria sehingga membuat orang-orang yang berada disekitar mereka terkejut.

"Aduh ... mengapa kesialan selalu datang menimpaku tanpa henti sejak dari tadi malam," gumam Kapten Bram terkejut setelah melihat sumber dari teriakan tersebut.

"Tenang ... Kapten, kita bicarakan baik-baik saja," bujuk Letnan Varischa.

"KAU DIAM SAJA!!!" Teriak Kapten Victoria.

"KAU ITU BAWAHANKU ATAU DIA," Teriak Kapten Victoria kembali kepada Letnan Varischa sembari mengarahkan telunjuk tangan kanannya ke arah Kapten Bram yang semakin mendekati mereka.

Kapten Bram tidak dapat berbuat banyak dan mencari cara untuk segera melarikan diri dari situasi tersebut. Hal ini dikarenakan, satu-satunya jalan untuk menuju ke ruang kerjanya adalah melewati Kapten Victoria yang terlihat sewaktu-waktu ingin menelannya hidup-hidup dan tanpa sisa.

"KAU DARI MANA SAJA, BRAM!!" Teriak Kapten Victoria sesaat ketika melihat Bram yang baru saja muncul dihadapannya.

"Ehhh ...." ucap Kapten Bram terkejut.

"Sebenarnya ... apa yang sedang terjadi?" Tanya Kapten Bram kepada Kapten Victoria.

"Kau tidak tahu saat ini kondisi kita seperti di ujung tanduk, satuan kita baru saja mendapatkan promosi menjadi kesatuan terbaik, bisa-bisanya keadaan seperti ini kau sama sekali tidak perduli," ucap Kapten Victoria berapi-api.

"Huuhhh ...." Kapten Bram kembali terkejut dan tidak tahu harus berkata apa untuk mengatasi kemarahan Kapten Victoria.

"Aku hanya ingin datang untuk mengambil sesuatu karena urusan sebelumnya belum selesai, sekarang aku menyesal untuk datang kemari," gumam Kapten Bram tersenyum kecil sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal tersebut.

Pada dasarnya, pemberitahuan tersebut bersifat mendadak dikarenakan berbagai hal yang tidak disebutkan. Selain itu, dikarenakan Kapten Victoria selaku pimpinan tertinggi ke tiga di satuan MOP Zona Kuning, maka ia diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinir para anggota untuk dapat segera menjalankan perintah.

"Tenang ... tenang, Kapten Bram baru saja tiba. Aku yakin, Kapten Bram juga sedikit bingung dengan kondisi saat ini," ucap Letnan Varischa mencoba menenangkan Kapten Victoria yang semakin tidak tertahan emosinya.

"Kau diam saja, Letnan Varischa. Biar dia tahu bahwa selama dia tidak masuk kantor beberapa hari, sebagian urusannya aku yang mengurus dan tidak ada waktu untuk istirahat yang cukup," ucap Kapten Victoria ketus sembari mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah Kapten Bram.

"Salah sendiri, Kolonel Philip tidak mengangkat beberapa anggota yang memiliki potensi untuk menjadi Kapten untuk menjalank---" ucap Kapten Bram pelan namun tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

"Apa yang kau bilang tadi, coba ulang sekali lagi," ucap Kapten Victoria sembari mencengkeram kerah baju Kapten Bram.

"Tenang ... tenangkan dirimu dulu, Kapten Victoria," ucap Letnan Varischa yang semakin sulit untuk mengatasi situasi tersebut.

"Urusan Jack dan Susan saja belum selesai ... sekarang aku malah mendapatkan pekerjaan yang merepotkan," gumam Kapten Bram.

Dengan adanya perbaikan sarana dan prasarana gedung MOP, selain kepengurusan akan beberapa dokumen terkait pusat MOP di Zona Kuning, Kolonel Philip sampai saat ini masih menunda untuk memilih kandidat sebagai Kapten MOP. Oleh karena itu, Bram dan Victoria yang sudah menjadi orang kepercayaan Kolonel Philip masih diberikan instruksi rangkap tugas.

"Lapor, Kapten Victoria!!" Ucap salah satu anggota unitnya datang menghampiri mereka yang masih sibuk bertengkar sembari memberi hormat.

"ADA APA!!! KAU TIDAK LIHAT AKU SEDANG SIBUK!!!" Teriak Kapten Victoria kepada salah satu anggota unitnya tersebut sembari menggoyang tubuh Kapten Bram berulang kali.

"Memangnya aku telah berbuat salah apa kepada Kapten ... sehingga Kapten terlihat sangat mengerikan hari ini," gumam salah satu unit anggotanya tersebut.

"Apa wanita ini tidak kenal dengan kalimat sabar dan bersikap tenang. Apa dia tidak takut tidak ada laki-laki yang akan mendekatinya kalau sifatnya begini," gumam Kapten Bram yang mulai sedikit pusing.

"Huuhhh ... sifatnya ini yang selalu membuatku pusing dan tidak bisa berbuat banyak," gumam Letnan Varischa sembari menundukkan kepalanya.

"M-maaf ... K-kapten," ucap salah satu anggota unitnya terbata-bata.

"S-satuan sudah s-siap untuk berangkat m-menuju lokasi, K-Kapten. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap salah satu anggota unitnya tersebut pergi dan tidak lupa memberi hormat terlebih dahulu.

"Bagaimana, Kapten Victoria?" Tanya Letnan Varischa mencoba memberanikan diri.

Pada akhirnya kehebohan yang tidak berarti tersebut berakhir dengan dilepasnya kerah baju Kapten Bram. Dengan mencoba menenangkan dirinya sendiri, Kapten Victoria kemudian mengarahkan jari telunjuk kanannya kembali ke arah Kapten Bram.

"Aku akan tetap memperhitungkan kesalahanmu, untuk hari ini jangan sampai kau melarikan diri dari tugasmu kembali," ucap Kapten Victoria ketus.

"Baik ... baik, aku mendengarkanmu," balas Kapten Bram.

"Apa kau benar-benar mendengarkan apa yang aku katakan, Bram," ucap Kapten Victoria menegaskan sekali lagi.

"Siap, Kapten Victoria," sahut Kapten Bram sembari memberi hormat.

"Kau ini ... apa kau ingin membuatku benar-benar kehilangan kesabaran," ucap Kapten Victoria sedikit kesal akan tindakan tidak serius yang ditunjukkan oleh Kapten Bram tersebut kepadanya.

"Sudah ... sudah," sahut Letnan Varischa yang kemudian berdiri di antara mereka berdua.

"Saat ini kita fokus kepada tugas masing-masing terlebih dahulu. Mari, Kapten Victoria, anggota kita sudah menunggu," bujuk Letnan Varischa.

"Hmmphh," ketus Kapten Victoria.

Tidak lama kemudian, Kapten Victoria dan Letnan Varischa akhirnya meninggalkan Kapten Bram untuk segera menuju ke unit satuan mereka yang siap untuk berangkat ke perbatasan. Begitu pula dengan Kapten Bram yang segera menuju ke ruangan kerjanya untuk mengambil sesuatu sembari mencoba mencerna beberapa pertanyaan-pertanyaan penting terkait kejadian hari ini. Berikut beberapa pertanyaan-pertanyaan tersebut:

1. Mengapa di perbatasan Zona Hijau dan Zona Kuning harus dilakukan pemeriksaan mendadak tanpa adanya pemberitahuan secara jelas oleh pihak militer pusat, sementara keberadaan Hana yang diberitahukan oleh Kim saat ini kemungkinan berada di Zona Hijau.

2. Mengapa Lune memberikan instruksi yang tidak jelas seperti ini, sedangkan ia akan berada di pusat perhatian baik dari pihak kerajaan, pemerintahan, maupun militer. Apa hanya semata-mata ingin membeli perangkat keluaran terbaru.

3. Mengapa sampai saat ini pemberitahuan mengenai pemeriksaan yang melibatkan satuan keamanan baik MOP maupun militer tidak diberitahukan kepada publik, apakah hal ini semata-mata hanya bersifat intern zona.

Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan kerjanya, tiga pertanyaan yang muncul tersebut terus menghantui pikirannya sehingga pada saat Kapten Bram telah masuk ke ruang kerjanya tidak menyadari akan kehadiran seseorang yang telah lama menunggu dirinya.

"Huuhhhh ... hal ini benar-benar membunuhku," ucap Kapten Bram.

"Apa yang membuat seseorang seperti Kapten Bram merasa takut dan terancam jiwanya sehingga seseorang bertindak bodoh datang untuk membunuhmu?" Tanya orang yang telah berada di ruang kerja Kapten Bram.

"Huuhhh ... aku hanya manusia biasa yang takut juga dengan namanya ketidakberuntungan tersebut, Kolonel Philip," ucap Kapten Bram sembari berdiri tegap dan memberi hormat.

"HAHAHAHA!!!" Tawa Kolonel Philip.

"Lalu?" Tanya Kapten Bram sembari melirik ke arah seseorang yang berada di sebelah Kolonel Philip.

Untuk kali ini, kelihatannya Kapten Bram juga masih memiliki rasa sebagai manusia yang tidak dapat mengetahui banyak hal dan tetap harus selalu waspada dengan keadaan sekitarnya. Dan, hal lainnya adalah saat ini Kapten Bram berada di markas MOP, tidak mungkin untuk terjadi hal-hal yang membahayakan dirinya, terlebih di saat jam kerja yang ramai.

"Kau ini ... masih saja tidak ingin menemaniku mengobrol santai sebentar saja," ucap Kolonel Philip.

"Sejak kapan ada kosakata mengobrol santai di kamus Kolonel saat berada di markas, terutama pada jam sibuk seperti saat ini," balas Kapten Bram.

"HAHAHAHA!!!" Tawa Kolonel Philip.

"Baik ... baik, aku tidak akan memperpanjang pembicaraan ini. Aku disini hanya ingin memperkenalkan seseorang yang akan menjadi Letnan bagi dirimu, karena kejadian ini sedikit sulit untuk dijelaskan lebih lanjut," ucap Kolonel Philip.

"Meskipun aku juga baru mendapatkan instruksinya hari ini, dan kebetulan yang membawa berkasnya langsung adalah orang yang bersangkutan," ucap Kolonel Philip untuk kedua kalinya sembari menunjuk ke arah dokumen yang ada di atas meja kerja Kapten Bram.

"Baiklah, meskipun aku juga tidak ingin terlalu ambil pusing dengan tindakan pemerintah tersebut. Jadi, pada intinya Kolonel memberikanku asisten untuk membantuku bekerja, bukan begitu," ucap Kapten Bram.

"Kau jangan menjadikannya sebagai perisai bagi jiwa malasmu," sahut Kolonel Philip secepatnya karena mengetahui maksud dari perkataan Kapten Bram.

"Kolonel begitu sangat perhatian denganku ... sampai-sampai begitu paham akan diriku," ucap Kapten Bram pura-pura tersipu malu.

Kolonel Philip yang melihat tingkah laku Kapten Bram hanya bisa tertunduk lesu sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan kanannya. Sementara, sosok yang masih berdiri di sebelah Kolonel Philip tidak menunjukkan reaksi apapun, apalagi didepannya terdapat dua orang sosok pimpinan kerjanya.

"Sudah ... cukup, aku tidak perduli dengan keputusanmu. Ini perintah," ucap Kolonel Philip sembari melangkah ke arah pintu ruang kerja Kapten Bram.

"Untuk urusan-urusan lain terkait dirinya, kau bisa langsung tanya saja dengan yang bersangkutan," ucap Kolonel Philip kembali.

"Tapi ... Kolonel Philip," ucap Kapten Bram yang tidak mendapat respon dari Kolonel Philip yang telah melangkah pergi.

"Huuhhh ... aku merasa, hari-hari yang tidak tenang akan menjadi semakin tidak menyenangkan," gumam Kapten Bram.

Kapten Bram hanya pasrah akan keputusan yang telah diambil oleh Kolonel Philip sembari berjalan ke kursi kerjanya, dan duduk dengan menghela nafas panjang sembari menutup matanya ke arah langit-langit ruangannya. Suasana ruang kerja Kapten Bram pun hening untuk beberapa saat.

"Maaf, Kapten. Izin untuk berbicara," ucap sosok yang masih berada diruang kerja Kapten Bram memberanikan diri untuk berbicara.

"Silahkan saja kalau mau bicara, kalau bisa singkat, padat dan jelas. Aku paling malas untuk mendengarkan pembicaraan yang tidak begitu penting untuk aku dengarkan," ucap Kapten Bram yang segera membuka matanya dan mengambil dokumen tentang arsip sosok tersebut yang telah berada di atas meja kerjanya.

"Baik, Kapten. Kalau begitu saya minta maaf terlebih dahulu, saya hanya ingin bertanya bagaimana tindakan kita selanjutnya?" Tanya sosok tersebut.

"Kau mengetahui secara pasti tentunya bidang yang kita tangani?" Tanya Kapten Bram.

"Siap, Kapten. Saya sudah memahaminya," balas sosok tersebut.

"Lalu, untuk saat ini kau bantu aku untuk menyelesaikan tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh Kapten Victoria selama aku tidak berada disini," ucap Kapten Bram sembari melempar dokumen yang tidak lain berisi tentang profil sosok tersebut.

"Siap, Kapten. Laksanakan, apa ada yang lain?" Tanya sosok tersebut.

"Untuk saat ini hanya itu saja ... untuk perkara terkait yang terjadi diperbatasan, kau pilih saja beberapa anggota inti yang menurutmu layak dan memiliki potensi untuk menjadi bawahanmu. Lalu, segera kau kirimkan mereka ke perbatasan untuk mencari apabila ada beberapa informasi penting bagi kita," ucap Kapten Bram sembari berdiri dari kursi kerjanya dan melangkah mendekati sosok tersebut.

"Siap, Kapten. Laksanakan, apa ada yang lain?" Tanya sosok tersebut untuk ketiga kalinya.

"Huuhhh ... sekian untuk hari ini, laksanakan apa yang sudah aku instruksikan kepadamu," ucap Kapten Bram yang mulai merasa tidak nyaman.

"Apa tidak ada perkataan lain yang bisa dia ucapkan," gumam Kapten Bram.

"Siap, Kapten. Laksanakan," jawab sosok tersebut sembari memberi hormat, lalu melangkah pergi dari ruang kerja Kapten Bram.

"Mengapa aku selalu mendapatkan nasib yang kurang beruntung untuk selalu bertemu wanita-wanita seperti mereka," gumam Kapten Bram.

Wanita-wanita yang dimaksud oleh Kapten Bram tidak lain adalah Lune, Kapten Victoria dan satu wanita lagi yang telah menjadi bawahannya dan tentunya akan mengisi hari-hari kerja yang melelahkan bagi Kapten Bram.

"Hari-hari yang cukup menyenangkan bagiku sampai saat ini ... akan menjadi tidak dan sangat tidak menyenangkan kembali," ucap Kapten Bram.

******

Name: Xena Memphis

Code Name: The Witch

Age: 28th

Gender: Perempuan

Address:

CLASSIFIED

Military Education History:

1. Royal Academy First Graduate ( Coumlode )

2. Royal Academy Squad ( 1st Squad )

3. Royal Army Special Agent ( Pangkat Sersan )

4. Special Forces ( Bintang Tiga )

5. Recon Squad ( Komandan Regu )

Work History:

CLASSIFIED

Work Placement History:

CLASSIFIED

******

Dengan tatapan yang cukup serius ke arah dokumen yang ada di atas meja kerjanya, Bram bergumam "Apa akan terjadi badai besar yang akan menimpa negara ini"