Semenjak keluar dari markas MOP, raut wajah Kapten Victoria masih terlihat kesal dengan peristiwa yang tidak sengaja terjadi hari ini. Letnan Varischa pun masih memikirkan bagaimana cara untuk menenangkan hati Kapten Victoria, meskipun sedikit agak merepotkan nantinya apabila akan mempengaruhi kerja mereka.
"Apa Kapten akan seperti ini terus menerus?" Letnan Varischa bergumam dan bertanya kepada dirinya sendiri sembari berusaha untuk tetap fokus mengemudi kendaraan yang melaju menuju ke perbatasan.
"Huhh ... semoga saja di perbatasan tidak akan ada kejadian yang tidak menyenangkan yang akan membuat suasana hati Kapten tidak nyaman," gumam Letnan Varischa kembali.
Pemberitahuan akan pemeriksaan yang terjadi di perbatasan belum diberitahukan kepada media massa, sehingga publik juga belum dapat mengetahui secara pasti. Dikarenakan otoritas keamanan kota tertinggi di Zona Kuning telah dialihkan kepada MOP dibawah pimpinan Kolonel Philip, maka mereka hanya bisa menuju ke lokasi untuk saat ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Kapten?" Letnan Varischa mencoba untuk mencairkan suasana Kapten Victoria dengan memberikan pertanyaan yang sebenarnya sudah cukup diketahui olehnya.
"Tsk ... apa kau ingin menambah suasana hatiku semakin buruk, Letnan," sahut Kapten Victoria ketus.
"Benar saja, suasana hati Kapten sepertinya belum membaik," gumam Letnan Varischa sembari mengernyitkan keningnya.
"M-maaf ... Kapten," balas Letnan Varischa.
"Huuhhhh ...." Kapten Victoria menghela nafasnya.
"Aku tahu kau bermaksud baik, tapi setidaknya ... kau juga bisa mencari topik pembicaraan yang lebih berbobot, bukan!!" ucap Kapten Victoria.
"M-maaf ... Kapten," balas Letnan Varischa kembali.
"Aku hanya merasa stres dengan pekerjaan belakangan ini saja, ditambah dengan kehadiran seseorang yang menjadi akar permasalahan dari pekerjaan yang semakin bertambah kepadaku, apa aku tidak boleh melampiaskan amarahku kepadanya," ucap Kapten Victoria panjang lebar sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Tapi, Kapten ... bukannya Kapten Bram sendiri juga sedang pemulihan," balas Letnan Varischa.
"Iya, aku tahu itu. Tapi, itu juga tidak bisa menjadi alasan baginya," jawab Kapten Victoria.
"Tunggu saja apabila urusan kita diperbatasan telah selesai, aku akan menyelesaikan kembali urusan yang belum selesai dengannya sebelum kita berangkat," ucap Kapten Victoria sembari mengepalkan tangan kanannya.
"Sesuai dugaanku, Kapten masih ingin membuat perhitungan dengan Kapten Bram," gumam Letnan Varischa.
"Aku hanya ingin merasakan seperti dulu saja, tidak terlalu banyak yang dikerjakan dan masih bisa untuk berlibur di akhir pekan meski hanya menghabiskan waktu untuk tiduran saja di kamar," ucap Kapten Victoria sembari menyandarkan kepalanya dan mengalihkan pandangan ke arah jendela kendaraan sebelah kiri.
Letnan Varischa sebenarnya ikut juga merasakan bagaimana sejak pemberian otoritas dari pemerintah militer pusat dan menjadikan kesatuan MOP mereka menjadi otoritas pusat keamanan kota yang tertinggi, berbagai urusan baik administrasi maupun operasional lainnya selalu datang dengan tenggat waktu yang menyita waktu.
Bahkan, tidak jarang Letnan Varischa harus berulang kali menghadapi kemarahan Kapten Victoria, menjadi pendamping Kapten Victoria dalam mengatur jadwal makannya sekalipun, sampai harus membantu bekerja lembur. Hal ini dikarenakan, bagaimana pun juga Kapten Victoria adalah sosok yang paling berjasa bagi hidupnya setelah kejadian beberapa hari yang lalu.
"Tapi, aku dengar ... sekarang Kolonel Philip telah mendapatkan seseorang dengan pangkat yang sama denganku untuk membantu pekerjaan Kapten Bram," ucap Letnan Varischa.
"Iya, aku juga sudah diberitahukan oleh Kolonel Philip terkait hal itu," balas Kapten Victoria dengan posisi yang masih menghadap ke arah jendela dan memperhatikan berbagai objek yang telah dilewati oleh kendaraan mereka.
"Apa Kapten Victoria mengenalnya?" Tanya Letnan Varischa.
"Aku sebenarnya ingin tahu, tapi dikarenakan Kolonel Philip tidak terlalu banyak menjelaskan tentang asal-usulnya, aku juga malas menghabiskan waktu percuma untuk mencari tahu lebih lanjut," sahut Kapten Victoria.
"Maaf, Kapten Victoria ... apabila aku sampai tidak sopan untuk bertanya kepada Kapten terkait perihal Kapten Bram," ucap Letnan Varischa.
Untuk sesaat Kapten Victoria terdiam dan menutup matanya dan berkata, "Kalau aku bisa untuk menjawabnya, silahkan bertanya."
"Aku mendengar dari sebagian anggota baru yang diberitahukan oleh senior mereka dengan tidak sengaja bahwa asal usul Kapten Bram yang direkrut oleh Kolonel Philip sebenar---" ucap Letnan Varischa yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena telapak tangan kanan Kapten Victoria terangkat ke atas untuk memberitahukan agar Letnan Varischa berhenti.
"Cukup ... aku tahu maksud dari pertanyaanmu," ucap Kapten Victoria sembari menurunkan telapak tangan sebelah kanannya tersebut.
"M-maaf ... Kapten, apabila pertanyaanku telah membuat Kapten merasa tidak nyaman" balas Letnan Varischa.
Keadaan di dalam kendaraan tersebut untuk sementara terasa kaku dan keheningan melanda meski untuk beberapa saat. Dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh, maka kondisi yang semakin tidak nyaman membuat Letnan Varischa merasa bersalah. Dan, hal itu terlihat jelas dari ekspresi yang ditunjukkannya.
"Huuuhhh ...." Kapten Victoria menghela nafasnya.
"Kau tidak perlu merasa canggung seperti itu ... lagi pula apa yang ingin kau tanyakan tersebut sebenarnya juga bukan rahasia umum," ucap Kapten Victoria.
Dengan membenarkan posisi duduknya seperti semula, kemudian memastikan radio komunikasi dengan para anggotanya berada dalam posisi tidak menyala agar apa yang ingin dikatakannya kepada Letnan Varischa tidak menjadi bahan obrolan tidak penting.
"Mungkin secara garis besar kau sudah tahu bahwa Kapten Bram direkrut bukan dari seleksi pusat yang membuang tenaga yang tidak dibutuhkan lagi, melainkan atas inisiatif Kolonel Philip sewaktu masih berpangkat Kapten," ucap Kapten Victoria.
"Dikarenakan perasaan kecewa diantara petugas senior, maka kedatangan Kapten Bram di MOP tidak terlalu diperhatikan. Karena saat itu aku baru saja lulus dari akademi militer pusat namun dibuang karena beberapa alasan, akhirnya aku berada di sini dengan tugas keamanan lalu lintas," jelas Kapten Victoria kembali.
"Aku sungguh minta maaf, Kapten. Aku benar-benar tidak tahu kalau MOP dibentuk oleh pihak militer pusat dengan alasan seperti itu," sahut Letnan Varischa.
"Aku juga pertama kali tidak percaya mendengar hal tersebut di saat pendaftaran, dimana kabar tentang tenaga buangan yang tidak layak pakai oleh militer pusat tersebar diantara para peserta," jelas Kapten Victoria.
"Sampai di saat aku sendiri yang merasakan hal tersebut," ucap Kapten Victoria kembali.
Seperti yang telah disampaikan di awal-awal cerita yang mana dikarenakan kondisi negara Armorica yang lebih mengutamakan kekuatan militer, baik dalam menjaga keamanan dalam negara, perbatasan, maupun menjadi keamanan bagi para anggota kerajaan maka keamaan dalam kota masih dikesampingkan.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak dapat berlangsung lama. Seiring dengan muncul komunitas-komunitas atau perkumpulan kelompok tertentu yang cenderung mengarah kepada tindakan kejahatan skala besar dan dapat mengancam kehidupan masyarakat luas, kekuatan militer pusat terpaksa mengambil keputusan untuk mendirikan kekuatan yang terorganisir di masing-masing distrik dalam zona yang berada pada kategori waspada. Tanpa terkecuali Zona Hijau, Zona Kuning, dan Zona Merah.
"Apa tidak ada satu orang pun yang masih memiliki akal sehat dan tidak berpikiran tentang keamanan masyarakat di zona lainnya," ucap Letnan Varischa merasa sedikit agak kecewa dan emosi mendengar penjelasan dari Kapten Victoria.
"Hmph," Kapten Victoria sembari tersenyum kecil.
"Masyarakat tentu memiliki pemikiran yang sama denganmu ... akan tetapi, kau lihat saja bagaimana hanya kita berdua saja yang bisa hidup setelah kejadian yang menimpa kita berdua," jelas Kapten Victoria.
"Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kapten," gumam Letnan Varischa.
"Kalau sampai hal itu terjadi lagi, aku akan lebih mempersiapkan diri dan mentalku kembali," balas Letnan Varischa.
Kapten Victoria hanya bisa tersenyum kecil kembali mendengar perkataan Letnan Varischa. Bagaimana tidak, mengenang kejadian dimana Kapten Victoria harus bersusah payah dalam mengkoordinir para pasukan yang jelas-jelas berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan sama sekali, selain dari adanya tindakan tegas yang harus diambil agar Letnan Varischa bisa kembali hidup-hidup.
"Aku juga tidak menyalahkanmu, Letnan. Hal tersebut berada di luar kendali kita," ucap Kapten Victoria.
"Selain itu, dengan keterbatasan dari segala aspek yang kita miliki, serta meskipun adanya bantuan dari distrik lain, kemenangan yang kita raih juga bukan sepenuhnya milik kita. Sebaliknya, kekalahan di pihak kita sendiri sudah cukup banyak," lanjut Kapten Victoria menjelaskan lebih lanjut.
"Aku juga sangat menyayangkan semua hasil kerja kita pada akhirnya diserahkan kepada pihak militer, meski pihak kita sendiri telah diberikan otoritas untuk dapat berdiri sendiri," lanjut Kapten Victoria.
"Tapi, menurut Kapten sendiri ... apakah hal yang kita dapat saat ini dapat berlangsung lama, atau akan menjadi senjata makan tuan," ucap Letnan Varischa.
"Hal ini karena letak zona kita berada di lapis pertahanan kedua apabila perang kembali pecah, apa ini hanya strategi yang dibuat oleh pemerintah pusat dengan pihak militer sebagai topeng mereka," lanjut Letnan Varischa meminta pandangan kepada Kapten Victoria.
"Hmm," gumam singkat Kapten Victoria.
"Sejak terlibat dengan kekacauan seperti itu, kelihatannya otak dan pikiranmu telah dirasuki hawa negatif yang berlebihan," sahut Kapten Victoria.
"Hahaha ... Kapten bisa saja," jawab Letnan Varischa.
"Semua pasti ada sebab akibat yang pasti, dan tentu saja kita tidak bisa menghindarinya," sahut Kapten Victoria.
"Aku hanya takut saja, Kapten. Apabila sesuatu yang buruk akan terjadi dan aku masih saja membuat Kapten kesulitan di saat-saat yang penting ... bahkan, Kapten bisa saja akan kehilangan nyawa seperti saat kekacauan terakhir yang kita alami sebelumnya," jelas Letnan Varischa sedikit menyesal.
"Kau tenang saja ... sekarang sumber daya dan sarana, serta fasilitas kita sudah ada peningkatan, hanya mendorong mental para anggota kesatuan saja harus dapat ditingkatkan melalui pengalaman kerja seperti hari ini," sahut Kapten Victoria.
MOP Zona Kuning di bawah pimpinan Kolonel Philip memang telah mendapatkan kemajuan dan perkembangan yang pesat. Namun, dikarenakan kekurangan tenaga profesional maka saat ini Kolonel Philip hanya mengangkat dua Kapten dan Letnan yang langsung berada dibawah pimpinannya. Sementara, unit lain masing-masing dipimpin oleh Ketua Unit dibawah pengawasan Letnan.
Kolonel Philip sebenarnya telah meminta beberapa data tentang orang buangan yang apabila masih ada dalam masa pelatihan militer setelah penerimaan pasukan, namun Kolonel Philip belum juga menemukan kandidat yang tepat. Kapten Victoria sendiri menginginkan tambahan ajudan seperti Letnan Varischa, namun untuk sementara ini Kolonel Philip hanya mampu memberikan satu kandidat kepada Kapten Bram.
"Apa Kapten ingin mencari ajudan yang dapat mendampingimu sepertiku, nanti bisa aku bantu cari kandidat yang tepat. Tentu saja, itu semua akan diketahui langsung oleh Kapten Victoria, Kapten Bram maupun Kolonel Philip," ucap Letnan Varischa tiba-tiba.
"Apa kau sudah bosan untuk menjadi bawahanku, Letnan?" Tanya Kapten Victoria.
"B-bukan begitu m-maksudku, K-Kapten," jawab Letnan Varischa terbata-bata karena gugup dan takut membuat suasana hati Kapten Victoria semakin buruk.
"HAHAHAHAHA!!!!" Tawa Kapten Victoria terbahak-bahak sembari menepuk bahu sebelah kiri Letnan Varischa.
"K-Kapten ... a-aku sedang mengemudi, aduh ... s-sakit, Kapten," sahut Letnan Varischa sembari berusaha mempertahankan kemudinya.
"Hahaha ... maaf, Letnan. Kau tenang saja, aku juga paham akan maksudmu ... dan sebelumnya aku juga berterima kasih kau selalu berusaha untuk dapat membantuku," ucap Kapten Victoria setelah tertawa kecil dan menghentikan perbuatannya mengganggu konsentrasi Letnan Varischa mengemudi.
"Aku sebenarnya juga ingin menambah satu bawahan lagi sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara optimal. Namun, saat ini ...." ucap Kapten Victoria berhenti sesaat.
"Ada apa, Kapten," ucap Letnan Varischa penasaran.
"Bram sialan itu yang mendapatkan ajudan baru yang dipilih langsung oleh Kolonel Philip, aku sangat iri sekali," jawab Kapten Victoria berapi-api sembari mengepalkan ke dua tangannya.
"Tunggu saja, Bram. Setelah ini aku akan kembali mencarimu untuk menyelesaikan urusan kita kembali terkait hari-hari liburku yang tersita oleh pekerjaanmu yang diberikan kepadaku," ucap Kapten Victoria dengan masih mengepalkan ke dua tangannya.
"Huuhhh ... ini akan menjadi hari yang tidak akan pernah berakhir kembali untuk diriku," gumam Letnan Varischa melihat sekilas ekspresi Kapten Victoria yang masih mengepalkan ke dua tangannya dan mulai tersenyum kecil.
"M-maaf ... Kapten, apabila perkataanku sampai mengganggu," ucap Letnan Varischa.
"Oh ... maaf, maaf, kelihatannya aku terlalu terbawa emosi ingin segera menghabisi Bram. Ada apa, Letnan?" Tanya Kapten Victoria.
"Benar tebakanku," gumam Letnan Varischa.
"Terkait masalah kandidat, apa Kapten lebih menunggu pilihan dari Kolonel Philip saja, atau ... Kapten tetap memberikanku izin untuk mencari kandidat pilihanku sendiri?" ucap Letnan Varischa memberikan pertanyaan pilihan kepada Kapten Victoria agar tidak ada yang merasa saling dirugikan.
"Tidak perlu khawatir ... kalau kau menemukan kandidat yang cocok untukku sebelum Kolonel Philip, aku sendiri yang akan membawa dokumen kandidat pilihanmu tersebut untuk menghadap dan mendapatkan persetujuan dari Kolonel Philip," balas Kapten Victoria.
"Baiklah, kalau begitu," ucap Letnan Varischa tersenyum senang.
"Lalu, apa ada kriteria tertentu yang ingin Kapten lebih prioritaskan terhadap kandidat yang akan aku pilih, sehingga dapat lebih mempersempit dalam proses perekrutan," ucap Letnan Varischa kembali.
"Aku tidak akan memberikan kriteria yang tidak mungkin, karena yang lebih handal dan memiliki potensi yang tinggi tentu akan lebih memilih masuk akademi militer, kecuali ... kalau mereka terbuang seperti aku," jawab Kapten Victoria.
"Ohhh ... baiklah, kalau begitu ... bagaimana menurut Kapten sendiri?" Tanya Letnan Varischa.
Kapten Victoria sejenak terdiam untuk memikirkan apa sebenarnya yang perlu dimiliki oleh unit kesatuan miliknya, dan yang akan menjadi orang kedua yang dapat diandalkan setelah Letnan Varischa. Lalu, Kapten Victoria pun teringat sosok Bram yang bukan berasal dari kalangan militer namun tetap memegang teguh prinsip keadilan dan dapat diandalkan, meskipun sering melimpahkan beban kerja yang berlebih kepada orang lain.
Selain itu, Kapten Victoria juga membaca berita tentang saudara angkat Bram lainnya yang terlibat perkelahian dengan para preman di pusat perbelanjaan kaki lima, yaitu Jack. Pada akhirnya, Kapten Victoria mendapatkan ide dan gagasan, serta mencoba peruntungannya untuk mencari kandidat lain selain Letnan Varischa diluar ikatan dinas militer.
"Kapten?" Tanya Letnan Varischa penasaran karena Kapten Victoria cukup lama terdiam mencari jawaban atas pertanyaannya tersebut.
"Maaf ... kalau pertanyaanku terlalu berlebihan, Kapten," ucap Letnan Varischa kembali.
"Oh, tidak apa-apa, Letnan. Aku hanya ingin mencoba peruntungan dari ide yang aku punya untuk kandidat yang aku inginkan," jawab Kapten Victoria.
"Yang jelas, aku ingin kau mencari kandidat untukku yang berasal dari luar ikatan dinas militer, untuk rinciannya akan aku jelaskan kembali setelah kita kembali ke markas agar dapat berbicara lebih lanjut dengan tenang," jelas Kapten Victoria kembali.
"Apa aku tidak salah dengan apa yang aku dengar tadi, Kapten?" Tanya Letnan Varischa tidak percaya.
"Apa kau tidak percaya dengan pimpinanmu sendiri, Letnan," sahut Kapten Victoria.
"Ahahaha ... bukan begitu, Kapten. Aku hanya mencoba untuk menerima informasi dari apa yang telah Kapten ucapkan," jawab Letnan Varischa.
"Hahaha ... baiklah, baiklah. Nanti kita bicarakan saja saat kembali ke markas," balas Kapten Victoria.
Letnan Varischa hanya ingin mencari kandidat yang sesuai dengan pilihan Kapten Victoria agar di masa yang akan datang tidak menimbulkan kekecawaan, namun yang menjadi perhatian utamanya adalah kandidat yang diinginkan harus berada di luar ikatan dinas militer. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang dapat ditemukan dengan mudah, terlebih lagi perekrutan tentu hanya terbatas di Zona Kuning dan Zona Merah.
"Apa aku bisa mendapatkan kandidat yang tepat di Zona Merah yang rata-rata masyarakatnya berada di bawah naungan dan perlindungan para mafia," gumam Letnan Varischa.
"Oh ... ada satu hal lagi, Kapten. Saat kejadian, Kapten menerima panggilan dari siapa sehingga kita bisa bergerak menuju kendaraan jasa pengantar barang atau FFS ( Freight Forwarding Services ) dari perusahaan SPEDITIONSDIENSTE, Corp tersebut?" Tanya Letnan Varischa penasaran.
"Benar juga ... mengapa aku melupakan hal tersebut," gumam Kapten Victoria yang merasa terkejut akan hal yang dilupakannya tersebut.
"Aku juga lupa akan hal itu," jawab Kapten Victoria.
"Apa Kapten masih menyimpan nomor IP sehingga kita bisa memeriksanya setelah tugas ini selesai," ucap Letnan Varischa.
"Itu adalah ide bagus, tapi ... aku tidak yakin IP tersebut masih bisa kita hubungi," jawab Kapten Victoria.
"Kita bisa minta bantuan unit Cyber untuk melacaknya. Apabila Kapten setuju, nanti biar aku saja yang akan memanggil Ketua unit tersebut untuk menemui Kapten," sahut Letnan Varischa.
"Baiklah, baiklah. Kita selesaikan saja terlebih dahulu tugas yang sudah ada di depan mata, nanti kita pikirkan kembali setelah kembali ke markas," balas Kapten Victoria sembari menyalakan radio komunikasi di kendaraan patroli.
"Kepada semua unit, periksa kelengkapan senjata, awasi perimeter dan jaga diri kalian baik-baik. Jangan ada yang bergerak tanpa adanya perintah dariku," instruksi Kapten Victoria.