Chereads / Internal Zone / Chapter 20 - Date for A Date

Chapter 20 - Date for A Date

Saturday, 09 December 2253, 07:05:22

******

"Apa kau mau menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, Lune?" tanya Charlotte yang sebenarnya ingin masuk terlebih dahulu akibat kejadian kemarin yang menunggu hampir 30 menit untuk Lune menyelesaikan mandinya.

"Tidak perlu, kau saja terlebih dahulu," ucap Lune sembari rebahan ditempat tidurnya dan menyalakan perangkat genggamnya.

Charlotte pun tidak membuang-buang waktu lagi atas kesempatan yang telah diberikan oleh Lune, sebab hari ini ia dan Yuri, serta Lune akan berangkat ke Cafe tempat kerja paruh waktu kedua Yuri.

"Baiklah kalau begitu," ucap Charlotte yang segera bergerak menuju kamar mandi.

"Oke," ucap Lune singkat.

"Hari ini aku akan menemani Yuri, senangnya," gumam Charlotte kemudian menutup pintu kamar mandi.

"Mengapa ia terlihat begitu senang sekali, apa ada yang terjadi kemarin, tapi sepengetahuanku Charlotte masih berada di dalam ruangan Bram," gumam Lune penasaran.

Segera Lune bangun dari rebahannya dan duduk bersila di atas tempat tidurnya untuk memutar rekaman alat penyadap yang dipasang oleh Lune di ruangan Bram. Alhasil, Lune akhirnya memutarkan rekaman tersebut dengan menggunakan earphone miliknya.

******

"Apa kau baik-baik saja Bram, maaf aku baru bisa melihat dirimu hari ini," ucap Charlotte sedih.

"Tidak apa-apa Charlotte, terima kasih banyak atas perhatianmu," ucap Bram.

"Bagaimana perkembangan kondisimu sekarang?" tanya Charlotte.

"Sudah mulai membaik, meskipun belum terlalu pulih 100%," ucap Bram.

Dikarenakan bosan mendengarkan percakapan seperti itu, Lune kemudian mempercepat pemutaran rekaman. Tanpa diduga, Lune menemukan sebuah perbincangan yang sangat menarik untuk didengar olehnya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Yuri?" tanya Bram penasaran.

"Masih seperti biasa, meskipun tidak berada ditempat kerja, aku merasa bahwa Yuri masih menganggapku sebagai atasannya," ucap Charlotte sedih.

"Ohhh, lalu?" Bram melanjutkan pertanyaan untuk mengetahui lebih lanjut.

"Aku mau meminta sedikit saran darimu, Bram. Bagaimana tindakan yang harus aku lakukan supaya Yuri dapat melihatku sebagai seorang wanita biasa, bukan atasannya," ucap Charlotte bersungguh-sungguh.

"Aku sebenarnya juga belum pernah menemukan kasus sepertimu," ucap Bram.

"Tapi, kau sudah berjanji akan menolongku, karena kau sudah mengenal lama Yuri, sementara aku---" ucap Charlotte tidak meneruskan perkataannya.

"Baik, baiklah, karena aku sudah berjanji seperti itu sebelumnya, aku akan mencoba memberimu sebuah cara," ucap Bram.

"Bagaimana?" tanya Charlotte penasaran bercampur senang.

"Mendekatlah kemari, biar aku bisikkan ke telingamu saja," ucap Bram.

"Apa harus seperti itu?" tanya Charlotte merasa tidak nyaman.

"Tenang saja, dengan kondisi seperti ini, aku tidak bisa terlalu banyak bergerak dan tentunya aku tidak akan berani berbuat macam-macam dengan calon Kakak iparku yang paling cantik," ucap Bram sembari bercanda.

"A-apa maksudmu, ka-kakak ipar ...," ucap Charlotte terbata-bata karena merasa malu akan perkataan Bram.

Lune yang mendengar perkataan seperti itu merasa terkejut dan perutnya sedang mengalami goncangan hebat dan seakan-akan ingin mengeluarkan isi perutnya tersebut, atau dapat dikatakan Lune ingin muntah mendengar apa yang dikatakan Bram tersebut.

"Apa kau ingin tahu atau tidak?" tanya Bram masih sembari bercanda.

"Ba-baiklah," ucap Charlotte lalu mendekat ke arah Bram.

Hampir dua menit, rekaman tersebut tidak terdengar suara apapun. Lune pun merasa Bram tidak mengatakan secara langsung kepada Charlotte melainkan membisikkan apa yang harus Charlotte lakukan tersebut langsung ke telinga Charlotte. Tiba-tiba rekaman tersebut kembali mengeluarkan suara.

"Apa kau mengerti, Charlotte?" tanya Bram memastikan.

"Bagaimana?" tanya Bram lagi.

Dari dua pertanyaan yang diajukan oleh Bram tersebut, ternyata Charlotte hanya terdiam dan tersipu malu sembari memegang wajahnya yang kemerahan akibat saran yang diberitahukan kepadanya.

"Aku pergi dulu Bram, terima kasih atas sarannya," ucap Charlotte yang kemudian terdengar bunyi pintu ruangan Bram terbuka.

******

Lune pun mematikan rekaman alat penyadapnya tersebut. Tidak hanya karena tidak ada percakapan yang ingin didengarnya lagi, melainkan Charlotte telah menyelesaikan mandinya. Sebab, Lune melihat pintu kamar mandi tersebut terbuka dari dalam.

"Haaahhhhh, segarnya," ucap Charlotte.

"Apa kau sudah selesai?" tanya Lune yang segera mematikan perangkat dan meletakkan earphone miliknya.

"Ohhh, sudah, sudah ... maaf kalau aku terlalu lama menggunakan kamar mandinya," ucap Charlotte tidak nyaman apabila hal tersebut menganggu privasi Lune.

Lune tidak membalas perkataan Charlotte tadi, Lune hanya berjalan menuju ke arah kamar mandi dan tetap tidak berbicara meskipun berpapasan dengan Charlotte. Tidak lama pintu kamar mandi pun ditutup dari dalam.

"Apa ada perkataanku yang menyinggungnya tadi," gumam Charlotte heran.

******

******

Saturday, 09 December 2253, 09:22:45

******

Ternyata Yuri telah menunggu mereka ( Lune dan Charlotte ) di dapur umum sembari sarapan pagi dengan ibu angkatnya dan Lunnaya yang kebetulan akan berangkat ke suatu tempat dengan rekan kerjanya. Disamping itu pula, ada Susan yang ikut membantu Lousiana membereskan peralatan yang digunakan untuk sarapan pagi bagi para penghuni lain tempat penampungan tersebut.

"Lune dan Charlotte, jarang sekali melihat kalian berdua begitu akrab, sampai-sampai datang untuk sarapan pagi bersamaan," ucap Lousiana bercanda.

Yuri yang melihat kedatangan Charlotte dan teringat dengan kejadian kemarin berusaha untuk bersikap seperti biasa, namun Lune dan Lunnaya, serta Susan yang pernah mendapatkan pelatihan di akademi militer meskipun tidak sampai selesai curiga akan sikap biasa Yuri pagi ini.

"Ayo kalian sarapan dulu, hanya kalian berdua yang belum sarapan pagi," ucap Lousiana.

"Apa kakak Bram sudah makan pagi, Ibu? Kalau belum biar aku saja yang mengantarnya terlebih dahulu, setelah itu baru aku akan sarapan pagi," ucap Lunnaya.

"Ohhh ... tenang saja, tadi Ibu sudah mengantar sarapan pagi ke ruangannya, sebab ada Susan yang ikut membantu di dapur umum," ucap Lousiana.

"Baiklah kalau begitu," ucap Lunnaya.

Lune dan Charlotte pun hanya tersenyum secara bersamaan, lalu Lune mendekati Ibu angkatnya tersebut sembari mengecup dahi Lousiana. Lunnaya pun segera menanggapi keadaan yang tidak biasa dilihatnya pagi ini.

"Cantik dan rapi sekali kakak Charlotte pagi ini, ada acara apa? Apa jangan-jangan ada kencan dengan seseorang hari ini?" ucap Lunnaya tanpa basa-basi.

"Oh, begitu ya ... apa aku terlihat dengan jelas dengan berpakaian seperti ini," ucap Charlotte tersipu malu sementara Yuri terbatuk-batuk mendengar perkataan Lunnaya, sebab Yuri teringat akan kejadian kemarin.

"Kau tidak apa-apa, Kak Yuri?" ucap Lunnaya sembari memberikan tisu untuk menyeka mulut Yuri.

"Uuhhuhuhuhhhkkkkk ... uhuhhuhhhuuukkkk, terima kasih ... uhuuhhhhkkk, aku tidak apa-apa," ucap Yuri sembari masih terbatuk-batuk.

"Hhhmmmm," gumam Susan melihat keadaan yang terjadi dihadapannya layaknya cuplikan drama.

"Kau tidak apa-apa, Yuri?" tanya Lousiana khawatir.

"Tenang saja Ibu, Yuri hanya tersedak makanan saja, tidak akan terjadi apa-apa kok," ucap Lune berusaha menenangkan Ibunya sembari menatap ke arah Yuri dengan tajam.

"Ka-kau ... tidak apa-apa, Yuri?" tanya Charlotte sembari mendekati Yuri.

Dikarenakan Yuri sebenarnya telah selesai sarapan pagi dan tidak merasa nyaman apabila terlalu lama berada di dapur umum tersebut, Yuri segera mengambil langkah untuk meninggalkan dapur umum tersebut.

"Baiklah, uuhhuuukkkk ... aku sudah selesai Ibu, uuhuuukkkk ... aku mau ke aula utama dulu untuk merokok ... terima kasih, Ibu," ucap Yuri yang langsung bergegas menjauh dari kerumunan tersebut.

"Ada yang tidak biasanya terjadi tanpa sepengetahuanku," gumam Lunnaya penasaran.

Lousiana pun segera membereskan peralatan makan Yuri. Sementara Lune, Lunnaya, Charlotte dan Susan melihat kepergian Yuri tersebut sebagai maksud untuk melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang akan timbul karena reaksinya yang dianggap tidak biasa dan akan mempersulit keadaannya.

"Aku sudah selesai Ibu, terima kasih, aku berangkat dulu semuanya," ucap Lunnaya yang langsung kabur dari tempat tersebut.

Susan pun akhirnya yang membantu Lousiana untuk membereskan peralatan makan yang digunakan oleh Lunnaya sembari bergumam, "Sungguh orang yang penuh dengan rasa ingin tahu, padahal ia sampai tambah 1 porsi lagi, tapi karena ada kejadian tadi sengaja tidak dihabiskannya porsi ke tiganya ini."

"Aduhhh ... aku merasa tidak nyaman untuk bersikap seperti biasa di depan Yuri kalau ia sendiri masih ingat kejadian kemarin," ucap Charlotte sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Tepat sekali dugaanku, pasti terjadi sesuatu di antara mereka berdua ( Yuri dan Charlotte ), apalagi setelah Bram memberikan saran kepadanya," gumam Lune menikmati sarapan paginya sembari melihat ke arah Charlotte yang masih merasa canggung dengan situasi yang terjadi beberapa saat lalu.

"Kau tunggu saja pembalasan dariku, Bram!?" ucap Lune kembali dengan memasukkan makanan ke dalam mulutnya, meski ekspresi yang ditunjukkannya tidak berkata demikian.

******

"Hiiikkkksss," ucap Bram merasakan ada hawa dingin disekujur tubuhnya.

"Ada apa lagi ini, perasaanku setiap hari semakin tidak nyaman untuk terlalu lama tinggal di tempat penampungan ini," gumam Bram ketakukan.

Biasanya Bram jarang pulang ke tempat penampungan dikarenakan beberapa kondisi terkait dengan pekerjaannya. Setelah selesai bekerja apabila terlalu malam, maka ia akan tidur di kamar tamu yang ada di markas MOP. Seringkali juga ia menumpang tidur dengan salah satu anggota lain yang tinggal sendiri, tentu saja itu semua dilakukan dengan adanya sepengetahuan Lousiana.

"Kalau begini terus, lebih baik aku kerja lembur saja, tidak apa-apa," gumam Bram lalu menyalakan rokoknya.

"Fiiiuuuhhhhhh," Bram menghembuskan asap rokoknya.

******

Susan yang sedari tadi telah memperhatikan saudara Jack yang lainnya pun ikut senyum-senyum kecil sendiri sambil meletakkan peralatan makan Lunnaya yang ditinggal pergi untuk membantu Lousiana sebab ia dipersilahkan untuk tinggal di tempat penampungan ini.

"Anak-anak Ibu sungguh menarik sekali, ya?" tanya Susan kepada Lousiana.

"Tentu saja, siapa dulu yang membesarkan mereka, hahahahaha," ucap Lousiana lalu tertawa puas, meskipun sebenarnya bermaksud hanya sebagai candaan saja.

"Oh ya, Charlotte, tapi yang dikatakan oleh Naya tadi ada benarnya juga, tidak biasanya dan jarang sekali ibu melihat kau berpenampilan cantik seperti ini, siapa pasangannya kalau boleh ibu tahu," ucap Lousiana kemudian duduk di meja makan dapur umum tersebut.

"Clleekkk," Suara sendok makan Lune terjatuh bersama makanan yang akan masuk ke mulutnya tersebut.

"Ada apa, Lune? Apa kau baik-baik saja?" tanya Lousiana khawatir sementara Susan yang ada dibelakang Lousiana hanya berusaha untuk menahan tawanya. Sedangkan, Charlotte berusaha menghindari pertanyaan tersebut dengan mempercepat makannya.

"Aku tidak apa-apa kok Bu, tadi genggamanku tidak pas saja," ucap Lune lalu mengambil sendok makannya lagi dan membersihkan tumpahan makanan tersebut.

Tidak berapa lama, Charlotte dan Lune pun menyelesaikan sarapan pagi mereka dan membereskan peralatan makannya.

"Terima kasih, Ibu. Aku pergi dulu," ucap Charlotte.

"Semoga berhasil ya kencannya," ucap Lousiana sebelum Charlotte melangkah terlalu jauh dari dapur umum tersebut, meski Charlotte tidak terlalu menanggapi ucapan Lousiana.

"Baiklah Ibu, aku berangkat juga," ucap Lune.

"Tidak biasanya kau pergi hari ini, apa ada keperluan penting dan mendesak?" tanya Lousiana penasaran sebab Lune hampir tidak pernah untuk pergi keluar dari tempat penampungan apabila tidak ada urusan yang mendesak dan penting.

"Aku mau menemani Yuri ke Cafe tempat kerja paruh waktunya Ibu, karena kemarin pimpinannya menyuruh Yuri untuk datang hari ini," ucap Lune mencoba menjelaskan kepada Lousiana.

"Ohh ... baiklah, tapi ibu juga bersyukur, kau jangan terlalu sering berdiam diri di tempat penampungan, sesekali keluar dan nikmatilah masa mudamu, baiklah ... hati-hati saja dijalan," ucap Lousiana.

"Baik Ibu," ucap Lune kemudian ikut menyusul Charlotte.

******

"Kak Yuri, mau pergi kemana hari ini?" tanya Lunnaya yang baru keluar dari pintu tempat penampungan.

"Ohh ... aku ada panggilan dari Cafe tempat kerja paruh waktuku, mereka mengatakan kalau aku dipanggil hari ini untuk membicarakan beberapa hal," ucap Yuri mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Lunnaya.

"Apa perginya dengan Kak Charlotte saja?" tanya Lunnaya.

"Tidak, tidak ... Lune juga ikut denganku, kau jangan berpikir yang bukan-bukan, tidak seperti itu juga," ucap Yuri terbata-bata karena terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan Lunnaya.

"Ohhhoooo," ucap Lunnaya seperti orang yang menang jackpot undian berhadiah.

"Benar ... aku tidak bohong, Lune juga akan ikut," ucap Yuri sekali lagi untuk meyakinkan Lunnaya agar dia tidak berpikiran yang bukan-bukan.

"Baiklah kalau begitu," ucap Lunnaya menghentikan candaannya.

"Kau sendiri mau pergi kemana? Apa kau tidak masuk kerja lagi hari ini?" tanya Yuri penasaran.

Lunnaya pada hari ini memang ada janji dengan rekan kerjanya untuk pergi membeli keperluan rekan kerjanya tersebut. Dikarenakan, jaraknya cukup jauh dan harus menggunakan sarana angkutan umum, maka rekan kerjanya mengajak Lunnaya untuk menemaninya.

"Rekan kerjaku meminta tolong untuk menemaninya hari ini," ucap Lunnaya.

"Tapi, apa itu masuk akal sehingga kau diberi libur untuk tidak masuk kerja hari ini," ucap Yuri penasaran dengan alasan yang diberikan oleh Lunnaya yang menurut Yuri tidak masuk akal tersebut.

"Tidak apa-apa ... tidak ada masalah," balas Lunnaya santai.

"Ya ... sudahlah kalau kau bisa mengatasi masalah pekerjaanmu sendiri," ucap Yuri menyerah dan tidak ingin berdebat lebih jauh dengan adik kecilnya tersebut.

Dari kejauhan rekan kerja Lunnaya sebenarnya sudah tiba dan memberikan lambaian tangan supaya Lunnaya segera menuju ke arahnya. Namun, beberapa kali tidak ditanggapi oleh Lunnaya, maka ia mencoba memanggil meskipun hasilnya sama.

"Naayyyaaaa!!!" teriak rekan kerjanya.

"Hoooiiii ... Nayaaaa!! Nayaaa!!" teriak rekan kerjanya lagi sampai dilihat oleh warga sekitar yang terkejut mendengar teriakan tersebut.

Tanpa Lunnaya sadari karena terlalu asyik berbincang-bincang dengan Yuri, beberapa kali rekan kerja Lunnaya memanggil dirinya tidak terdengar sama sekali, dan pada akhirnya karena malu dengan orang-orang disekitarnya maka rekan kerja Lunnaya tersebut terpaksa untuk menghampiri Lunnaya langsung.

"Kau ini, aku panggil dari tadi tidak ada respon sama sekali?" ucap rekan kerja Lunnaya kesal sembari menepuk bahu Lunnaya.

"Oh, maaff ... maafff," ucap Lunnaya terkejut.

"Maafkan aku kak kalau aku tidak bersikap sopan," ucap rekan kerja Lunnaya meminta maaf atas sikapnya tersebut kepada Yuri.

"Ahhh, tidak apa-apa ... sesekali Naya memang patut diberikan pelajaran," ucap Yuri dengan maksud bercanda.

"Kakak ini mau membelaku atau tidak sih? Dia atau aku sebenarnya adikmu?" tanya Lunnaya ketus karena merasa kesal atas perkataan Yuri tadi.

"Maaff ... maafff, adik kecilku tersayang," ucap Yuri sembari mengusap lembut kepala Lunnaya.

"Hehehehehhe," Lunnaya hanya bisa tertawa.

"Ayo kita berangkat sekarang," ucap rekan kerja Lunnaya mengajak pergi.

"Baiklah, aku berangkat dulu ya, Kak Yuri," ucap Lunnaya.

"Aku juga izin pamit dulu, Kak Yuri," ucap rekan kerja Lunnaya dengan menyebut nama Yuri karena mendengar dari Lunnaya.

"Hati-hati dijalan," ucap Yuri dengan dibalas lambaian tangan oleh Lunnaya.

Yuri pun merasa senang bahwa Lunnaya sekarang sudah dapat memiliki teman dan pekerjaan yang cukup bagus. Kemudian, Yuri pun mengambil bungkus rokok disaku jaket untuk menghisap rokok. Tanpa Yuri sadari, Lunnaya masih memperhatikan dirinya dari kejauhan.

"Apa Kakakmu sudah punya kekasih Naya?" tanya rekan kerjanya.

"Apa maksud dari perkataanmu itu," ucap Lunnaya ketus.

"Siapa tahu aku bisa---" ucap rekan kerja Lunnaya tidak selesai setelah melihat ekspresi Lunnaya yang memasang raut muka penuh emosi.

"Apa aku benar-benar temanmu atau bukan sebenarnya," ucap rekan kerjanya.

"Hhmmmppphhhh," ucap Lunnaya ketus sembari memalingkan wajahnya.

Cukup lama mereka berdebat yang membuat orang-orang yang berpapasan dengan mereka berdua heran dan penasaran akan tingkah laku mereka berdua. Rekan kerjanya pun berusaha terus untuk membujuk Lunnaya supaya tidak bertingkah seperti itu lagi karena cukup memalukan dilihat oleh orang banyak.

"Kakak juga bodoh," gumam Lunnaya masih mengingat kejadian dengan Yuri beberapa saat yang lalu.

******

Tidak berapa lama setelah kepergian Lunnaya dan rekan kerjanya, pintu depan tempat penampungan tersebut terbuka dari dalam dan keluarlah Charlotte yang diikuti oleh Lune dibelakangnya. Yuri pun segera mematikan rokoknya.

"Apa kau menunggu terlalu lama, Yuri?" tanya Charlotte.

"Cukup lama sih," ucap Yuri menjawab dengan sebenarnya.

"Maaf kalau begitu," ucap Charlotte merasa agak bersalah membuat Yuri menunggu lama.

"Sudah, sudah ... ini ditempat umum, kalau mau berduaan, pergi ke ruanganmu saja Yuri, kalau tidak cari tempat penginapan lain saja," ucap Lune yang sudah cukup kesal dari tadi.

"Apa maksud dari perkataanmu Lune, aku bukan pria murahan seperti yang kau pikirkan," ucap Yuri membela diri.

"Apa benar yang kau katakan itu," ucap Lune sembari melirik pandangannya ke arah Charlotte dan Yuri pun memahaminya, sehingga Yuri tidak dapat berkata apa-apa lagi sembari menundukkan wajahnya yang kemerahan karena tersipu malu mengingat kejadian kemarin.

"Hhmmphhh," gumam Charlotte melihat Yuri dan Lune yang sedikit terganggu dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Yuri atas perkataan yang diucapkan oleh Lune.

"Ayo kita berangkat, Yuri," ucap Charlotte yang tiba-tiba langsung menggandeng lengan Yuri untuk mengajaknya pergi.

"Huuhh, ba-baik," ucap Yuri terbata-bata atas sikap Charlotte tersebut.

Lune tidak dapat berbuat banyak melihat kejadian tersebut. Lune akhirnya hanya bisa mengikuti mereka dari belakang dan tidak ingin membuat keributan di depan tempat penampungan.

"Kau tunggu saja Bram setelah aku pulang nanti," gumam Lune dengan memasang ekspresi yang sangat menakutkan.

"Akhirnya aku bisa menggandeng lengan Yuri, apakah ini sudah termasuk kategori kencan," gumam Charlotte yang tersenyum bahagia ke arah Yuri.