Chereads / Internal Zone / Chapter 18 - Option

Chapter 18 - Option

Thursday, 09 December 2253, 08:33:11

******

"Apa tidurmu nyenyak, Jack?" tanya Billy yang baru masuk ke ruangan yang sering digunakannya untuk minum-minum dan menghilangkan stres.

"Lumayan Kak Billy, terima kasih atas penjelasannya kemarin, meskipun aku berpikir berkali-kali hasilnya pun tetap akan sama, lebih baik aku ikut dengan Kak Billy sampai aksi kita selesai," ucap Jack menjelaskan.

Setelah Billy menghubungi Jack, Billy juga menghubungi beberapa rekan yang dianggapnya dapat dipercaya untuk menemui dirinya dan membicarakan beberapa hal penting yang harus mereka pilih sendiri. Terutama pada perihal apakah mereka akan terus mengikuti pimpinan mereka yang sekarang atau memilih jalan hidup yang mereka sudah tentukan sendiri.

"Apa kau sudah memikirkannya secara baik-baik, jangan hanya terpancing dengan emosi sesaat saja, apapun keputusanmu aku akan tetap membantumu," ucap Billy mencoba membuat Jack yakin akan keputusan yang telah diambilnya tersebut.

"Terima kasih, Kak Billy. Tapi ... itu adalah keputusanku untuk sementara," ucap Jack mengulang kembali pernyataannya.

Disamping itu pula, Billy juga telah mengatakan bahwasanya ada kemungkinan kelompok mereka akan bubar dan menentukan jalan hidup mereka sendiri, dan Billy sendiri juga akan berupaya untuk mengedepankan dan lebih memprioritaskan dalam hal kemanusiaan. Hal ini dikarenakan, apabila komunitas mereka tetap berlanjut maka tetap harus ada pemimpin dan Billy selalu tidak ingin jabatan tersebut. Pada akhirnya, tanpa ada pengawasan dari Billy, komunitas yang dibangunnya berkali-kali akan berujung pada hal yang sama.

"Baiklah kalau itu keputusanmu," ucap Billy lalu duduk tidak jauh dari Jack.

"Terima kasih, Kak Billy," ucap Jack sedikit merasa tenang.

"Meskipun untuk sementara, kau jangan lupa memikirkan beberapa hal penting lain yang harus kau kerjakan untukmu maupun ibu angkatmu, jangan kau lupakan dari mana asalmu dan siapa yang membentukmu menjadi karakter seperti sekarang," ucap Billy panjang lebar dengan maksud memberi saran.

"Baik, Kak Billy. Aku tidak pernah akan melupakan Ibu meskipun hanya sebagai ibu angkat, namun aku tidak bisa berpikir lebih jauh. Jadi, untuk sementara, menurutku itu adalah keputusan yang bisa aku terima," ucap Jack.

"Oke, kalau kau belum bisa, jangan terlalu dipaksakan, maafkan aku yang terlalu memaksa dirimu kalau begitu," ucap Billy merasa bersalah.

"Tidak ... tidak apa-apa kok Kak Billy, aku malah berterima kasih kepada kakak atas beberapa saran dan masukan yang kakak berikan," ucap Jack.

Setelah Jack datang dua hari yang lalu, Billy pun tidak berbasa-basi lagi. Billy langsung menjelaskan kepada Jack terlebih dahulu mengenai kemungkinan jebakan yang akan ditujukan pada dirinya saat aksi mereka dilakukan, sementara rekan Billy yang lain dipersilahkan untuk keluar ruangan agar tidak mendengarkan hal tersebut.

"Knock, Knock ...." Pintu ruangan diketuk.

"Masuk," ucap Billy.

"Kak Billy, ini aku bawakan sarapan untuk pagi ini, maaf agak sedikit terlambat karena koki pengganti baru datang," ucap karyawan bar tersebut.

"Oh ... baguslah, tidak apa-apa, terima kasih," ucap Billy.

Ternyata beberapa jam yang lalu Billy keluar dari ruangan tersebut untuk membersihkan diri, serta memesan makanan untuk sarapan pagi meski bukan waktunya lagi. Hal ini juga dikarenakan, koki bar semalam memang tidak memiliki jadwal tugas pada pagi hari, sebab bar tidak beroperasi pada pagi hari. Sehingga karyawan bar tersebut terpaksa memanggil koki pengganti yang biasanya memasak untuk para karyawan datang lebih awal dikarenakan adanya pesanan dari Billy.

"Apa ada yang kurang, Kak Billy?" tanya karyawan tersebut.

"Tidak ada, minuman juga masih ada disini, tadi aku juga sudah membeli beberapa botol air mineral jadi sudah cukup untuk sekarang," ucap Billy.

"Apa Kak Jack membutuhkan sesuatu?" tanya karyawan tersebut.

"Oh ... tidak, terima kasih," ucap Jack.

"Kalau begitu aku permisi dulu," ucap karyawan tersebut sembari melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Jangan lupa, masukkan saja tagihannya atas namaku seperti biasa," ucap Billy mengingatkan kembali.

"Baik, Kak Billy," ucap karyawan tersebut yang kemudian menutup pintu ruangan agar Billy dan Jack dapat menikmati sarapan mereka.

Ternyata, Billy dan Jack selama dua hari ini tinggal diruangan tersebut dan menitipkan pesan agar tidak ada yang menggunakan ruangannya. Hal ini dikarenakan, Billy sudah merasa nyaman dengan ruangan tersebut dan tidak dapat berbicara bebas ditempat lain apalagi terkait dengan pekerjaan yang dilakukannya.

"Apa kau tidak menghubungi Ibu angkatmu dulu, nanti dia akan merasa khawatir kalau anaknya sampai tidak pulang dari kemarin," ucap Billy sembari meletakkan piring makanan untuk Jack.

"Tidak apa-apa kok Kak, sebelum pergi aku sudah menjelaskan kepada Ibu perihal aku tidak akan pulang dalam beberapa hari dikarenakan ada pekerjaan kecil yang aku lakukan bersama Kakak," Ucap Jack mencoba menjelaskan.

"Bagaimana dengan wanita yang kau bilang dia adalah teman sependaftaranmu untuk masuk ke akademi militer?" tanya Billy untuk memastikan keadaan Susan.

"Ohh, Susan ... dia untuk sementara tinggal diruanganku di tempat penampungan, daripada dia harus membuat keributan kembali disini. Aku pun menjadi tidak nyaman dengan Kak Billy dan semua karyawan di bar ini, meski kami belum cukup lama mengenal. Meskipun demikian, tidak mungkin aku tidak mau membantu apalagi melihat kondisinya saat ini," jelas Jack.

"Baiklah, kalau begitu, berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi untuk kedepannya. Dan, semoga saja kau bisa melewati pekerjaan ini dengan baik serta tidak menyebabkan Ibu, saudaramu, maupun Susan merasa khawatir," ucap Billy.

"Mari kita sarapan dulu Kak, meskipun ini sudah mau masuk jam makan siang sebenarnya," ucap Jack.

"Ada benarnya juga perkataanmu itu ... ayo kita makan dulu sebelum ada beberapa orang lagi yang akan menemuiku hari ini," Ucap Billy.

"Apa masih ada beberapa rekan Kakak yang belum datang, padahal kemarin malam saja menurutku ruangan ini hampir penuh," ucap Jack bersiap untuk makan.

"Nanti kau lihat sendiri saja, ayo kita makan," ucap Billy tidak melanjutkan pembicaraan karena sudah ada makanan dihadapan mereka, dan tidak akan terasa enak lagi kalau makanan tersebut sudah dingin.

Mereka berdua pun pada akhirnya menikmati makanan yang telah dihidangkan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar. Sampai hari ini, Billy masih berusaha untuk mengumpulkan beberapa orang atau rekannya yang lain untuk dapat membantu dirinya.

******

Satu jam kemudian, Billy dan Jack telah menyelesaikan makan mereka. Jack pun segera pergi keluar ruangan tersebut untuk memanggil karyawan agar dapat membereskan peralatan makan mereka selain meminta untuk membersihkan ruangan tersebut.

"Apa kita menunggu di meja bartender saja Kak ... karena aku tadi meminta tolong untuk membersihkan ruangan ini juga," ucap Jack didepan pintu setelah kembali.

"Oh ... bagus juga, oke," ucap Billy berdiri sembari mematikan rokoknya.

"Apa kau ingin lanjut minum-minum lagi setelah makan, Jack!?" ucap Billy sembari merangkul Jack dengan maksud bercanda, karena ia tahu Jack tidak suka dengan minuman beralkohol yang berlebihan.

"Tidak kak, terima kasih," ucap Jack.

"Hahahahahaha, aku hanya bercanda saja kok," ucap Billy lalu tertawa puas.

"Kakak ini," ucap Jack singkat menanggapi lelucan receh Billy.

Sambil menunggu ruangan dibersihkan, Billy dan Jack duduk dimeja bartender. Seperti biasa, Billy selalu memesan minuman favoritnya dan Jack hanya ikut menemani Billy tanpa memesan minuman.

"Fffuuaahhhh, nikmat sekali ... tidak salah kalau setelah selesai makan minum-minuman beralkohol," ucap Billy.

"Ingat untuk selalu jaga kesehatanmu, Kak Billy," ucap Jack.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa ... tenang saja," ucap Billy santai dan tidak memperdulikan perkataan Jack.

"Percuma, Kak Jack. Kalau soal yang satu ini Kak Billy tidak akan pernah mau mendengarkan saran dari kita," ucap karyawan tersebut sembari membersihkan beberapa gelas yang biasa digunakan untuk memberikan minuman kepada para pelanggan.

"Huuhhh, benar sekali perkataanmu," ucap Jack.

"Hahahahaha, kalian ini terlalu mengkhawatirkan aku ... tenang saja, aku masih muda dan kuat, hahahahaha," ucap Billy yang kemudian sesekali tertawa puas mendengar percakapan mereka berdua.

"Masih muda darimana?" gumam karyawan bar tersebut dan Jack bersamaan sembari melihat satu sama lain.

Tiba-tiba sekumpulan orang-orang yang tidak dikenal masuk ke dalam bar disaat Billy sedang menikmati minumannya. Karyawan bar dan Jack pun terkejut dengan beberapa sosok yang ada di kumpulan orang-orang yang berdatangan tersebut.

"Kau masih saja sama seperti dulu Billy," ucap salah satu dari mereka.

"Huhhh," ucap Billy singkat karena terkejut mendengar perkataan tersebut.

"Kau ini siapa? Ada perlu apa dengan Kakak Billy?" tanya Jack yang kemudian berdiri dari duduknya

"Kak Billy, kalau mau membuat keributan tolong jangan didalam, nanti aku akan kena marah sama bos," ucap karyawan bar tersebut ketakutan.

"Kau tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa," ucap Billy dengan santai sembari meletakkan gelas minumannya.

"Apa Kakak mengenali mereka?" tanya Jack penasaran.

"Hahahahahhaa, anak muda ... kau jangan terlalu dekat dengan Billy, nanti hidupmu bakal hancur berantakan seperti dia, kau lihat saja sendiri, hahahahha," ucap sumber suara tadi lalu diiringi tawa.

"Hhahahahahaha ... betul-betul,", "Hahahahha, dia memang tidak pernah berubah,", "Hahahahaha," ucapan dari yang lainnya dan diiringi tawa puas mendengar tentang kebenaran dari perkataan sebelumnya.

"Kalian ini, berani-beraninya mentertawakan Kak Billy," ucap Jack sembari bersiap untuk memberinya pukulan.

"Kak Jack ... tolong, diluar saja ... jangan membuat keributan didalam bar," ucap karyawan bar tersebut semakin merasa ketakutan.

Namun, sebelum Jack memberikan satu pukulan kepada orang-orang yang mentertawakan Billy, pundak Jack digenggam dengan kuat oleh tangan Billy untuk mencegah terjadinya perkelahian. Sebab, Billy tahu persis siapa mereka.

"Sudah, sudah ... kau jangan terlalu mendengarkan mereka juga Jack," ucap Billy berusaha menenangkan Jack.

"Tapi ... Kak," ucap Jack yang kemudian diminta Billy sembari menggelengkan kepalanya agar Jack dapat berhenti untuk bertindak yang akan merugikan dirinya sendiri.

"Kalian ini juga ... sudah tahu dia anak kemarin sore, masih juga memberinya sebuah lelucon yang sudah kadaluarsa," ucap Billy.

"Terutama kau, Philip," ucap Billy.

Ternyata, sekumpulan orang-orang yang datang ke bar tersebut adalah para rekan dan sahabat yang telah Billy jelaskan akan datang menemuinya hari ini ketika mereka berdua ( Billy dan Jack ) sarapan. Dan, salah satunya adalah Kapten MOP, yaitu Philip Madison yang sekaligus rekan kerja Bram.

* Philip Madison bukan berasal dari komunitas maupun kelompok yang dibentuk oleh Billy, karena ia beberapa kali menolak tawaran darinya dan menjalani kehidupannya dengan normal. Meskipun demikian, ketika ia diangkat menjadi salah satu Kapten MOP di salah satu distrik yang kebetulan sama dengan Billy maka Philip seringkali meminta bantuan kepada Billy untuk memecahkan permasalahan antar geng. Dari sini juga Bram direkrut oleh Philip dan menjadi salah satu anggota terbaiknya.

"Kau masih sama seperti dulu Billy, tidak pernah berubah," ucap Philip sembari memeluk erat sahabatnya tersebut.

"Kau sendiri juga ternyata masih hidup sampai sekarang dalam kondisi seperti ini," ucap Billy.

"Kalian saling mengenal?" tanya Jack penasaran dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Dia ini adalah sahabatku nomor satu, tidak ada penggantinya, sementara yang lain adalah teman-teman sepermainan kami berdua di masa muda dulu, meskipun sampai sekarang aku masih terlihat muda, benar bukan!?" ucap Billy dengan penuh percaya diri.

"Muda matamu," gumam yang ada didalam bar tersebut hampir bersamaan.

"Oh ya ... kalau begitu aku minta maaf kepadamu Kapten Philip, ehhhh, maaf ... Pak Philip maksudku," ucap Jack meminta maaf akan perbuatannya sebelumnya.

"Ohhh, ternyata kau juga mengenalku," ucap Philip mendekati Jack.

"Dia adalah saudara dari salah satu bawahanku yang kau tarik menjadi anggotamu itu, kalau tidak salah ... nama panggilannya Bram," ucap Billy mencoba mengingat kembali.

"Hohohohoho ... ternyata kau saudaranya Bram, mohon kerjasamanya dimasa-masa yang akan datang," ucap Philip sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Sama-sama Kapten ... ehhh, salah ... Pak," ucap Jack sembari membalas jabatan tangan tersebut.

"Huuhhhh, akhirnya ... bar ini selamat dari kerusakan," ucap karyawan tersebut.

"Hei, hei, hei ... apa maksud dari perkataanmu tadi, aku tadi sudah memberitahumu kalau tidak akan terjadi apa-apa, bagaimana dengan ruanganku, sudah selesai dibersihkan atau belum," ucap Billy protes akan ucapan karyawan bar tersebut.

"Maaf, Kak Billy ... tapi dia itu Kapten MOP, apa tidak apa-apa dengan tempat ini nantinya," ucap karyawan tersebut yang tentu saja terdengar oleh Philip.

"Tenang saja, kalau tidak terjadi pelanggaran hukum kami juga tidak bisa bertindak seenaknya disini, jadi kau tenang saja," ucap Philip.

"Kau dengar sendiri itu, cepat lihat ruanganku, apa sudah selesai atau belum, jangan banyak bicara lagi," ucap Billy lagi agar karyawan bar tersebut agar cepat memeriksa ruangan yang dimaksud.

"Baik, Kak Billy. Tunggu sebentar, aku akan memeriksanya," ucap karyawan bar tersebut lalu pergi meninggalkan keramaian tersebut.

"Apa anggotamu ada yang tahu kalau kau menemuiku disini, nanti akan menjadi masalah baru di kesatuan MOP," ucap Billy khawatir.

"Tenang saja, aku sudah memberitahu para anggotaku kalau aku hari ini ada urusan mendesak dan tidak bisa diganggu," ucap Philip.

"Baguslah kalau begitu," balas Billy tenang.

Pada akhirnya, Billy memperkenalkan Jack yang masih bersaudara dengan Bram yang merupakan anggota Philip kepada yang lainnya. Sambil menunggu kabar dari karyawan bar yang memeriksa ruangan tersebut, mereka pun saling berbincang satu sama lain di meja bartender.

******

Beberapa menit kemudian, karyawan yang memeriksa ruangan yang sering digunakan oleh Billy menghampirinya dengan diikuti karyawan yang bertugas membersihkan ruangan tersebut.

"Maaf menunggu terlalu lama Kak Billy, Kak Jack, Kapten Philip dan Bapak-bapak yang lainnya, ruangan telah dibersihkan dan dapat digunakan kembali, silahkan masuk," ucap karyawan bar tersebut.

"Terima kasih kalau begitu, Jack, tolong antar mereka semua terlebih dahulu, aku mau memesan beberapa minuman dan makanan untuk mereka," ucap Billy.

"Baik Kak, mari semuanya," ucap Jack sopan.

"Ingat, makanan dan minumannya jangan terlalu memabukkan kami,", "Ingat umur Billy,", "Jangan samakan kami dengan dirimu," ucapan-ucapan yang dilontarkan dari rombongan yang datang tersebut.

"Kau mendengarnya sendiri," ucap Philip.

"Baik, baik, aku tahu ... pergi dan masuk saja terlebih dahulu, nanti aku akan menyusul kalian," ucap Billy sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

******

"Ini daftar minuman dan makanan untuk mereka, tolong kau persiapkan," ucap Billy sembari memberikan lembaran kertas berisikan daftar makanan dan minuman kepada karyawan bar tersebut.

"Baiklah Kak, aku akan mempersiapkannya secepat mungkin," ucap karyawan tersebut.

"Jangan terburu-buru, yang paling penting jangan sampai salah, mereka itu orangnya pemilih semua," ucap Billy mengingatkan.

"Baik, Kak Billy," ucap karyawan bar tersebut.

******

"Akhirnya kau tiba juga, Billy," ucap salah satu dari rombongan tersebut.

"Maaf, maafff ... masalahnya aku harus hati-hati memesan makanan dan minuman untuk kalian semua," ucap Billy.

Pada akhirnya, ketika Billy sudah berada dalam ruangan tersebut dibicarakanlah beberapa hal penting yang bahkan bisa menganggu ketentraman warga kota di salah satu zona kuning ini. Oleh sebab itu, Billy memanggil beberapa sahabatnya yang telah memiliki posisi sentral menurutnya dapat untuk saling bekerjasama. Yang paling utama adalah informasi yang didapat dari beberapa orang yang dihajar oleh sang hantu.

"Benarkah itu Billy, sang hantu pernah datang ke tempat ini," ucap Philip tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Benar ... dan aku sangat berterima kasih akan hal tersebut, karena dari informasi yang aku dapat, pihak militer akan memilih jalur pengangkutan kendaraan yang membawa beberapa item untuk melengkapi proyek militer tersebut melewati kota kita," ucap Billy.

"Apakah kendaraan tersebut tidak diberikan pengawalan khusus," ucap salah satu temannya yang lain.

"Pusat sepertinya tidak ingin menarik perhatian para warga, aku yakin mereka akan menggunakan kendaraan pengiriman paket biasa. Karena, sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi apa-apa terkait hal ini," ucap Philip.

"Maka dari itu, aku dengan sangat meminta pertolongan kalian, bagaimanapun juga kota ini adalah tempat aku mencari kehidupanku yang baru. Sementara, ada beberapa pihak yang selalu ingin merusak suasana seperti saat ini. Termasuk dari geng yang aku bentuk sendiri," ucap Billy.

Setelah Billy mengatakan hal tersebut, teman-temannya pun sibuk dengan pembicaraan masing-masing terkait permasalahan yang akan terjadi. Sementara, Jack hanya bisa diam seribu bahasa, karena Jack telah mengetahui hal tersebut sebelumnya, dan ia sendiri yang akan dijadikan pelaku utama untuk menghilangkan jejak dari pimpinan geng tersebut.

"Aku sungguh dan benar-benar akan tidak bisa tidur dengan nyenyak dalam beberapa hari ini, sangat beruntung sekali laporan perampokan bersenjata telah aku kirimkan sementara kasus pembunuhan telah ditangani oleh divisi internal meskipun sekretaris perusahaan tersebut harus menjadi kambing hitam yang akan aku pikirkan nanti, selain itu Bram juga belum dapat dihubungi untuk beberapa hari," gumam Philip.

"Bagaimana teman-teman, aku tidak tahu harus meminta bantuan dari mana lagi kecuali dari kalian. Karena, aku juga tidak bisa bergerak sendirian untuk kali ini," ucap Billy.

"Kakak," gumam Jack singkat.

"Kalian semua tenanglah sebentar, untuk kali ini biarkan Billy berbicara sampai selesai terlebih dahulu. Sebab, masalah ini bukan hal yang kecil," ucap Philip sembari bersandar ditempat duduknya.

Susana di dalam ruangan tersebut akhirnya kembali tenang dan hening untuk beberapa saat setelah Philip mengucapkan perkataannya, beberapa temannya pun segera duduk dengan tenang dan bersiap untuk melakukan apa yang dikatakan Philip.

"Bagaimanapun kau adalah sahabatku, sekarang ceritakan saja rencanamu, apapun itu aku akan berusaha untuk menolongmu," ucap Philip sembari mengacungkan jempolnya.

"Terima kasih Philip, kau adalah sahabat sejatiku yang tidak akan pernah tergantikan selamanya," ucap Billy tersenyum kecil.

"Baiklah ... sudah cukup basa-basinya, langsung saja," balas Philip.

"Baiklah ... begini rencananya ....," ucap Billy.