Tuesday, 05 December 2253, 22:34:51 ( Survivor Oasis Shelter / SOS – nama tempat penampungan )
******
Dikarenakan Bram paham akan sifat Lune yang tidak suka basa-basi sehingga ia tahu kapan akan memberikan suatu hal yang telah dijanjikan, Lune menginginkan apa yang dijanjikan tepat pada hari yang bersangkutan tanpa harus diberitahukan terlebih dahulu. Untuk kali ini, Bram benar-benar akan dibuat sengsara oleh Lune.
"Mudah-mudahan aku bisa bertahan kali ini," gumam Bram masih tersenyum kecil kepada Charlotte, dan tidak terasa keringat dingin pun mulai keluar.
"Terima kasih Bram, sampai bertemu besok," ucap Charlotte kemudian pergi meninggalkan Bram.
"Benar-benar habis aku kali ini," gumam Bram yang langsung mengarahkan pandangannya ke arah Lune yang sudah berada di depan pintu ruangannya sembari tersenyum kecil yang dipaksakan.
Lune pun tersenyum puas dengan tatapan tajam ke arah Bram.
******
******
Tuesday, 05 December 2253, 23:44:23
Tiba-tiba pintu ruangan Yuri terbuka sementara Yuri hanya bisa melihat satu sosok berjalan masuk dengan menyeret satu sosok yang sudah tidak berdaya. Dikarenakan, lampu ruangan Yuri tidak pernah dinyalakan saat tidur maka Yuri tidak dapat melihat dengan jelas.
"Siapa kau?" ucap Yuri kemudian bangkit dari tempat tidurnya.
"Maaf ... maafff, aku ada keperluan sebentar, jadi aku pinjam dulu ruanganmu untuk beberapa saat," ucap sosok tersebut sambil meletakkan sosok yang sudah tidak berdaya tersebut.
"Suara ini, jangan-jangan ...," gumam Yuri.
"Apa kau tidak ada urusan lain selain mengganggu diriku Lune, ini sudah larut malam, lalu apa yang kau bawa ke dalam ruanganku, aku tidak mau mendapat masalah kalau sampai ibu tahu soal ini," ucap Yuri panjang lebar karena tidak ingin terlibat.
Benar saja, ketika lampu ruangan Yuri dinyalakan dan sosok tersebut berbalik setelah menutup pintu ruangan Yuri tersebut, Lune melangkah mendekati sosok tidak berdaya tersebut dan tiba-tiba duduk di atas tubuhnya yang telah tergeletak.
"Maaff ... aku tidak akan membuat keributan apa-apa, apalagi sampai ibu tahu. Aku tidak mau diruanganku, karena Charlotte baru pulang kerja dan sedang mandi. Jadi, aku pinjam ruanganmu dulu untuk menyelesaikan urusan kecil," ucap Lune.
"Ya, ya, terserah kau sajalah ...," ucap Yuri kembali tidur, namun seketika terkejut dan bangkit lagi sambil berkata, "Bram."
"Hehehehehe," tawa kecil lune lalu tersenyum.
"Ada apa dengan dia, jangan-jangan kau---" ucap Yuri tanpa menyelesaikan perkataannya.
"Yap, benar sekali. Aku ada urusan dengan orang yang tidak tahu berterima kasih ini," ucap Lune emosi dan tiba-tiba berdiri sembari mengambil kuda-kuda untuk membangunkan Bram yang tergeletak tidak berdaya.
"Buuggghhhhhh," suara hantaman kaki Lune ke perut Bram, yang tidak lama diikuti dengan terbangunnya Bram.
"Uhhuuukkk ... uhuhuukkkkk," Bram terbatuk terbaring di lantai ruangan Yuri.
"Apa kau sudah sadar atau masih mau berpura-pura pingsan ... Brraaammmmm," ucap Lune emosi dengan memasang raut muka seorang iblis yang keluar tanduknya dan seakan-akan ingin melumat seseorang sampai tidak tersisa.
"Krrrttkkk, kkrrttaakk," bunyi jari-jari Lune yang bersiap melanjutkan untuk menghajar Bram yang masih dalam keadaan pucat karena takut.
"Ma-maafff, Kak Lu-Lu-ne ... a-ak-kuu b-be-be-benar, lu-lupa," ucap Bram terbata-bata bercampur dengan takut.
******
Hampir 30 menit Bram dihajar oleh Lune sementara Yuri kembali tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut agar tidak menyaksikan penyiksaan yang sedang berlangsung tersebut. Siapa yang tidak kenal dengan Lune, meskipun ia adalah sosok wanita rajin, tekun, jenius, dan penyayang tapi dibalik itu semua ia adalah sosok yang mampu menghancurkan mental dan jiwa seseorang sampai tidak tersisa.
Suara Bram tidak terdengar beberapa menit kemudian sejak Lune mulai menghajarnya lagi, maklum saja Bram tiba-tiba pingsan dan membiarkan dirinya menjadi boneka latihan untuk Lune melampiaskan amarahnya yang tidak tertahankan tersebut.
******
"Ahhh ... lega sekali, aku pinjam kamar mandimu dulu ya. Aku mau membersihkan badanku dulu, karena berolahraga berlebihan, semua tubuhku berkeringat," ucap Lune meninggalkan tubuh Bram dengan wajah yang hampir tidak mudah dikenali dan tergeletak tidak berdaya di lantai ruangan Yuri.
Yuri pun tidak menjawab ucapan Lune dan masih berada dibalik selimutnya.
******
Wednesday, 06 December 2253, 01:33:11
Lune telah selesai membersihkan tubuhnya dari peluh keringat setelah menghajar habis-habisan Bram dan meminjam pakaian Yuri untuk sementara, karena Lune tidak membawa baju pengganti. Yuri pun kemudian bangkit setelah Lune berganti pakaian dan duduk ditempat tidur sembari meneguk air minum botol dari freezer Yuri.
"Apa kau baik-baik saja, Bram!?" gumam Yuri sembari melihat kondisi Bram yang masih menghadap ke lantai.
"Ahhh ... segar sekali, sangat jarang aku berolahraga berlebihan pada malam hari, apa kau haus, Yuri?" ucap Lune sembari menyodorkan botol minumnya.
"Apa kau ini bercanda, kau kira tindakanmu tadi itu hanya untuk berolahraga," ucap Yuri sembari menolak pemberian Lune.
"Apa kau mau bangun dari kepura-puraanmu, atau kau mau menambah jam terbang untuk melatih tubuhmu tersebut?" ucap Lune sinis lalu meneguk air minum botolan kembali.
"Ah ... Ti-tidak Kak, ma-maafff, uuhhkkkkk," ucap Bram sembari berusaha bangkit lalu duduk bersandar di dinding ruangan Yuri.
"Uuhhhuukkkkk ... uhuhuukkkk," ucap Bram sembari menyeka darah yang keluar dari mulutnya.
"Tenang saja, dengan semangat juang dalam bertahan hidupmu, kau masih bisa bertahan sampai besok, jadi kau mau mendengar berita baik atau berita buruknya dulu?" ucap Lune sembari membenarkan posisi duduknya yang masih berada di atas tempat tidur Yuri.
Yuri dan Bram pun terkejut dengan perkataan awal Lune beberapa saat yang lalu.
"Karena akuuu ... sudahh, uhukkk ... uhuhkkk, babak belur ... jadi, arghhhh ... lebih baik berita baiknya saja, arrgghhhh ...," ucap Bram sembari menahan sakit untuk mengambil posisi duduk yang nyaman karena ia ingin mengambil rokoknya.
"Kau jangan membuat sampah baru diruanganku ini, ambil ini," ucap Yuri sembari melemparkan asbak rokok miliknya yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Baiklah, kalau kau mau mendengar berita baiknya," ucap Lune.
Yuri pun terpaksa tidak kembali melanjutkan tidurnya karena ingin tahu apa yang sedang mereka berdua ributkan malam-malam begini.
"Berita baiknya, gigi dan alat kelaminmu masih utuh ... untuk kali ini," ucap Lune kembali memasang wajah iblisnya.
"Guullllppp," Yuri dan Bram hampir bersamaan menelan air ludah mereka masing-masing mendengar perkataan Lune yang sangat tidak biasanya tersebut.
"Huuhhhh, sudah ... aku tidak mau berkeringat lagi. Baiklah, sekarang berita buruknya ... dugaanmu tepat, tidak ada dari ke empat saksi kunci tersebut bersalah namun ada satu saksi kunci yang bukan merupakan saksi kunci itu sendiri," ucap Lune masih memasang muka serius.
"Pastinya masih ... fiuhhh, ada yang lain lagi 'kan, arrghhhh ...," ucap Bram menahan sakit sembari menghembuskan kepulan asap rokoknya.
"Apa kau tidak mau diobati dulu, Bram? Kau tidak lihat kondisi dirimu saat ini," gumam Yuri.
"Lalu, apa maksudmu Lune, tentang saksi kunci yang bukan merupakan saksi kunci itu sendiri?" tanya Yuri yang tidak begitu mengetahui secara pasti apa yang dikatakan oleh Lune.
"Bram sudah paham dengan apa yang aku katakan karena itu adalah bidangnya dari dulu untuk mengatasi hal-hal seperti itu. Baiklah, akan aku jelaskan secara singkat saja, maksudnya seseorang menyamar menjadi saksi kunci tersebut," jelas Lune.
"Apakah ... dugaanmu, sama sepertiku, Kak Lune?" tanya Bram.
"Ya, pelakunya adalah klien korban itu sendiri," ucap Lune.
Tiba-tiba Bram ingin segera bangkit dari duduknya, namun karena masih berada dalam kondisi yang babak belur ia belum bisa berdiri dengan baik dan tiba-tiba Lune melemparkan botol minumannya ke arah Bram dan mengenai kepalanya.
"Arrgghhh," ucap Bram lalu terduduk kembali dan puntung rokoknya terjatuh dari tangannya.
"Kau jangan membuatku tambah kesal, kau duduk saja disana baik-baik ... DAN AMBIL PUNTUNG ROKOKMU KEMBALI, KAU MAU MENYEBABKAN TEMPAT INI KEBAKARAN," ucap Lune lalu berteriak dikarenakan perbuatan Bram.
"Ba-baik, maafff ... maafffkkaannn aku," ucap Bram ketakutan dan membenarkan posisi duduknya sembari mengambil rokoknya yang terjatuh tadi.
"Maaf membuatmu terkejut Yuri, aku tidak bermaksud untuk berteriak seperti tadi," ucap Lune tersipu malu dan duduk kembali di tempat tidur Yuri.
Yuri yang terkejut seketika merasa heran akan ekspresi yang ditunjukkan oleh Lune, lalu Yuri pun mulai menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan Lune.
"Apakah ini yang namanya malaikat berwajah iblis," gumam Yuri heran.
"Hehehehehehe," tawa kecil Lune dengan menghadap ke arah Yuri.
"Baiklah, kita ke topik pembicaraan semula, aku sudah menghubungi atasanmu yang bernama Philip melalui perangkatku dengan IP dirimu Bram, dan aku juga sudah meretas CCTV kediaman klien dan terlihat bahwa tempat tinggalnya tersebut seakan-akan tidak berpenghuni dalam beberapa hari ini," ucap Lune menjelaskan.
* IP (Internet Protocol Address) adalah deretan angka biner antara 32 bit sampai 128 bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet.
"Lalu apa yang dikatakan, Kapten Philip?" tanya Bram sedikit ingin tahu.
"Tenang saja, aku sudah bilang kau akan melakukan perawatan dalam dua atau tiga hari ini untuk menyembuhkan tulang rusuk sebelah kirimu yang mengalami sedikit keretakan akibat aku hajar tadi, lalu akan mulai penyelidikan tersendiri apa yang menjadi penyebab terjadinya kasus pembunuhan tersebut," ucap Lune.
"Appaaaa ... yang kau katakan tadi Lune, tulang rusuk sebelah kiri Bram retak," ucap Yuri terkejut.
"Ah ... itu tidak masalah bagi dirinya, aku sengaja mengincar yang sebelah kiri saja, untuk yang sebelah kanan biarkan dahulu untuk lain waktu, sebab dia tidak jadi memberikan aku bonus, jadi aku hanya memberikan sedikit memo agar ia tidak melupakan apa yang telah ia janjikan," ucap Lune sembari menatap tajam ke arah Bram yang hanya bisa terkejut melihat Lune.
"Pantas saja aku merasa ada yang aneh dengan bagian dalam tubuhku ini," gumam Bram yang tidak sadar bahwa keringat dinginnya mulai keluar.
"Lalu apa yang dikatakan oleh Kapten?" tanya Bram semakin penasaran sebab sebelumnya Bram telah menjelaskan seperti apa sosok Lune sebenarnya.
"Dia hanya bilang tolong ringankan sedikit hukuman dan penderitaan yang akan diterima olehmu ... itu tidak masuk akal bagiku, jadi aku anggap itu hanya omong kosong," ucap Lune sembari tersenyum.
"Wanita ini benar-benar sangat menakutkan," gumam Yuri dan Bram secara bersamaan.
Lalu, Lune pun menjelaskan kembali bahwa alasan terjadinya kasus pembunuhan ini sendiri ada kaitannya dengan proyek yang sedang dikerjakan oleh pihak militer, yaitu proyek athena. Dimana, proyek tersebut bertujuan untuk mengembangkan sistem satelit dengan pola berbagai arah untuk mengacaukan sinyal musuh lalu mengirimkan sinyal untuk meluncurkan rudal bertenaga nuklir tanpa terdeteksi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa foto yang telah Bram kirimkan kepada Lune yang didapat dari beberapa berkas yang berserakan di lantai, dan robekan-robekan kertas yang ada di tempat sampah meja kerja korban pembunuhan tersebut.
"Proyek Athena?" tanya Yuri.
"Ya, Proyek Athena, kelihatannya mereka sengaja meninggalkan sediikit petunjuk untuk menantang pihak militer," ucap Lune.
"Tidak seperti biasanya, mereka meninggalkan beberapa informasi seolah mereka memberi pesan bahwa mereka akan datang dan merebut proyek tersebut, ffiiiuhhhhh ....," ucap Bram sembari menghembuskan kepulan asap rokoknya.
Yuri pun berinisiatif untuk membukakan jendela ruangannya, namun karena Yuri masih berada di bawah selimut tidurnya dan ujung selimut tidurnya diduduki oleh Lune maka ia hampir terjatuh dari tempat tidurnya. Namun, dengan sigap, Lune bergerak untuk menolong Yuri yang berakhir dengan pemandangan yang tidak ingin dilihat oleh Bram, dimana Bram langsung memalingkan wajahnya dari kejadian yang ada dihadapannya.
"Terima kasih ... Lu-une," ucap Yuri tersipu malu yang tidak dijawab oleh Lune yang berada dibawah Yuri.
Beberapa detik mereka dalam posisi tersebut akhirnya membuat mereka salah tingkah dan berusaha kembali seperti biasa. Meskipun, wajah Lune sedikit memerah karena tindakannya tersebut membuat suasana menjadi berbeda.
"Biar ... aku saja, yang membukakan jendelanya," ucap Lune kemudian berdiri mendekati jendela ruangan Yuri.
"Hmmm," ucap Yuri singkat sembari mengganggukkan kepalanya kemudian kembali duduk ditempat tidurnya.
"Lebih baik aku diam saja dulu ... daripada aku buka suara hanya untuk mencairkan suasana hanya akan menjadi bumerang, aarrgghh," gumam Bram dengan masih memalingkan wajahnya ke arah pintu ruangan Yuri.
"Kenapa hatiku menjadi sakit begini, rasanya sungguh tidak nyaman, biasanya aku tidak pernah seperti ini ...," gumam Lune dengan wajah memerah karena mengingat kejadian yang terjadi beberapa detik yang lalu, dimana posisi mereka berdua dengan wajah saling berdekatan dan tubuh Yuri yang menimpa dirinya.
"Ada apa denganku hari ini?" gumam Lune bertanya pada dirinya sendiri.
"Kau tidak apa-apa, Lune?" tanya Yuri yang melihat Lune hanya terdiam.
"Ah ... aku tidak apa-apa," ucap Lune yang telah membuka jendela ruangan Yuri sehingga hembusan angin malam masuk dan menerpa wajah Lune dan rambutnya sehingga menampilkan sosok Lune yang berbeda di mata Yuri.
"Cantik sekali," ucap Yuri pelan.
Lune dan Bram sama-sama terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Yuri, meskipun Yuri berbicara pelan, kondisi malam yang begitu tenang dan jarak yang tidak terlalu jauh, tidak mungkin Lune dan Bram tidak mendengar hal tersebut.
"Huh ... apa yang baru aku katakan tadi, maafff Lune. Aku tidak bermaksud apa-apa," ucap Yuri tersipu malu.
"Tidak apa-apa," ucap Lune masih dalam malunya sembari mendekapkan kepalan tangan sebelah kanan didadanya seperti sedang bermohon.
"Mereka ini, apa tidak sadar aku masih berada dalam ruangan ini," gumam Bram lalu perlahan mematikan rokoknya di asbak rokok.
******
******
"Mudah-mudahan Bram tidak masuk ICU akibat hukuman yang harus ia terima dari saudara angkatnya tersebut," gumam Kapten Philip.
Kapten Philip masih berada di ruang kerjanya karena harus bekerja lembur untuk menyelesaikan laporan kejadian yang terjadi hari ini, serta menganalisa apa yang disampaikan kepadanya oleh Lune maupun yang diucapkan oleh Bram sebelum keluar dari ruangannya.
"Berarti benar mereka akan bergerak," gumam Kapten Philip.
Tidak berapa lama, Kapten Philip memakai rompi peluru, lalu memasang jaketnya, serta tidak lupa untuk memeriksa senjatanya. Hal ini dikarenakan, Kapten Philip akan segera pergi ke tempat tinggal klien yang alamatnya sudah diberikan oleh Lune melalui IP Bram.
"Kumpulkan petugas jaga yang sedang patroli malam untuk segera datang ke kantor dan bersiap-siap untuk diberikan instruksi. Kita akan pergi untuk memeriksa sebuah lokasi, dan untuk jaga-jaga, persenjatai diri kalian masing-masing," perintah Kapten Philip kepada pasukan MOP yang sedang bertugas jaga malam setelah keluar dari ruangannya.
"Baik, Pak! laksanakan!" ucap salah satu anggotanya tersebut.
Tidak berapa lama, anggotanya kemudian menghubungi beberapa pasukan MOP yang sedang bertugas keliling kota untuk kembali ke kantor, sedangkan anggotanya satu lagi segera pergi untuk membuka kunci gudang senjata sesuai dengan arahan Kapten Philip.
"Hal ini benar-benar akan menjadi pekerjaan tambahan yang sangat panjang bagiku," gumam Kapten Philip.
******
Wednesday, 06 December 2253, 03:22:07
Semua patroli MOP yang berkeliling sudah berkumpul dan mempersenjatai diri mereka masing-masing agar kejadian yang tidak diinginkan sesuai dengan dugaan Kapten Philip tidak terjadi. Lalu, Kapten Philip memberikan pengarahan dan instruksi kepada semua pasukan MOP yang akan pergi dengan dirinya.
"Baiklah, cukup penjelasannya, apa ada yang mau ditanyakan?" ucap Kapten Philip.
"Tidak ada, Kapten!" ucap seluruh anggotanya hampir bersamaan.
���Baiklah, ayo kita berangkat," ucap Kapten Philip.
Hari masih terlalu dini untuk mendapatkan pekerjaan tambahan, sementara laporan kejadian perampokan bersenjata api di sebuah toko perhiasan baru saja dikirimkan ke pihak internal yang ada di kemiliteran pusat. Sedangkan, kasus pembunuhan baru saja terjadi kemarin.
"Apa yang sedang terjadi dalam negara ini?" gumam Kapten Philip bertanya kepada dirinya sendiri.
"Apa pemerintah ini tidak memikirkan kondisi para warganya sehingga ingin memulai perang kembali, ini sungguh tidak masuk akal bagiku," gumam Kapten Philip.
Kilatan lampu sirine pun bersinar di kegelapan malam sepanjang jalan menuju lokasi klien, dan bunyi yang menggema dari sirine mobil pasukan MOP pun ikut serta memecah kesunyian malam pada awal pagi yang baru.