Lune pun berjalan perlahan mendekati Bram lalu menepuk bahu Bram yang belum selesai merasakan bagaimana terkejutnya ia bahwa yang dihadapannya adalah sosok yang apabila dapat dihindari, maka ia akan menghindarinya sejauh mungkin.
"Apa kau bisa mengantar kami berdua pulang ... Bramm," ucap Lune dengan nada sedikit marah dan tatapan yang seakan-akan ingin melenyapkan sesuatu hingga tidak tersisa ke arah Bram.
"Ba-bbaaaikkkk, baik, tunggu sebentar, Kak Lune," ucap Bram, lalu bergegas mencari kendaraan yang bisa digunakan untuk mengantar Lune dan Yuri pulang ke tempat penampungan.
Charlotte merasa sedikit canggung dengan kehadiran Lune, sementara Yuri hanya bisa terdiam dengan berusaha untuk tersenyum meski dengan sedikit terpaksa. Sedangkan, Bram merasa bahwa ini akan berbuntut panjang untuk beberapa hari ke depan.
"Sungguh sial sekali aku hari ini," ucap Bram sembari menyalakan mesin mobil pasukan MOP untuk mengantarkan mereka pulang.
******
******
Perjalanan menuju ke tempat penampungan pada dasarnya tidak terlalu jauh, hanya karena kondisi Yuri yang tidak memungkinkan untuk berjalan kaki seperti biasa, maka Bram dengan menggunakan salah satu mobil pasukan MOP mengantar Yuri pulang. Meskipun sebenarnya tanpa harus ada kehadiran dan paksaan dari Lune.
"Sial, sial, sial. Mengapa hari ini harus berakhir seperti ini?" gumam Bram bertanya kepada dirinya sendiri sambil melirik ke arah kaca mobil melihat Yuri dan Lune di bangku belakang.
"Hhhmmmm," gumam Lune dengan meninggikan intonasi suaranya sembari menatap kaca mobil yang digunakan oleh Bram untuk melihat mereka berdua di bangku belakang.
Bram pun hanya bisa merinding ketakutan mendengar gumam Lune tersebut, sementara ia melihat di bangku penumpang sebelahnya, Charlotte hanya bisa tertunduk canggung berada dalam kondisi tersebut.
"Sungguh tidak beruntung sekali aku hari ini," gumam Bram menyalahkan dirinya sendiri.
Tidak berapa lama mereka sampai di depan pintu tempat penampungan tersebut, dan tiba-tiba Lune langsung membuka pintu mobil meskipun mobil tersebut belum sepenuhnya berhenti total, hanya berjalan pelan untuk mengambil posisi yang sesuai untuk parkir sehingga tidak mengalami masalah.
"Tuunnnnggg---" ucap Bram belum selesai karena terkejut.
"Huuhhhh," ucap Yuri sambil menggelengkan kepalanya.
Sementara, Charlottte bersiap untuk membuka pintu mobil tersebut tanpa memperdulikan aksi yang dilakukan oleh Lune. Setelah mobil berhenti sempurna, Charlotte langsung turun untuk membukakan pintu bagi Yuri. Namun, tangan Lune dan Charlotte secara bersamaan saling memegang knop pintu mobil agar Yuri dapat keluar.
"Apa maksud dari perbuatanmu ini?" tanya Lune.
"Maaff, maafff," ucap Charlotte tanpa melepas pegangan pintu mobil tersebut.
"Lepaskan tanganmu," ucap Lune untuk yang kedua kalinya.
""Maaff, maafff ... aku hanya ingin membantu Yuri saja," ucap Charlotte tanpa melepas pegangan pintu mobil tersebut.
Yuri yang sudah terlalu lelah dan masih merasa sedikit pusing saat melihat kejadian tersebut mengambil inisiatif untuk keluar dari pintu mobil di tempat duduk Lune sebelumnya. Daripada pusing melihat mereka berdua, lebih baik menghindar saja, begitulah setidaknya apa yang dipikirkan oleh Yuri.
"Lepaskan tanganmu," ucap Lune.
"Hhhmmm, hhhmmmmm," ucap Charlotte sambil menggelengkan kepalanya meskipun dalam keadaan menunduk sebab merasa canggung dengan Lune.
"Huuhhhh ... apa mereka tidak malu, mereka bukan anak kecil lagi," gumam Yuri sambil mencoba pindah untuk keluar dari pintu satunya lagi.
"Lebih baik aku cepat-cepat pergi dari sini," gumam Bram.
Bram yang telah selesai mematikan mesin dan mulai keluar dari mobilnya memiliki rencana untuk segera kabur saja dari tempat tersebut. Tapi, Yuri berhasil menarik kerah baju Bram supaya ia dapat menolong Yuri untuk masuk ke ruangannya.
Bram pun hanya bisa terkejut dengan aksi Yuri tersebut. Namun, apa mau dikatakan. Setelah mengunci mobil, Bram pun mulai membantu Yuri berjalan untuk masuk ke dalam tempat penampungan tersebut.
"Apa kalian sudah selesai? Aku mau masuk dulu, ayo antarkan aku, Bram," ucap Yuri sembari melambaikan tangannya ke arah Lune dan Charlotte, dan tentunya dibantu oleh Bram yang sudah pasrah saja dengan apa yang akan terjadi nantinya.
"Yuri," ucap Lune dan Charlotte hampir bersamaan.
"Kau ini," ucap Lune sembari melihat ke arah Yuri.
"Ma-maafff, aku permisi masuk duluan," ucap Charlotte malu lalu segera melangkah pergi menyusul Yuri dan Bram.
"Perempuan ini ada hubungan apa sebenarnya dengan Yuri," gumam Lune yang masih berdiri disamping mobil.
Di dalam tempat penampungan sendiri, Ibu angkatnya Yuri dan beberapa staf langsung menghampiri Yuri namun tidak mau mengganggunya lebih jauh sehingga Yuri dapat beristirahat untuk memulihkan kondisinya terlebih dahulu.
"Kau tidak apa-apa, Yuri?" tanya ibu angkatnya.
"Tidak apa-apa kok, aku mau masuk ruanganku dulu, Ibu. Nanti akan kita bicarakan lagi kalau memang ada yang ingin Ibu ketahui," ucap Yuri lalu melangkah pergi dengan bantuan Bram untuk menuju ke ruangannya.
"Tidak perlu, asal kau masih berada disini, itu sudah cukup bagiku," ucap Ibu angkatnya berusaha tenang.
******
******
Sebagai bentuk tanggung jawab kepada karyawannya dan mempermudah pasukan MOP untuk melindungi, serta mendapatkan saksi atas kejadian tersebut maka Charlotte pun ikut pergi ke tempat penampungan Yuri. Hal lain juga disebabkan karena apartemen Charlotte lumayan cukup jauh namun hari sudah terlanjur malam, dan ia masih merasa trauma dengan kejadian yang menimpanya tersebut.
Charlotte pun tidak lupa untuk memperkenalkan dirinya kepada ibu angkat Yuri dan meminta izin agar ia bisa tinggal sementara untuk waktu yang belum dapat dipastikan sehingga retail tempatnya bekerja dapat digunakan kembali.
"Ohh ... tidak apa-apa, tenang saja," ucap Lousiana Matthew yang merupakan nama ibu angkat Yuri tersebut.
"Terima kasih, Ibu. Apa boleh aku menumpang membersihkan diri, berganti pakaian, dan menaruh beberapa berkas penting," tanya Charlotte lagi.
"Boleh ... tentu saja, tidak ada masalah sama sekali. Kau bisa menggunakan ruangan Lune untuk sementara waktu. Apa boleh, Lune?" Ucap Lousiana lalu bertanya kepada Lune yang sudah berada disebelah ibu angkatnya.
"Ohh ... ohhh, Bo-boleh, Ibu. Tapi ... tunggu sebentar, ruanganku agak berantakan dan akan aku rapikan terlebih dahulu. Kau tunggu dulu saja disini dan menemani Ibu mengobrol," ucap Lune terkejut dan tidak bisa menolak permintaan ibu angkatnya tersebut. Namun, ada beberapa hal penting diruangannya yang harus dibereskan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan masalah bagi dirinya, maupun yang ada ditempat penampungan ini sendiri.
Dengan tergesa-gesa dan tidak ingin membuang-buang waktu, Lune langsung pergi menuju ruangannya. Hal ini dikarenakan, tidak ada satupun yang boleh mendekati ruangannya maupun ingin tahu keadaan di dalamnya.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak, Lune, Ibu," ucap Charlotte.
"Kau tunggu saja dulu ya disini, karena ibu mau memeriksa makan malam untuk orang-orang yang ada disini. Sebab, sudah hampir masuk jam makan malam. Lagipula, ibu juga harus mempersiapkan makan malam bagi kalian juga," ucap Lousiana.
"Terima kasih sekali lagi, Ibu," ucap Charlotte.
Aktivitas di tempat penampungan tersebut kembali seperti biasa pada akhirnya. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing tanpa harus ikut campur terlalu dalam terkait urusan orang lain. Dan, Lune pun akhirnya mendapatkan teman satu ruangan atas permintaan ibu angkatnya meskipun dengan rasa terpaksa yang harus disembunyikan dari ibu angkatnya tersebut.
******
******
"Baiklah semuanya, kita cukupkan sampai disini dahulu ... besok kita akan lanjut kembali," perintah Kapten Philip kepada para anggotanya.
"Baik, Pak!!" Ucap para anggotanya sembari memberi hormat.
Sembari memeriksa sekali lagi lokasi kejadian dan memeriksa tanda garis dilarang melintas, kemudian Kapten Philip segera melangkah pergi dari tempat kejadian tersebut.
"Apakah semua mayat sudah diangkut? Lalu, bagaimana proses identifikasinya? Apakah besok sudah bisa dirilis dan diumumkan ke masyarakat umum?" tanya Kapten Philip kepada ketua tim forensik MOP.
"Siap, Pak!! Semua sudah kami bawa ke markas. Kalau masalah identifikasi ... karena ada beberapa korban dan kami harus melakukan proses otopsi lebih lanjut, besok kelihatannya belum bisa," jawab ketua tim forensik tersebut.
"Baiklah kalau begitu, secepatnya kau beritahu saja aku ... mari kita pergi dari sini," ucap Kapten Philip sambil mengajak ketua tim forensik.
"Baik, Pak!!" balas ketua tim forensik singkat.
Kapten Philip bertanya soal hasil otopsi dikarenakan ia harus membuat laporan kejadian yang akan menimbulkan permasalahan apabila tidak sampai diberitahukan ke pusat, meskipun cenderung pihak pusat sendiri tidak terlalu menanggapi laporan tersebut dan hanya mencari kesalahan agar aliran dana tidak terbagi menjadi dua arus, yaitu pembiayaan untuk kebutuhan perkembangan militer dalam menghadapi ancaman dari luar dan pembiayaan kepada para pasukan MOP.
"Terpaksa malam ini aku harus lembur kerja lagi," gumam Kapten Philip.
"Ayo, kita berangkat ke kantor lagi sekarang," ucap Kapten Philip memberi perintah kepada anggotanya yang lain.
Tidak berapa lama kemudian, mereka semuanya segera meninggalkan tempat tersebut yang hanya menyisakan puing-puing reruntuhan bangunan Mart'n Friends yang disertai dengan kepulan asap yang masih dapat dilihat dari bangunan maupun mobil kawanan perampok bersenjata api tersebut.
******
******
"Makan malam sudah siap ... ayo kita makan semuanya. Yuri ... bangun dulu dari tidurmu," ucap Lousiana kepada Lune, Charlotte, Bram dan Yuri yang sudah berkumpul di ruang makan Yuri.
Dikarenakan, kondisi Yuri yang belum terlalu fit dan untuk mempermudah, serta tidak merepotkan anggota tempat penampungan lain di dapur umum, maka ibu angkatnya mengambil inisiatif untuk makan malam bersama diruangan Yuri.
"Dimana wanita itu dan pria plin-plan satunya lagi, apa mereka tidak ikut? Jarang sekali kita makan bersama seperti ini lagi," ucap Bram membuka pembicaraan.
"Ohh ... mereka berdua belum pulang, tadi anak gadis Ibu satunya lagi pergi terburu-buru setelah Yuri pergi. Mungkin ada panggilan mendesak dari tempat kerjanya, sampai sekarang ia belum memberi kabar kepada Ibu," jelas Lousiana.
Yuri hanya bisa menatap Bram dengan sedikit terkejut, seakan-akan apa ia tidak tahu bahwa disini ada Lune yang memang kurang terlalu akrab dengan mereka berdua. Namun, itu semua terlambat, Lune sudah memasang muka yang begitu sangat marah sekali ke arah Bram.
"Hhiikkk ... mampus aku," gumam Bram melihat ekspresi Lune.
"Siapa mereka, Yuri?" tanya Charlotte penasaran dengan saudara angkat Yuri yang disebut oleh Lousiana.
"Oh ... mereka saudara-saudaraku yang lain," balas Yuri singkat sambil berusaha untuk turun dari tempat tidurnya.
Tiba-tiba saja Charlotte berdiri dan mendekati Yuri untuk membantunya turun dari tempat tidur untuk menuju ke meja hidangan makan malam tersebut. Tentu saja, semuanya terkejut termasuk Lousiana ibu angkatnya. Namun, Lune hanya bisa diam dan menahan dirinya untuk sesaat agar tidak mengacaukan makan malam tersebut.
"Terima kasih, Char," ucap Yuri yang sedikit canggung dan hanya dibalas Charlotte dengan senyuman saja.
"Semoga selera makanku tidak hilang," gumam Bram yang masih menyesali akan perkataan yang ia ucapkan sebelumnya.
Ruangan Yuri memang sedikit agak besar sehingga terdapat dapur, kamar mandi, begitu juga dengan ruang makan. Meskipun demikian, ruang makan yang dimaksud mencakup ruang untuk dipergunakan tamu berkunjung karena bertepatan disebelah tempat tidurnya. Sehingga, mereka pun makan dengan duduk dibawah (lesehan).
Dikarenakan ada ibu angkat mereka, maka Lune duduk disebelah Lousiana tepat berhadap dengan Yuri yang duduk disebelah Charlotte. Sementara, Bram duduk disebelah Charlotte yang langsung mendekati akses pintu keluar.
"Apa kau mau aku menyuapimu, Yuri ... seperti waktu kau kecil dulu," ucap Lousiana mendadak sembari tersenyum dengan maksud bercanda.
"Uuhhuhuuukkkk ... uuuhhuuukkkkk," Yuri pun terbatuk dan menyemburkan kembali air yang telah diminumnya
ke meja.
"Kau tidak apa-apa, Yuri?" tanya Charlotte tiba-tiba sembari memberikan sapu tangan.
"Terima ... uhuhhhkkk ... kasih, Char," ucap Yuri terbatuk-batuk dan berusaha mengatur nafasnya kembali.
"Hhmmmm," gumam Lune sambil tetap menikmati makan malam dengan tenang, meskipun matanya berkata lain melihat apa yang dilakukan oleh Charlotte.
Charlotte pun yang sadar akan tatapan tersebut, segera berinisiatif duduk kembali dan mencoba untuk melanjutkan makan malamnya kembali. Sementara, Bram hanya menikmati pemandangan tersebut sebagai tontonan sandiwara malam agar selera makannya tidak hilang, dan ia bisa dengan cepat pergi dari tempat tersebut.
"Hhmmm nnyaammm nammm ahhaammmmm," ungkapan rasa bahagia dan nyamannya Bram dalam menikmati makan malamnya.
"Ibu hanya bercanda, Yuri. Lagipula, kau saja bangun dari tidurmu dibantu oleh Char ... apa kau bisa makan sendiri," canda Lousiana sambil tertawa kecil.
"Uuhuuukkk ... Ibu, hhuukk ... aku bisa sendiri," uUcap Yuri yang masih terbatuk dikarenakan ucapan ibu angkatnya tersebut.
Namun, apa yang dikatakan ibu angkatnya tersebut terjadi, selang beberapa menit mereka mulai makan malam, sendok yang dipegang Yuri terjatuh dikarenakan masih lemahnya kondisi Yuri akibat kejadian yang menimpanya hari ini, dan seketika membuat semuanya terkejut untuk berhenti untuk sesaat.
"Apa ibu bilang tadi," ucap ibu angkatnya sedikit khawatir.
"Tidak apa-apa Ibu Lousiana, biar aku saja yang menyuapi makan Yuri," ucap Charlotte tiba-tiba.
"Guulllpppp," Bram menelan makanan yang tertahan dimulutnya sembari melihat ke arah Lune yang masih menahan dirinya dengan sikap yang tenang.
"Tidak, terima kasih ... Char, aku akan minta bantuan Bram saja," ucap Yuri yang langsung menoleh ke arah Bram.
"Ahhh ... maaf, maa-afff," ucap Charlotte malu sambil tertunduk lesu karena sadar akan keadaan yang menurutnya tidak sopan tersebut.
Bram pun hanya bisa menggerakkan jari telunjuknya ke arah dirinya sendiri seakan-akan ia tidak percaya dengan ucapan Yuri yang menurutnya tidak masuk akal tersebut. Seketika itu juga Bram membalikkan serangan dengan mengarahkan matanya ke arah Lune lalu balik lagi ke Yuri sampai beberapa kali agar Yuri mencari pengganti dirinya untuk lari dalam situasi yang canggung tersebut. Apalagi, posisi duduknya sendiri cukup jauh.
"Kakak jangan coba-coba menambah urusanku hari ini," gumam Bram sambil memberikan kode tersebut kepada Yuri yang tetap berusaha untuk meminta bantuan kepadanya.
"Adduuuhhhh, malluunyaa ... aku bukan siapa-siapanya Yuri, tapi itu hanya reflek saja dan tidak ada maksud lain, maallluuunnyyaa," gumam Charlotte masih tertunduk malu dan berusaha untuk menikmati makan malamnya lagi.
Yuri pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, dan tiba-tiba saja ibu angkatnya ingin segera berdiri untuk mengambil inisiatif sendiri sementara situasi belum selesai antara Yuri dan Bram. Namun, pada akhirnya Lune pun turun tangan.
"Sini ... buka mulutmu," ucap Lune yang telah berpindah duduk mendekati Yuri dan segera menyuapi Yuri.
"Luunnnneee ... apa-apaan kau ini," ucap Yuri dengan raut muka yang memerah karena malu.
"Ayo cepat buka mulutmu itu, lama-lama terasa pegal juga tanganku ini," ucap Lune dengan sedikit mendesak Yuri.
Bram benar-benar berhenti makan dan meletakkan alat makannya pelan ke meja makan, sementara Charlotte hanya bisa melihat dengan perasaan tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya. Sedangkan, Ibu angkat mereka hanya bisa kembali duduk lagi sambil tersenyum kecil melihat Lune dan Yuri.
"Sudah-sudah ... ayo cepat makan, Yuri. Lune sudah berbaik hati untuk menyuapimu, kalian berdua juga ... ayo cepat makan, kok malah diam semua," ucap ibu angkatnya kepada anak-anak muda diruang makan tersebut.
Charlotte pun hanya bisa berusaha makan kembali meskipun sedikit merasa campur aduk didalam hatinya. Ia pun tidak bisa berbuat banyak karena ia juga hanya tamu di tempat penampungan yang telah dianggap rumah sendiri bagi Yuri.
"Baiklah, aammmm ... termma kkssihhh, Lunnnee," ucap Yuri sembari mengunyah makan malamnya.
"Jangan banyak bicara, selesaikan makanmu dengan benar, apa kau mau sayur yang itu? Itukan sayur kesenanganmu," ucap Lune sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Hhmmm ... hhmmm," ucap Yuri yang tidak jelas sambil menganggukkan kepalanya.
"Apa kau mau tambah nasi lagi, Yuri?" tanya Lune yang mulai melepaskan emosinya dari tadi dan hanya fokus terhadap Yuri.
"Baiklah," jawab Yuri singkat.
Lama-kelamaan Charlotte pun merasa jauh sekali dari apa yang diharapkan oleh dirinya sendiri, karena tanpa dirinya pun Yuri masih ada Lune yang mengerti akan dirinya dan tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh Yuri. Namun, itu semua tidak menutup kemungkinan bahwa Charlotte tidak memiliki kesempatan kedua untuk dapat mengambil hati Yuri kembali. Terlebih, beberapa hari ke depan ia akan tinggal satu atap dengan Yuri.
"Aku akan berusaha lebih baik lagi," gumam Charlotte menyemangati dirinya sendiri berusaha menghilangkan kesedihannya.
Tidak berapa lama, acara makan malam bersama itu pun selesai. Lune segera membantu ibu angkatnya untuk membereskan peralatan-peralatan makan tersebut. Sesuai rencana semula, Bram pun berakting untuk bersikap biasa saja sambil bersiap pergi dari tempat tersebut.
"Kau tunggu aku diluar, Bram. Dan ... jangan berani untuk coba-coba kabur," ucap Lune yang sibuk mencuci peralatan makan tersebut.
"Baik ... baik," ucap Bram terkejut dan segera meninggalkan ruangan Yuri tersebut.
"Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Charlotte memberanikan diri karena merasa tidak nyaman apabila tidak ikut membantu.
"Kau tunggu saja diruangan Lune. Biar Ibu dan Lune yang membereskan ini," ucap Lousiana.
"Baiklah, sampai jumpa besok, Yuri," ucap Charlotte mengikuti jejak Bram meninggalkan ruangan tersebut.
******
Hembusan asap rokok yang disemburkan oleh Bram ikut menemani dinginnya angin malam ini. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Lune, maka ia pun menunggu Lune diluar tempat penampungan sehingga dapat berbicara lebih leluasa.
"Apa kau ingin seperti ini terus, Kak Lune," gumam Bram.
Bram pun kembali menghisap rokoknya dan menyemburkan asapnya kembali. Tidak berapa lama pintu masuk tempat penampungan tersebut terbuka dari dalam, dan benar Lune menemui Bram.
"Sebelum kau berbicara, aku ingin memastikan satu hal?" ucap Lune dengan serius.
"Baik, baik ... tidak perlu terlalu serius seperti ini," ucap Bram santai sembari mematikan rokoknya.
Namun, Lune tidak pernah main-main dengan ucapannya. Lune pun menarik kerah baju Bram dengan sekuat tenaga sambil memperlihatkan bahwa ia tidak hanya marah, melainkan kesal, penasaran, dan tidak bercanda saat itu juga.
"Baik, baik ... lepaskan kerah bajuku dulu," ucap Bram terkejut.
"Huhhh," ucap Lune singkat sembari mendorong Bram mundur.
"Uhuhhhkkk ... uhuhkkk, dari dulu aku paling malas berurusan dengan Kakak kalau sudah seperti ini," ucap Bram terbatuk-batuk.
"Jangan banyak basa-basi lagi, sekarang dengarkan aku. Aku hanya ingin memastikan satu hal kepada dirimu sebelum pertanyaan yang lainnya," ucap Lune kembali dengan serius.
"Baik, baik, apa yang ingin Kakak ketahui?" tanya Bram sembari membetulkan kerah bajunya yang ditarik Lune.
"Apa kau bertemu dengan sang hantu, Bram?" tanya Lune lebih serius lagi yang membuat Bram hanya bisa terdiam.