Tuesday, 05 December 2253, 18:07:22 ( ruang kerja Mart'n Friends )
******
Charlotte masih berada diruang kerjanya, berusaha untuk mengambil beberapa berkas yang dapat ia bawa dan memeriksa beberapa kerusakan yang akan dimuat dalam laporan untuk dikirim ke pusat.
"Bagaimana tanggapan mereka nantinya," ucap Charlotte sembari melihat kondisi disekitarnya sembari mendokumentasikan beberapa kerusakan untuk lampiran dalam laporan yang akan dibuatnya.
"Apa nanti aku akan ditarik ke tempat lain? Apa aku tidak bisa dekat dengan Yuri lagi? Bagaimana ini, apa aku akan diliburkan untuk sementara waktu?" begitulah beberapa pertanyaan yang dipikirkan oleh Charlotte terdiam sesaat.
Pita garis dilarang melintas yang dipasang oleh pasukan MOP sampai hari ini belum dilepaskan, karena dirasakan masih cukup berbahaya dan akan menimbulkan beberapa kerusakan tambahan yang tidak diperlukan apabila mau dilakukan penyelidikan tambahan. Oleh sebab itu, masih ada beberapa pasukan MOP yang berjaga-jaga selain dua orang detektif yang bekerja untuk menganalisa lebih lanjut lokasi tersebut.
"Apa kau sudah selesai, Nona?" tanya salah satu detektif tersebut.
"Apa sudah waktunya untuk pergi dari tempat ini, Pak Detektif!?" ucap Charlotte.
"Ini sudah petang, kalau kau terlalu lama disini tanpa adanya pengawasan takutnya akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ucap detektif tersebut.
"Baiklah," ucap Charlotte.
Beberapa pasukan MOP rupanya sudah berangsur-angsur menaiki kendaraan mereka dengan salah satu detektif lainnya untuk meninggalkan lokasi kejadian. Selain itu, dengan menjelangnya malam hari, tidak mungkin juga untuk melanjutkan penyelidikan kembali.
"Apa kau mau diantar ke tempat penampungan, Nona?" tanya detektif tersebut.
"Oh, tidak perlu Pak. Terima kasih. Aku masih ada keperluan lain, jadi terima kasih sekali lagi atas bantuannya," ucap Charlotte.
"Baiklah, kalau begitu. Hati-hati dijalan Nona," ucap detektif tersebut.
"Baik, Pak Detektif," ucap Charlotte.
Tidak lama kemudian mereka pun berpisah dan meninggalkan lokasi kejadian. Dikarenakan, jarak yang tidak terlalu jauh, Charlotte pun merasa akan memberatkan para pasukan MOP saja apabila harus mengantarkannya kembali ke tempat penampungan, selain itu Charlotte masih ada beberapa barang kebutuhan yang harus ia beli.
"Lebih baik aku belanja kebutuhanku saja terlebih dahulu," ucap Charlotte.
******
******
"Akhirnya aku bisa lepas dari cengkeraman pekerjaan lembur Kapten Philip," ucap Bram setelah berhasil keluar dari gedung MOP.
"Kau mau pulang, Pak Bram," ucap anggota MOP yang kebetulan ingin masuk ke dalam gedung MOP setelah kembali berpatroli.
"Tentu, hari ini sungguh melelahkan sekali. Bagaimana dengan patrolimu? Apa ada hal-hal mencurigakan?" tanya Bram.
"Untuk hari ini keadaan masih terkendali dan aman, jadi tidak akan memberikan kita pekerjaan tambahan," ucap anggota MOP tersebut.
"Baiklah, aku pergi dulu," ucap Bram sembari menepuk bahu anggota MOP tersebut.
"Siap, Pak! hati-hati dijalan dan selamat beristirahat," ucap anggota MOP tersebut sambil memberikan hormat.
Bram pun meninggalkan tempat tersebut dengan berjalan kaki, karena ia sendiri memang tidak memiliki kendaraan dan belum merencanakan membelinya pula. Sambil menghidupkan rokoknya kembali, Bram melanjutkan langkah kakinya untuk kembali pulang ke tempat penampungan.
"Mudah-mudahan Kak Lune sudah selesai melakukan analisa yang aku minta, karena ada beberapa hal yang harus aku pastikan satu kali lagi terkait kejadian pembunuhan tersebut," gumam Bram.
"Tapi, aku lapar sekali, lebih baik aku mencari tempat makan saja dulu," ucap Bram sembari menghembuskan asap rokoknya.
Cukup lama Bram berjalan untuk mencari tempat makan agar ia tidak merasakan kelaparan lagi, maklum saja, Bram hanya sarapan pagi tanpa makan siang karena terjadi kasus pembunuhan dan segera pergi ke lokasi kejadian. Beberapa menit kemudian akhirnya tempat yang diinginkan Bram telah berada tepat dihadapannya.
"Akhirnya ... surga duniaku," ucap Bram mendramatisir keadaannya.
"Permisi ... apa aku boleh lewat," ucap sebuah suara yang berada dibelakang Bram dan merasa terhalangi oleh Bram yang sama-sama memiliki tujuan untuk masuk ke rumah makan tersebut
"Oh ... maaf," ucap Bram sambil memutar tubuhnya ke arah sumber suara tersebut.
"Pak Bram" ucap sumber suara tersebut terkejut.
"Charlotte," ucap Bram yang mengenali sumber suara tersebut.
Ternyata sumber suara tersebut berasal dari sosok wanita yang dikenal oleh Bram, tentu saja karena adanya kasus perampokan bersenjata api kemarin. Selain itu, ia juga yang mengantarkan Charlotte untuk tinggal sementara di tempat penampungan selain alasan untuk membantu Yuri yang sedang sakit.
"Apa kau baru selesai dari tempat kerjamu?" tanya Bram.
"Ya, Pak Bram, karena masih ada beberapa berkas serta mengambil beberapa dokumentasi untuk laporanku. Apa Bapak mau makan malam disini?" ucap Charlotte sembari bertanya kepada Bram.
"Kruuukkk ... krruukkkkk," bunyi perut Bram tanpa harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Charlotte.
"Maafkan aku," ucap Bram malu sembari menundukkan kepalanya.
"Ah ... tidak apa-apa kok Pak," ucap Charlotte menahan tawanya.
Mereka berdua pun akhirnya memasuki rumah makan tersebut tanpa berlama-lama lagi diluar rumah makan tersebut, dan segera memesan beberapa makanan dari menu yang ada ditampilan menu setelah mendapatkan kursi yang kosong untuk mereka gunakan menikmati makan malam.
******
******
"Kak Yuri, waktunya makan malam," ucap Lunnaya dibalik pintu ruangannya.
"Oke," jawab Yuri singkat.
Lain hal dengan Lune, Lunnaya masih menjaga privasi Yuri. Selain itu, kelihatannya Lune juga belum keluar dari ruangannya karena Bram meminta pertolongan kepada Lune untuk memeriksa beberapa hal.
"Kau tidak harus menunggu aku juga, Naya," ucap Yuri keluar dari ruangannya.
"Ah ... tidak apa-apa, biasanya Kak Lune sudah mengajak Kak Yuri untuk makan malam, tapi karena ibu dari tadi tidak melihat Kak Lune, maka ibu menyuruhku untuk memanggil Kak Yuri," ucap Lunnaya berusaha menjelaskan.
"Oh ... terima kasih kalau begitu," ucap Yuri.
"Apa Kak Yuri besok ada waktu luang?" tanya Lunnaya
"Tidak biasanya Lune menghilang begitu saja, apa dia lagi ada pekerjaan penting diruangannya?" gumam Yuri tanpa mendengarkan pertanyaan yang diajukan Lunnaya.
"Kak Yuri," ucap Lunnaya ketus sembari menggoyangkan tubuh Yuri.
"Oh ... maaf, maaff, apa yang kau tanyakan tadi ... aku tidak mendengarnya," ucap Yuri merasa bersalah.
"Ahhh ... pasti Kak Yuri sedang memikirkan apa yang sedang dikerjakan Kak Lune diruangannya, menjengkelkan sekali," gumam Lunnaya.
Lunnaya sebenarnya ingin mengajak Yuri untuk berjalan-jalan kembali mencari udara segar, selain dari alasan untuk mendapatkan waktu berdua saja. Namun, Yuri tidak mendengarkan pertanyaan tersebut dan terpaksa Lunnaya memberikan alasan lain.
"Ahh ... tidak ada yang penting kok, aku hanya bertanya, apakah kakak sudah meminum obat untuk penyembuhan kaki Kakak," ucap Lunnaya mengalihkan pembicaraan.
"Ohh ... sudah, sudah, kau tenang saja, jangan terlalu khawatir begitu," ucap Yuri kemudian mengelus lembut kepala Lunnaya.
"Biasanya aku senang diperlakukan seperti ini, tapi mood ku hilang karena Kak Yuri yang masih saja fokus dengan Kak Lune," gumam Lunnaya emosi.
"Kakak duluan saja ya, aku masih harus memanggil Kak Lune untuk makan malam," ucap Lunnaya.
"Baiklah," ucap Yuri pendek lalu meninggalkan Lunnaya.
Dengan tatapan mata yang tajam ke arah pintu masuk ruangan Lune, Lunnaya pun segera pergi untuk menemui Lune. Akan tetapi, sebelum Lunnaya mengetuk pintu ruangannya, Lune telah membukakan pintu tersebut dan keluar dari ruangannya.
"Aku kira Kak Lune belum mau keluar dari ruangan, ibu menyuruhku memanggil Kak Lune untuk makan malam," ucap Lunnaya sembari mengubah ekspresinya.
"Huhhh," desah Lune.
"Ada apa, Kak Lune?" tanya Lunnaya heran.
"Kau tidak perlu basa-basi, apa yang kau inginkan dariku," ucap Lune serius.
"Maksud Kakak apa?" tanya Lunnaya masih dengan mode heran dan memasang ekspresi muka tidak bersalah.
"Ibu tidak pernah mencariku untuk urusan kecil yang seperti ini, karena kita semua tahu ibu tidak akan pernah mengganggu privasi anak-anaknya apabila tidak terlalu penting, lagipula biasanya aku juga yang membantu ibu untuk menyiapkan malam bagi penghuni tempat penampungan ini. Jadi, kalau aku tidak muncul ibu juga sudah tahu bahwa aku memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan dan tidak ingin diganggu untuk sementara waktu," jelas Lune dengan memasang muka serius.
"Ohhhh," ucap Lunnaya mengubah ekspresinya.
"Jadi?" tanya Lune singkat.
"Baiklah, aku langsung saja, diluar dari yang kita ketahui bersama ... tentunya diluar kerjasama kita, bagaimana hubungan Kak Lune dengan Kak Yuri?" ucap Lunnaya dengan memberikan pertanyaan yang serius.
"Itu bukan urusanmu," jawab Lune singkat.
"Bagaimana itu bukan menjadi urusanku, aku juga wanita dan punya perasaan terhadap Kak Yuri. Apalagi kita bukan saudara kandung, apa aku tidak boleh bersama dengan orang yang aku suka?" ucap Lunnaya.
"Aku tidak ingin membuat keributan Naya," ucap Lune melangkahkan kakinya untuk menghindar dari Lunnaya.
"Tapi, aku ingin tahu jawabannya sekarang juga ... apalagi kondisi Kak Yuri yang sedang tidak sehat, aku ingin sekali selalu ada disampingnya," ucap Lunnaya sembari menepuk bahu Lune untuk menahannya pergi menjauh dari tempat tersebut.
"Aku sungguh-sungguh Naya," ucap Lune berusaha menahan emosinya.
"Aku ... ingin ta-tahu ...," ucap Lunnaya yang mulai gugup karena ia tahu betul kalau Lune tidak suka ada yang menahannya pergi untuk hal-hal yang sepele.
"Naya ... aku tidak suka mengulangi perkataanku berkali-kali, kalau kau ingin menyelesaikan masalah ini seperti biasa aku tidak keberatan. Tapi ... jangan buang-buang waktuku untuk hal-hal kecil seperti ini," ucap Lune yang sudah merasa tidak tahan dengan sikap Lunnaya.
Lunnaya pun sudah paham dengan sifat Lune, namun apabila hal tersebut berkaitan dengan Yuri dan Lunnaya ingin mengetahuinya maka ia mau tidak mau memaksa Lune untuk menjawabnya. Selain itu, Lunnaya sendiri sudah terlanjur menepuk bahu Lune untuk mencegah Lune pergi menghindari Lunnaya.
"Ta-tapi---" ucap Lunnaya gugup dan tidak dapat melanjutkan perkataannya kembali sembari melepaskan tangannya dari bahu Lune.
"Kau ini," ucap Lune pelan dan berusaha untuk mengontrol emosi didepan adik kecil yang disayanginya tersebut.
"Kak Lune," ucap Lunnaya terkejut karena tiba-tiba Lune memeluk erat Lunnaya.
"Kalau kau suka dengan Yuri, katakan saja kepadanya langsung ... dan, apabila kau memang benar-benar mengkhawatirkan dirinya, katakan saja kepadanya bahwa kau sangat dan benar-benar menyayangi dirinya," bisik Lune ditelinga Lunnaya.
"Kak Lune," ucap Lunnaya.
"Tapi ... apapun yang kau lakukan, jangan sampai merasa kecewa seandainya apa yang kau harapkan tidak sesuai dengan apa yang kau inginkan," bisik Lune kembali.
Lunnaya tidak dapat berkata apa-apa lagi mendengar ucapan yang dibisikkan ke telinganya tersebut. Cukup lama mereka berdua berpelukan di depan ruangan Lune, sampai akhirnya Lune melepaskan pelukannya tersebut dan memberi kecupan hangat di dahi Lunnaya.
"Ini tidak adil," ucap Lunnaya.
"Ayo kita makan saja dulu ... setelah itu, kalau kau ingin melanjutkan perbincangan kita lagi mengenai Yuri ... aku tidak akan pergi kemana-mana kok, adik perempuan kecilku tersayang," ucap Lune sembari tersenyum.
"Kak Lune, Kakak ini ... memang susah untuk ditebak, meskipun begitu, aku tetap sayang dengan Kak Lune," gumam Lunnaya tersenyum.
"Ayo," ucap Lune mengajak Lunnaya.
"Hhhmmmm," gumam Lunnaya sambil menganggukkan kepalanya dan meraih tangan Lune menuju ke
dapur umum.
"Tapi, aku akan tetap berusaha sebaik mungkin ... maafkan aku kalau seandainya nanti aku mengalahkanmu Kak Lune," gumam Lunnaya.
"You can try it, if you want it" gumam Lune.
******
******
Dua jam kemudian, akhirnya acara makan malam berdua antara Bram dan Charlotte dikarenakan unsur ketidaksengajaan berakhir, dengan Bram yang akhirnya membayar semua tagihan makan malam tersebut. Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan pulang ke tempat penampungan.
"Terima kasih, Pak. Atas makan malamnya," ucap Charlotte.
"Ah ... tidak perlu, oh ya, jangan panggil pak dong ... apa aku begitu tua ya," ucap Bram.
"Tapi," ucap Charlotte.
"Meskipun aku hanya selisih tiga tahun dibawah Kak Yuri dan satu tahun dibawah Kak Lune, tampangku juga tidak terlalu tua kalau dilihat-lihat, apalagi kau adalah pimpinan Kak Yuri, pasti kalian seumuran," ucap Bram.
"Hhhmmmm," gumam Charlotte terhenti langkah kakinya karena merasa malu.
"Oh ... ma-maaff, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu" Ucap Bram merasa bersalah meski ia tidak tahu dimana letak kesalahannya.
"Hmmpphhh ... tidak baik membicarakan usia perempuan, apa kau tidak punya malu," ucap Charlotte ketus dengan tidak memanggil Bram secara formal kembali.
"Huh, apa ada ya hal-hal seperti itu," gumam Bram heran.
"Baik, baik ... maaf kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalanan kita sebelum larut malam," ucap Bram.
"Baik, Pak Bram," ucap Charlotte spontan.
Bram pun hanya bisa menundukkan wajahnya. Namun, dikarenakan beberapa alasan yang telah disampaikan oleh Bram sebelumnya, maka pada akhirnya Charlotte pun setuju untuk tidak menggunakan kalimat hormat didepan nama Bram kembali. Dan, itu cukup melegakan bagi Bram.
"Oh iya, aku dengar hari ini ada kasus, bagaimana perkembangannya?" tanya Charlotte.
"Iya, ada kasus pembunuhan, kasus ini kemungkinan sama dengan kasus yang terjadi tahun lalu, tapi aku masih butuh beberapa informasi tambahan untuk memperjelas dugaanku," ucap Bram sambil menyalakan rokoknya.
"Ohh ... berarti kali ini kalian yang menangani kasus tersebut?" tanya Charlotte.
"Pada awalnya memang benar kami yang melakukan proses investigasi terkait kasus tersebut, tapi tidak lama divisi internal militer yang dikirim pusat tiba, pada akhirnya mereka yang menangani kasus tersebut," jelas Bram.
"Sulit sekali kalau terlalu banyak otoritas yang harus dipatuhi hanya karena kasus seperti ini, lalu bagaimana tindakan MOP sendiri untuk kedepannya," ucap Charlotte.
Bram pun menjelaskan bahwa MOP tidak dapat berbuat banyak akan hal tersebut, kecuali ada instruksi langsung dari pusat. Namun, hal itu tidak akan terjadi sampai kapanpun, sebab induk MOP sendiri adalah Royal Army ( nama militer dari negara mereka ), sementara MOP hanya cabang kecil yang langsung dibentuk pada setiap kota dan dinaungi langsung oleh Royal Army. Sehingga, MOP hanya berada di kota-kota di setiap zona ( kecuali merah dan hitam ) tanpa ada atasan khusus yang memberikan garis komando dari pusat.
Kepulan asap rokok dan angin malam seakan-akan ikut serta dalam perbincangan Bram dan Charlotte. Lebih lanjut, setelah cukup menjelaskan beberapa hal yang belum diketahui oleh Charlotte tentang garis komando dan struktur organisasi MOP itu sendiri, mereka akhirnya sampai di tempat penampungan tersebut.
"Tidak terasa kita akhirnya sampai disini ... sungguh menyenangkan apabila ada teman seperjalanan untuk diajak berbincang-bincang," ucap Charlotte.
"Tenang saja, kalau kau butuh teman berbicara lagi kau dapat menemuiku kapan saja ... dengan catatan apabila kapten tidak mengikatku dengan pekerjaannya, hahahahaha," ucap Bram bercanda.
"Ohh ... terima kasih, terima kasih," ucap Charlotte tersipu malu dengan tawaran Bram tersebut.
"Tapi, jangan salah paham dulu ya, aku tahu soal hubungan kalian berdua yang bertepuk sebelah tangan, aku juga bukan bermaksud mengambil keuntungan, tapi anggap saja itu tawaran dari seorang sahabat," ucap Bram lalu tersenyum lebar sampai gigi-giginya terlihat semua lalu mengacungkan jempolnya ke arah Charlotte.
"Terima kasih, Bram," ucap Charlotte.
"Coba saja Lune memiliki 25% sifat leluconmu, jadi aku tidak merasa canggung kalau harus berhadapan dengan dirinya," ucap Charlotte.
"Hahahahaha ... ha, ha, sial ... aku lupa," ucap Bram ingat bonus tambahan yang dijanjikan kepada Lune, meski Bram tidak pernah menyebutkan kapan akan diberikan.
"Ada apa Bram, apanya yang lupa?" ucap Charlotte bertanya kepada Bram heran.
"Ah ... tidak apa-apa kok, tidak ada hal yang penting ... ayo kita masuk," ucap Bram sembari mempersilahkan Charlotte untuk masuk ke dalam terlebih dahulu sambil membukakan pintu masuk tempat penampungan tersebut.
Dikarenakan Bram paham akan sifat Lune yang tidak suka basa-basi sehingga ia tahu kapan akan memberikan suatu hal yang telah dijanjikan, Lune menginginkan apa yang dijanjikan tepat pada hari yang bersangkutan tanpa harus diberitahukan terlebih dahulu. Untuk kali ini, Bram benar-benar akan dibuat sengsara oleh Lune.
"Mudah-mudahan aku bisa bertahan kali ini," gumam Bram masih tersenyum kecil kepada Charlotte, dan tidak terasa keringat dingin pun mulai keluar.
"Terima kasih Bram, sampai bertemu besok," ucap Charlotte kemudian pergi meninggalkan Bram.
"Benar-benar habis aku kali ini," gumam Bram yang langsung mengarahkan pandangannya ke arah Lune yang sudah berada di depan pintu ruangannya sembari tersenyum kecil yang dipaksakan.
Lune pun tersenyum puas dengan tatapan tajam ke arah Bram.