Chereads / Internal Zone / Chapter 8 - A Day Of Hope

Chapter 8 - A Day Of Hope

Tuesday, 05 December 2253

******

Hari baru pun dimulai, dengan berbagai aktivitas biasa yang sering dilakukan para warga di kota tempat Yuri tinggal. Kecuali, masih terdapat sedikit kenangan dari kejadian kemarin yang membekas di beberapa orang yang terlibat dalam aksi perampokan bersenjata api dan menghancurkan sebagian bangunan Mart'n Friends.

******

******

"Apa Yuri sudah bangun, Lune? Apa kau tidak membangunkannya pagi ini?" tanya Lousiana kepada Lune yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Tidak, Ibu ... aku sengaja tidak membangunkannya untuk hari ini, biar dia bisa beristirahat saja dulu untuk sementara waktu," ucap Lune.

"Selamat pagi, Ibu Lousiana," ucap Charlotte yang berada dibelakang Lune.

"Ohh ... selamat pagi sayang, bagaimana tidurmu?" tanya Lousiana kepada Charlotte.

"Sungguh nyenyak sekali Ibu, terima kasih atas izinnya untuk sementara waktu agar dapat tinggal disini," Ucap Charlotte.

"Tidak apa-apa, kapanpun kau mau. Kalau perlu kau jadi teman sekamarnya Lune saja, bagaimana?" tanya Lousiana.

Lune hanya bisa terkejut dan menahan dirinya dengan melihat tajam ke arah Charlotte yang pura-pura tidak melihatnya, dan berkata sambil tersenyum memaksa, "Terima kasih Ibu, akan aku pikirkan dengan baik atas tawaran yang diberikan."

"Mengapa tidak dikamar anak gadis Ibu yang satunya lagi saja," gumam Lune antara senang dan khawatir atas perkataan Charlotte dan Ibu angkatnya tersebut.

"Baiklah Ibu, aku mau pergi melihat tempat kerjaku dulu," ucap Charlotte lagi.

"Apa kau tidak apa-apa pergi sendiri kesana, Charlotte?" tanya Lousiana yang merasa sedikit khawatir akan kepergian Charlotte ke lokasi kejadian.

"Tidak apa-apa, Ibu," ucap Charlotte.

Rutinitas pun kembali berjalan seperti biasa di tempat penampungan tersebut. Lune membantu ibu angkatnya untuk mengatur keperluan mereka, sementara Bram sudah berangkat pagi-pagi sekali setelah mendapat berita dari Kapten Philip yang memberikan perintah kepadanya untuk menjaga lokasi kejadian.

******

******

"Ohh ... pagi sekali kau datang, Bram," ucap Kapten Philip.

"Mau bagaimana lagi," jawab Bram singkat, meski pada awalnya ia ingin beristirahat.

"Kapten sendiri?" tanya Bram.

"Aku langsung saja menuju ke sini, sementara di toko perhiasan ... aku perintahkan saja beberapa detektif untuk menanganinya," ucap Kapten Philip.

Sampai hari ini, pihak MOP belum melepas pita garis dilarang melintas di bangunan Mart'n Friends agar tidak mengganggu proses penyelidikan lebih lanjut. Sementara, pihak kebersihan tata kota sedang membereskan puing-puing reruntuhan akibat kejadian tersebut, yang tentunya setelah mendapatkan izin dari Kapten Philip.

"Apa mereka tidak ada hubungannya dengan para perampok ini, Kapten?" tanya Bram.

"Kalau menurut hasil yang diperoleh seadanya kemarin karena pemeriksaan belum selesai, kelihatannya mereka hanya mendapat bantuan dari mafia biasa, sebab apabila mereka mendapat bantuan dari apa yang kau maksud---" ucap Kapten Philip tanpa menyelesaikan bicaranya sambil melihat ke arah Bram.

"Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kapten. Pekerjaan mereka sangat bersih, tidak mungkin akan meninggalkan jejak sembarangan," sambung Bram menanggapi penjelasan Kapten Philip.

"Kita juga telah mendapat informasi tambahan tentang mafia yang melakukan kontak dengan mereka, kelihatannya mereka sudah bekerjasama untuk waktu yang cukup lama dalam hal perdagangan senjata api ilegal," ucap Kapten Philip.

Selain mafia dan geng-geng kecil yang menguasai zona merah dan beberapa titik kota yang berada dalam zona kuning, ada sebuah organisasi yang sampai saat ini masih menjadi titik buta bagi pihak militer. Mereka adalah Dead Flag, sebuah organisasi yang bergerak dalam semua bidang, perdagangan senjata api, pembunuhan, menjual aset negara, menjadi mata-mata dan menjual informasi ke negara lain, dan sebagainya.

Meskipun demikian, pekerjaan yang mereka lakukan sangatlah rapi dan sulit untuk dideteksi, bahkan tidak jarang pihak MOP sendiri mengalami jalan buntu dalam memecahkan kasus yang terlibat dengan organisasi mereka. Dead Flag sendiri muncul sejak dua tahun terakhir sebelum perang benar-benar mendingin, sehingga dibentuk MOP sebagai petugas patroli di setiap masing-masing kota.

"Lagipula, mereka pasti tidak akan sembarangan dalam memilih klien, bukan begitu?" ucap Kapten Philip.

"Tepat sekali, untuk apa mereka repot-repot bekerjasama dengan penjahat kecil seperti ini," ucap Bram setuju.

"Apa informasi ini dapat dipercaya, Kapten?" tanya Bram.

"Aku sendiri yang memeriksa kebenaran informasi tersebut sampai dua kali dan memang benar adanya, mereka bekerjasama dengan salah satu mafia di zona merah," ucap Kapten Philip.

"Kapan kita akan mulai bergerak?" tanya Bram tidak sabar untuk segera menangkap para mafia tersebut.

"Tidak perlu terburu-buru, selesaikan saja terlebih dahulu permasalahan yang ada di sini, beristirahat untuk beberapa hari, baru kita mulai lagi investigasinya. Selain itu, akibat kejadian ini mereka pasti akan meningkatkan keamanan mereka, jadi kita jangan mempersulit diri kita sendiri untuk sementara waktu," jelas Kapten Philip.

"Baiklah kalau itu yang kapten inginkan," ucap Bram.

"Tenang saja, kau pasti akan aku hubungi," ucap Kapten Philip menepuk bahu Bram dan mulai berjalan mendekati lokasi kejadian.

Bram pun hanya bisa membalas ucapan kapten tersebut dengan senyuman kecil dan mulai mengikutinya untuk mencari barang bukti atau petunjuk-petunjuk penting lain yang dapat dijadikan bahan bukti maupun petunjuk terkait kejadian tersebut.

"Sebenarnya ada petunjuk terkait dengan organisasi mereka dengan barang bukti yang aku temukan kemarin, tapi aku sendiri belum dapat memastikan apakah itu bisa digunakan sebagai dasar petunjuknya. Beruntung kemarin Bram sudah pulang terlebih dahulu," gumam Kapten Philip.

"Pokoknya aku harus membasmi mereka semua dengan tanganku sendiri," gumam Bram.

Investigasi pun dilanjutkan kembali.

******

******

Di tempat lainnya, pria yang berpapasan dengan Yuri kemarin ketika ingin berangkat kerja sedang diberikan sedikit kritikan dari pimpinan geng yang baru saja ia ikuti. Hal ini dikarenakan, untuk menjalankan tugas sederhana yang diberikan saja, pria yang tidak lain masih saudara angkat Yuri, Lune, dan Bram tersebut tidak dapat menyelesaikan dengan baik dan benar.

"Kau ini bagaimana, pekerjaan mudah seperti itu saja kau tidak bisa melaksanakannya," ucap pimpinan geng tersebut.

"Maafkan aku, Bos," ucap pria tersebut.

"Kau itu sebenarnya ingin bergabung dengan kami ini apa alasannya?" tanya pimpinan geng tersebut.

Pria tersebut hanya bisa tertunduk lesu dengan posisi masih berdiri dihadapan pimpinan geng dan dikelilingi oleh para bawahannya. Tiba-tiba saja ada seseorang dari kawanan tersebut maju untuk mencoba membantu si pria tadi agar permasalahan tersebut tidak semakin rumit.

"Maaf, Bos. Bukan bermaksud untuk lancang ... anak ini baru masuk dan ikut bergabung dengan kita, serta belum begitu mengenal dengan dunia kita, berikanlah ia kesempatan satu kali lagi," ucap salah satu bawahannya yang mencoba membela pria tersebut.

"Oh iya, bukannya kau yang membawanya untuk ikut bergabung bersama geng kita?" tanya pimpinan geng tersebut.

"Benar sekali. Oleh karena itu, berikanlah satu kesempatan kali lagi ... dan kali ini aku yang akan langsung bertanggung jawab," jawab anggota yang membela tersebut.

Jack Silver, begitulah namanya. Ia dibawa masuk ke dalam salah satu geng yang ada di zona kuning dan berlokasi dikota mereka karena merasa kesal bahwa ia gagal untuk masuk angkatan bersenjata karena beberapa alasan tertentu. Oleh karena itu, setiap hari Jack yang merupakan anak angkat dari Lousiana tersebut hanya menghabiskan hari-harinya dengan keluyuran sampai bertemu dengan salah satu bawahan pimpinan geng tersebut.

"Baiklah kalau begitu, karena kau yang meminta, akan aku berikan satu kesempatan lagi, dan ini tidak boleh gagal sama sekali," ucap Pimpinan geng tersebut.

"Terima kasih, Bos," ucap pria yang membela Jack singkat.

"Terima kasih," ucap Jack.

"Beberapa hari lagi kita akan punya pekerjaan penting dan sangat menguntungkan, untuk sekarang pergi dan bermain-main saja dulu sana," ucap pimpinan tersebut.

"Baik, Bos. Ayo kita pergi, Jack," ucap bawahannya tersebut sambil mengajak Jack untuk pergi dari tempat tersebut.

Beberapa menit setelah mereka keluar dari ruangan tersebut, tangan kanan bos pimpinan geng berjalan mendekat dan ingin mempertanyakan mengapa tetap membiarkan Jack dan tidak diberi hukuman seperti yang lain sehingga dapat memberikan efek jera pada anggota lainnya untuk tidak berbuat kesalahan yang sama dalam menjalankan tugas yang diberikan.

"Kau lihat saja, ia pasti akan ada gunanya juga nanti," ucap pimpinan geng tersebut sambil tersenyum lebar.

Tangan kanan pimpinan geng itu masih belum mengerti dengan apa yang akan direncanakan bosnya dengan si Jack yang baru bergabung dengan mereka, dan tentunya gagal dalam menjalankan misi pertama yang diberikan oleh bosnya. Ia pun tidak berniat untuk bertanya lebih jauh lagi.

"Ayo kita persiapkan apa-apa saja yang kita butuhkan untuk melaksanakan rencana kita beberapa hari lagi," ucap pimpinan geng tersebut.

"Barang-barang yang kita pesan juga telah sampai, apa Bos mau melihatnya terlebih dahulu," ucap salah satu bawahannya.

"Bagus kalau begitu," ucap pimpinan mereka singkat sembari mengeluarkan senyum seakan-akan aksi mereka beberapa hari lagi tersebut akan membuahkan hasil yang gemilang.

******

******

Yuri sudah terbangun dari tidurnya, membersihkan diri dan sarapan diruangannya. Meskipun tanpa campur tangan Lune seperti biasa yang selalu membuat keributan di ruangan Yuri. Namun, dikarenakan tidak ingin merepotkan dan membuat ibu angkatnya merasa khawatir kembali, maka Yuri hanya bisa berdiam diri di dalam ruangannya. Yuri pun bangun dari tempat tidurnya dan mencoba menikmati keadaan yang berada diluar tempat penampungannya dari balik jendela.

"Sungguh hari yang indah untuk dilewatkan," ucap Yuri.

"Huuuhhhhh," desah Yuri.

"Tidak baik, pagi-pagi kerjanya hanya mengeluh Yuri, apa kau ingin berjalan-jalan sebentar denganku, Yuri?" ucap sesosok wanita tiba-tiba yang sudah berada di depan pintu ruangannya.

Mendengar suara yang tidak asing dan dapat membuka akses pintu ruangannya dengan mudah, Yuri pun tidak terlalu terkejut. Yuri hanya bisa tersenyum lalu membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara.

"Kau ini kebiasaan sekali Lune, padahal aku sengaja mengunci pintu tersebut agar tidak ada yang keluar masuk ke ruanganku meski hanya ingin menanyakan keadaanku," ucap Yuri sembari memberi kritikan akan tindakan yang dilakukan oleh Lune.

Ternyata sosok wanita tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Lune yang mampu meretas kunci elektronik ruangan Yuri yang sengaja dibuat seperti itu agar tidak ada yang mencoba mencuri dari ruangannya seperti kejadian tempo dulu.

"Apa kau mau menerima tawaranku atau tidak?" tanya Lune yang masih bersandar dipintu ruangan Yuri dengan tersenyum.

"Huuhhh, kau ini ... apa ibu memperbolehkan aku keluar?" tanya Yuri.

"Nanti akan kita bicarakan hal tersebut," ucap Lune sambil melambaikan tangannya dengan posisi tubuh membelakangi Yuri dan kemudian pergi.

"Kau ini, selalu seperti itu," ucap Yuri tersenyum.

Setelah menutup pintu ruangan yang mana otomatis langsung terkunci tersebut, kelihatannya Lune sudah bersiap menunggu Yuri didepan ruangannya. Ternyata, Lune sudah mendapatkan persetujuan dari ibu, lagipula Yuri juga butuh mencari udara segar.

"Mau aku bantu?" tanya Lune saat melihat Yuri sedikit mengalami kesulitan dalam bergerak dikarenakan kondisi yang belum fit 100%.

"Apa-apaan kau ini? Aku ada alat penunjang sendiri, tidak perlu," ucap Yuri.

"Ya, ya ... ayo kita berangkat, ke tempat biasa saja agar tidak terlalu jauh dan ramai dengan warga disana, lagipula ada pos MOP yang berada tidak jauh dari tempat tersebut, sehingga kita tidak perlu terlalu khawatir," ucap Lune.

"Oke, oke," jawab Yuri singkat.

Mereka berdua pun segera pergi meninggalkan tempat penampungan dan menuju ke tempat yang sudah diberitahukan Lune, dan Yuri pun mengenal baik tempat tersebut. Sebab, sebelum tempat penampungan benar-benar berjalan seperti saat ini, mereka biasa membantu ibu angkatnya menolong warga yang membutuhkan disana.

"Apa hubunganmu dengan Charlotte benar-benar serius, Yuri?" tanya Lune membuka pembicaraan dan membuat Yuri berhenti sejenak.

"Apa maksudmu? Hubungan kami biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, meskipun---" ucap Yuri yang tiba-tiba berhenti untuk tidak melanjutkan bicaranya sambil tertunduk.

"Meskipun?" tanya Lune penasaran dengan perkataan Yuri.

"Hhuhhhh," desah Yuri yang tidak bisa menghindar lagi dan mencari alasan lain, karena ia tahu Lune tidak suka basa-basi.

"Meskipun?" tanya Lune untuk kedua kalinya sambil mendekati Yuri.

"Ahhhh ... apa-apaan kau ini," ucap yuri terkejut bercampur malu karena wajah Lune begitu dekat dengan wajahnya.

Lune pun ikut terkejut dan terdiam untuk beberapa saat dan melanjutkan pertanyaannya meskipun dengan nada yang lembut untuk menutup rasa canggung yang ia buat sendiri. Namun, belum dijawab dengan Yuri dan ini membuat Lune emosi.

"Apanya yang meskipun? Apa kau anggap aku ini berbicara dengan bayanganku sendiri," ucap Lune dengan menaikkan intonasi suaranya tapi bukan bermaksud untuk teriak.

"Ya ... ya, sabar ... sabar," ucap Yuri sembari berusaha membenarkan alat penunjang kakinya tersebut.

"Meskipun dia pernah menyatakan cintanya kepada diriku beberapa tahun yang lalu, aku sengaja tidak membicaraaakkkk ... kkkaaaannnn---" ucap Yuri yang tiba-tiba langsung merasa terkejut dan takut melihat ekspresi Lune tiba-tiba.

"Lalu?" tanya Lune sembari memasang muka seakan-akan ingin mencengkram leher Yuri.

"Tuunnggguu ... tunggguuu dulu," ucap Yuri mencoba menahan emosi Lune.

"HHhmmmmmpppphhhh," ketus Lune sambil memalingkan wajahnya.

"Huuhhhh ... wanita ini, sebenarnya dia ingin mengajak aku jalan-jalan dan mencari udara segar atau mau mengajak ribut?" gumam Yuri.

"Yaa ... ya, maaf ... lalu aku menolaknya karena belum terpikirkan untuk menjalani hubungan yang seperti itu saat ini," ucap Yuri yang bersiap melangkah pergi meninggalkan Lune yang tersenyum mendengar hal tersebut.

"Tunggu aku," ucap Lune sembari berusaha menyusul langkah kaki Yuri.

Mengulang sekilas informasi bahwa diketahui Lune menjadi anak angkat ke dua setelah Yuri diangkat dengan Lousiana. Lune ditemukan sedang tersesat dan tidak dapat berbuat banyak setelah musuh memasuki perbatasan dan pesawat-pesawat tempur mereka masuk ke ibu kota, dan dalam serangan tersebut orang tua Lune meninggal dunia karena melindungi Lune agar tidak terkena dampak dari serangan udara tersebut.

"Tapi, apa kau tidak menyesal dengan apa yang kau ucapkan tersebut kepada Charlotte?" tanya Lune yang berusaha memancing Yuri.

"Yang terpenting saat ini adalah aku sudah memberitahumu tadi, jadi tidak perlu aku ulangi terus menerus," ucap Yuri mempertegas perkataannya.

"Tapi ... apa yang kulihat berbeda dari apa yang kau jelaskan sebelumnya, apabila dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh Charlotte," ucap Lune.

"Ya ... ya ... terserah kau saja," ucap Yuri singkat.

"Kau kan laki-laki, apa kau tidak tertarik dengan Charlotte, atau jangan-jangan ... kau ... ini----" Ucap Lune tidak melanjutkan perkataannya sembari mencoba menahan tawanya dengan menunjuk ke arah Yuri.

"Apa-appaannn kauuu ... aku bukan laki-laki yang begitu," ucap Yuri malu sembari menutup wajahnya mendengar ucapan Lune.

"Hahahahahaha, siapa yang tahu," ucap Lune yang dimulai dari tertawa akibat mendengar penjelasan Yuri meski Lune tidak ingin mendengar hal tersebut.

"Wanita ini membuatku kesal saja hari ini," gumam Yuri.

"Apa kau masih ingat, dulu kita bertiga sering berjalan dengan ibu untuk pergi ke sana dengan membawa kebutuhan yang mau diberikan kepada warga yang membutuhkan," ucap Lune.

"Ya, aku masih ingat, karena selalu aku yang menjadi sasaran untuk selalu mendorong gerobak berat, sementara kau hanya menempelkan tanganmu saja, seolah-olah ikut membantu mendorong," ucap Yuri kesal mengingat kejadian tersebut.

"Hahahahahaha, kau masih ingat saja tentang diriku yang buruk-buruk," ucap Lune sambil tertawa kecil.

"Apanya yang lucu, sampai ditempat tersebut seharusnya aku dipersilahkan untuk istirahat dulu, malah langsung ikut membantu mengeluarkan barang-barang," ucap Yuri sambil tertunduk lesu dan diikuti dengan tawa Lune kembali.

"Sudah ... sudah, perihal tersebut sudah lama sekali, buktinya aku tidak pernah mempersulitmu lagi sekarang," ucap Lune mencari alasan.

"Kau ini," ucap Yuri singkat.

"Akhirnya kita sampai juga, ayo kita duduk dulu disana," ucap Lune sambil menunjuk ke arah bangku taman yang kosong.

Mereka telah tiba di tempat yang dimaksud. Tempat tersebut adalah sebuah lapangan terbuka yang pada waktu mereka masih kecil digunakan untuk mendirikan tenda-tenda darurat oleh pihak militer, meskipun para warga juga cenderung sering berkumpul ditempat tersebut karena merasa lebih aman. Dan, kebetulan ibu angkat mereka berinisiatif untuk membantu para warga yang membutuhkan dan menjadi salah satu motivator para warga supaya mampu bertahan dalam keadaan yang mencekam tersebut.

Pemerintah kota sengaja memanfaatkan lahan yang tidak digunakan dan masih bisa untuk direnovasi, serta memiliki nilai untuk dijadikan tempat bersantai para warga kotanya. Di taman bermain tersebut, juga dilengkapi dengan CCTV yang langsung terhubung dengan kantor MOP meski jumlahnya terbatas. Meskipun demikian, benar apa yang dikatakan Lune, bahwa masih ada beberapa pasukan MOP yang bertugas di pos mereka dekat taman bermain tersebut untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

"Meskipun begitu, aku sangat berterima kasih denganmu, dengan adanya dirimu aku tidak merasa kesepian di tempat penampungan tersebut," ucap Yuri memandang lapangan tersebut yang telah direnovasi menjadi taman bermain.

"Huh," ucap Lune pelan karena terkejut mendengar ucapan Yuri yang tidak biasanya.

"Namun, hal itu tidak membuat kesulitan yang telah kau perbuat kepada aku selama ini dengan mudahnya akan aku lupakan," ucap Yuri protes sambil melihat ke arah Lune.

"Hmmm ... baiklah," balas Lune singkat dengan tersenyum sambil memandang ke arah Yuri.

Yuri pun hanya bisa diam dan tersipu karena terkejut melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Lune yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Wanita ini ... benar-benar---" gumam Yuri tanpa menyelesaikan kalimatnya.

"Ayo," ucap Lune masih dengan senyuman diwajahnya sembari berusaha menggandeng tangan Yuri.