Chereads / Internal Zone / Chapter 12 - The Circle Part 2

Chapter 12 - The Circle Part 2

"Baiklah, apakah kalian sudah selesai, berikan laporan yang kalian dapat kepada mereka, dan bereskan peralatan-peralatannya, seperti biasa, kita harus pergi sebelum terjadi keributan yang tidak diinginkan seperti tempo hari ini," ucap Kapten Philip memberikan perintah kepada seluruh anggotanya.

"Bagus ... kalau kau sudah paham akan hal tersebut," ucap ketua divisi tersebut tersenyum.

******

******

"Berita menghebohkan lainnya, setelah aksi kejar-kejaran antara petugas MOP dan perampok bersenjata yang berakhir dengan ledakan yang terjadi pada bangunan Mart'n Friends, pagi ini kota kita kembali berduka dengan kehilangan salah satu pendukung kekuatan militer kita, yaitu direktur Sun Gyo Kwan. Ia adalah salah satu CEO yang memimpin usaha industri yang bergerak dalam bidang militer mulai dari peralatan dan perlengkapan pihak militer. Dan, tentu saja ini sangat mengejutkan kembali, apalagi tahun lalu kita semua juga kehilangan sosok penting yang bergerak dibidang yang sama"

"Hei ... Ibu Lousiana, lihat ada berita menghebohkan lagi," ucap rekan kerja Lousiana.

"Hari ini kasusnya tentang pembunuhan orang penting, apa kota ini sudah tidak layak untuk dihuni lagi," ucap rekan kerjanya lagi.

"Apakah ini suatu kebetulan atau sebuah rencana untuk melengserkan pemerintahan yang ada dan menciptakan perang kembali lagi oleh organisasi yang menamakan diri mereka Dead Flag sebagai aksi menuntut pemerintah agar tidak tunduk dengan negara-negara lain. Sementara, saat ini sedang berlangsung investigasi yang sudah ditangani langsung oleh pihak internal militer yang dikirim dari pusat, namun belum ada perkembangan lebih lanjut."

"Wah ... berita akhir-akhir ini sungguh membuat situasi semakin tidak aman, apalagi dalam dua hari berturut-turut kondisi kota ini semakin tidak aman," ucap rekan kerja Lousiana yang merupakan salah satu pengurus tempat penampungan tersebut.

"Kau ini bisa saja, kita sudah memiliki MOP yang selalu bekerja keras dalam mengamankan kota kita ini, lagipula pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk menciptakan kedamaian dalam negara," ucap Lousiana kepada rekan kerjanya tersebut.

"Lihat, Bram masuk berita," ucap salah satu pengurus tersebut.

"Apa, Bram!?" ucap Lousiana.

"Tapi, kali ini ia hanya ikut Kapten Philip untuk melakukan investigasi awal saja kok, tidak ada aksi seperti kemarin, jadi kau tenang saja," ucap salah satu pengurus tersebut.

"Kapten Philip dan rombongan telah keluar dari gedung, mari kita wawancarai mereka untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut," ucap pembawa berita tersebut sembari menghampiri rombongan Kapten Philip.

"Bagaimana keadaan di dalam? Apa yang terjadi? Bisakah kau memberikan sedikit informasi yang bisa disampaikan kepada para pemirsa yang menyaksikan berita ini?" tanya pembawa berita tersebut.

Kapten Philip pun menjelaskan bahwa pada saat ini keadaan sudah ditangani langsung oleh divisi yang diturunkan langsung oleh pihak internal militer dari pusat, sehingga mereka tidak bisa menyampaikan informasi lebih jauh lagi sebab saat ini kendali sudah berpindah kepada divisi tersebut. Namun, sebelum melangkah pergi, Kapten Philip membenarkan informasi yang disampaikan oleh pembawa berita tersebut dan meminta para warga untuk selalu waspada dimana saja mereka berada, dan tidak mudah terpancing isu-isu yang tidak jelas asal-usulnya.

"Baiklah para pemirsa, itu sedikit informasi yang berhasil kami dapatkan, kembali ke studio," ucap pembawa berita tersebut.

"Syukurlah, rupanya kasus tersebut sudah diambil alih jadi Bram tidak melakukan hal-hal berbahaya untuk sementara waktu," gumam Lousiana yang kemudian meninggalkan rekan kerjanya yang masih melihat berita ditempat penampungan tersebut.

Tidak berapa lama kemudian, AD Lune bergetar sebab Bram menghubunginya. Lune tahu apa yang Bram inginkan darinya, sebab Lune berada ditempat yang sama dengan ibu angkatnya ketika mendengar berita tersebut.

"Hmm ... cukup lama juga kau akhirnya mau menghubungi diriku," gumam Lune sembari melihat alat komunikasinya.

"Maaf Bibi ... aku pergi ke ruanganku dulu, ada yang harus aku kerjakan tapi sebagian berkas ada diruanganku, tolong beritahu ibu," ucap Lune.

"Baiklah, kau ini sangat rajin sekali, bisa saja nanti kau menggantikan posisi ibumu mengurus tempat penampungan ini, hahahahaha," ucap rekan kerja ibu angkatnya tersebut sambil bercanda.

"Ya ... ya, terserah apa katamu, yang penting ibu dan Yuri tidak pergi lagi meninggalkanku seperti dulu, aku sudah merasa senang," gumam Lune sambil tersenyum membalas perkataan rekan kerja ibu angkatnya dan melangkah pergi dari tempat tersebut.

******

******

"Apa semua peralatan dan perlengkapan kita sudah dibereskan semuanya?" tanya Kapten Philip memastikan satu kali lagi sambil menunggu lift untuk turun ke lantai pertama gedung tersebut.

"Sudah semua Kapten, lalu data-data yang lain dari hasil otopsi, hasil wawancara, dokumentasi barang bukti, dan dokumentasi korban telah kami berikan semuanya kepada mereka," ucap ketua tim forensik.

"Kapten ini selalu saja memilih lari dari keadaan yang dapat merepotkannya," ucap salah satu detektif dan diikuti tawa oleh para anggota MOP lainnya.

"Tapi, kali ini kita berhasil mendapat beberapa petunjuk, Kapten," ucap Bram.

"Ya, itu saja sudah cukup bagi kita, sangat jarang sekali bukan kita bisa mendapat informasi dan aksi pertama dalam sebuah kasus seperti ini, hahahaha," ucap Kapten Philip tertawa puas.

Sementara, anggota divisi dari pihak internal militer pemerintah pusat hanya bisa melihat rombongan Kapten Philip dengan rasa heran, dan kemudian melanjutkan kembali penyelidikan mereka yang pada dasarnya hanya lanjutan dari proses investigasi yang telah Kapten Philip dan rombongannya lakukan.

******

******

"Apa yang kau mau lakukan untuk kali ini?" ucap Lune ketus kepada Bram melalui alat komunikasinya setelah berada diruangan dan mengunci pintu agar tidak mendapat gangguan, mengingat Charlotte belum pulang kembali ke tempat penampungan.

"Kau ini, sabar sedikit---" ucap Bram yang terputus karena saluran komunikasinya dimatikan langsung oleh Lune.

Tiba-tiba alat komunikasi Lune kembali berkedip karena Lune selalu menonaktifkan suara alat komunikasinya, dan benar saja ternyata Bram menghubunginya kembali.

"Maaaffff ... maaffff, aku langsung ke poin pentingnya saja, aku minta tolong kau retas CCTV dengan radius 200 meter di sekitar gedung tersebut dan tolong kau lakukan pemindaian terhadap beberapa dokumentasi yang akan aku kirim langsung ke perangkatmu setibanya di kantor," ucap Bram cepat sebelum mood Lune berubah dan menon-aktifkan kembali saluran komunikasinya.

"Itu saja, tidak ada yang lain," ucap Lune memastikan.

"Seperti biasa, kalau ini membuahkan hasil, akan aku tambahkan bonus selain dari kesepakatan awal kita," ucap Bram dengan tegas untuk mendapatkan kepercayaan Lune.

"Hhmmmm ... menarik," gumam Lune.

"Apakah itu cukup?" tanya Bram untuk memastikan kembali.

"Aku lihat dulu hasilnya baru nanti aku putuskan apa yang harus kau lakukan untukku, paham Bram," ucap Lune.

"Baik---" ucap Bram terputus kembali sebab Lune langsung memutus saluran komunikasi mereka.

"Ini sepertinya akan menarik, tunggu saja kau Bram, kali ini kau tidak akan bisa lari lagi, hehehehehe," gumam Lune sembari tersenyum kecil seakan-akan tanduk setannya telah muncul di kepala dan merencanakan sesuatu yang jahat untuk Bram.

******

******

Tuesday, 05 December 2253, 14:58:09 ( Markas MOP )

******

"Baiklah, turunkan dan bereskan semua peralatan kalian, setelah itu silahkan beristirahat," ucap Kapten Philip memberi perintah kepada seluruh anggotanya setelah mereka tiba dimarkas MOP.

"Kalau begitu aku permisi dulu ya, Kapten?" tanya Bram.

"Itu tidak berlaku bagimu, aku beri kau waktu 30 menit untuk beristirahat di ruang kerjamu, setelah itu temui aku diruangan, kita bahas yang belum kita selesaikan di lokasi kejadian tersebut, paham?" ucap Kapten Philip dengan serius.

"Baiklah," ucap Bram tertunduk lesu.

******

Akhirnya, waktu yang didapatkan Bram tersebut digunakannya untuk menghubungi Lune seperti yang telah diceritakan sebelumnya, dan tidak lupa untuk mengirimkan beberapa foto yang diambilnya dari lokasi kejadian untuk dianalisa oleh Lune. Dan, tidak terasa 30 menit waktu untuk beristirahat telah usai dan saatnya untuk menemui Kapten Philip di ruang kerjanya.

******

Setelah selesai mengirimkan beberapa file ke Lune, Bram pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya dikarenakan waktu 30 menit untuk beristirahat yang diberikan oleh Kapten Philip telah habis.

"Knock, Knock ...." Pintu ruang Kapten Philip diketuk dari luar.

"Masuk," ucap Kapten Philip.

"Apa kita lanjutkan saja besok kapten, ini sudah setengah hari berlalu, aku ingin pulang dan beristirahat," ucap Bram sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tiba-tiba Kapten Philip menyodorkan asbak dan dua kotak rokok agar Bram bisa berhenti mengeluh dan memulai menganalisa hasil penyelidikan atas kejadian pembunuhan tersebut. Kelihatannya Kapten Philip sangat paham bagaimana supaya Bram tidak selalu kabur dan mengelak dari pekerjaannya.

"Baiklah kapten, ayo kita mulai," ucap Bram sambil mengacungkan jempolnya dan tersenyum bahagia.

"Kau ini, mudah sekali membujukmu supaya tetap bisa bekerja, huhhhh," gumam Kapten Philip.

Bram pun tidak membuang-buang waktu untuk menerima pemberian Kapten Philip tersebut, langsung disulutnya api ke sebuah batang rokok yang telah dikeluarkannya dari kotak rokok dan menghembuskan kepulan asapnya di ruangan Kapten Philip sembari mendekatkan asbak rokok tersebut.

"Baiklah, kita lanjutkan pembicaraan terakhir kita sebelum divisi internal militer tersebut datang, kira-kira pelaku kasus pembunuhan tersebut siapa?" ucap Kapten Philip bertanya kepada Bram.

"Kalau aku pikir-pikir, semua saksi kunci tersebut mengatakan hal yang sesungguhnya," ucap Bram sambil menikmati rokoknya.

"Kenapa kau berpikiran begitu?" tanya Kapten Philip heran.

"Berdasarkan apa yang telah kapten sampaikan kepadaku saat berada di gedung tersebut, menurutku masuk akal dan cukup beralasan bagi mereka melakukan apa yang telah mereka jelaskan kepada Kapten," ucap Bram.

"Tidak perlu basa-basi, langsung masuk poin pentingnya saja," ucap Kapten Philip mulai sedikit agak tidak sabar.

Bram pun kemudian menjelaskan, bahwa selama Kapten Philip memimpin proses interogasi ke dua kalinya, Bram melakukan penyelidikan sendiri. Namun, ia belum bisa memastikan hasil tersebut 100% sebelum mendapatkan hasil dari beberapa file yang ia kirimkan kepada Lune.

"Tapi, aku belum bisa memastikan juga apakah dugaanku tersebut benar atau tidak,�� ucap Bram.

"Apakah saudara angkatmu itu memang orang yang dapat diandalkan untuk masalah seperti ini, terlebih dia dan kita memiliki ruang kerja yang sangat berbeda sekali," ucap Kapten Philip memastikan keputusan Bram untuk meminta bantuan Lune.

"Tenang saja Kapten, dia memang lebih menyeramkan dari apapun yang pernah aku temukan selama hidupku, tapi dia adalah satu-satunya orang yang mampu merubah keadaan berbalik 180 derajat apabila dalam keadaan yang serius," ucap Bram tersenyum.

"Ohhh ... memangnya seberapa menakutkan dirinya dibanding perang yang terjadi?" ucap Kapten Philip bertanya heran.

"Aku hanya bisa bilang, perang tidak akan ada artinya apabila ia sudah berada dalam mode emosi 100%," ucap Bram sembari menatap Kapten Philip dengan tatapan yang tajam.

Kapten Philip pun hanya bisa terdiam dan tidak mengatakan apa-apa lagi mendengar penjelasan Bram dengan tatapan seperti itu, karena ia tahu apakah Bram berbohong atau sengaja untuk membohonginya, atau tidak berbohong.

"Kau tidak tahu saja Kapten, betapa menakutkan dirinya. Selama hidupku sampai saat ini ... cukup satu kali itu saja aku melihat kiamat telah tiba tepat didepan mataku," gumam Bram mengingat kejadian tempo dulu yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

Keadaan diruang kerja Kapten Philip pun terasa sunyi untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ada ketukan dari luar pintu ruang kerjanya sehingga Kapten Philip maupun Bram sama-sama terkejut dengan ketukan pintu tersebut.

"Knock, Knock ...." Pintu ruang Kapten Philip diketuk dari luar.

"Ma-maa-masuk," ucap Kapten Philip sembari saling menatap mata dengan Bram yang menjatuhkan rokoknya dilantai karena terkejut dan setengah berdiri dari tempat duduknya.

"Lapor, Kapten!" ucap salah satu anggotanya.

"Fiiuuuuhhhhhh," desah Kapten Philip dan Bram lega.

"Ada apa Kapten, Ka-Ka-Kapten ... apa, a-apa salahku?" tanya anggota yang masuk ke ruangan tersebut terbata-bata saat melihat tangan Kapten Philip memegang senjatanya.

"Oh, maaf, aku hanya ingin menyimpan senjataku saja biar lebih merasa nyaman duduknya," ucap Kapten Philip sembari meletakkan senjatanya ke dalam laci meja kerja.

"Syukurlah, aku hanya ingin mengantar hasil otopsi dari kejadian perampokan kemarin dari tim forensik, dan ada apa denganmu Bram, apa kau merasa sedang tidak enak badan (sakit), banyak sekali keringat yang keluar dari wajahmu, seperti orang menggigil saja," ucap anggota MOP tersebut heran melihat Bram.

"Huh ... a-aku tidak apa-apa, ha-hanya sedikit merasa masuk angin saja," ucap Bram terbata-bata sembari mengambil batang rokoknya yang terjatuh.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu Kapten, dan kau juga Bram," ucap anggota MOP tersebut lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Kapten Philip.

Ketika pintu ruang kerja Kapten Philip ditutup, mereka berdua pun seperti orang yang salah tingkah satu dengan yang lainnya. Bram pun hanya bisa mematikan rokoknya dan bersandar dikursinya sembari menghapus keringatnya.

"Lain kali, jangan membawa suasana yang tidak nyaman dalam ruanganku lagi, ini saja sudah membuatku cukup pusing," ucap Kapten Philip duduk sembari menutup wajah dengan telapak tangan kanannya.

"Aku setuju Kapten, mengingatnya saja membuatku trauma, apalagi harus mengalami hal itu terjadi untuk kedua kalinya," ucap Bram pelan.

"Apa kita dapat melanjutkan kembali pembicaraan kita tadi," ucap Kapten Philip yang sudah kembali seperti biasa.

"Baiklah," ucap Bram sembari menyalakan rokoknya yang baru.

******

******

"Hatchiiii ... hachhiiii," tiba-tiba saja Lune bersin.

"Jangan-jangan si idiot MOP itu sedang membicarakan kejelekan aku, tunggu saja kau," gumam Lune sembari mengambil tisu.

Lune masih melakukan analisa terhadap beberapa file yang dikirimkan oleh Bram, serta melakukan beberapa peretasan terhadap kamera pengawas atau CCTV yang berada dalam radius 200 meter dari lokasi kejadian.

"Kejadian dalam dua hari ini memang tidak dapat diduga, apa ada hubungannya satu sama lain? Tapi, masih ada beberapa hal yang belum bisa aku jadikan sebagai bukti untuk menjelaskan asumsiku sendiri," gumam Lune yang masih menatap perangkat kerjanya.

"Ah sudahlah, nanti saja, mudah-mudahan dari hasil analisa ini aku dapat menemukan beberapa benang merah dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam dua hari ini," gumam Lune kembali.

******

******

Tuesday, 05 December 2253, 18:32:44 ( ruang kerja Kapten Philip )

******

"Kapten, ini sudah jam berapa, apalagi aku sangat lapar sekali, apa tidak bisa kita lanjutkan besok lagi," ucap Bram yang sudah lelah memeriksa beberapa berkas.

"Kau ini, bukannya kau bilang akan memberikan deduksimu?" tanya Kapten Philip.

"Kapan aku berbicara seperti itu Kapten, aku hanya bilang apa yang dikatakan saksi kunci memang benar adanya, hanya itu," ucap Bram membela diri.

"Lalu, apa yang kau katakan tentang kejanggalan jam kematian korban tadi itu bisa dikaitkan dengan pernyataan para saksi?" ucap Kapten Philip berusaha bertanya kembali.

"Aduuuhhhhh ... lapar sekali, hari ini aku belum makan siang dan sudah hampir masuk makan malam," ucap Bram.

Cukup lama mereka berdua berdiskusi terkait kejadian yang terjadi dan mengakibatkan hilangnya sebuah nyawa. Beberapa asumsi dan dugaan yang dapat diambil dari kejadian tersebut menurut Bram saat menyampaikan kepada Kapten Philip adalah adanya kejanggalan dalam waktu kematian (prediksi Bram sendiri), ketidakcocokan robekan kertas – memo – pesan yang ditinggalkan klien dengan pesan kematian korban, dan satu hal penting lainnya adalah riwayat kesehatan korban itu sendiri.

"Ayolah Kapten," ucap Bram berusaha membujuk Kapten Philip.

"Baiklah ... baiklah, kau boleh pulang. Tapi, ingat besok bawakan aku informasi yang lebih berharga da-dan ... jangan lupa hasil analisa saudara angkatmu itu," ucap Kapten Philip masih terbawa suasana.

"Oke," ucap Bram singkat karena ia tidak tahu harus merasa senang atau waspada.

"Tapi, sebelum kau keluar dari ruanganku, bisakah kau memberikan analisa singkat terkait kejadian hari ini," ucap Kapten Philip bertanya sebelum Bram menutup pintu ruang kerjanya.

"Mereka semua belum tentu bersalah, aku pastikan itu dengan nama baikku," ucap Bram lalu menutup pintu ruangan tersebut agar tidak membuang-buang waktu dan Kapten Philip tidak dapat menarik kembali izin yang telah diberikan.

"Sial ... anak ini sengaja mempermainkan aku," gumam Kapten Philip yang tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

******

******

"Hmm ... aku mendapat informasi yang menarik sekali," gumam Lune sembari memandangi hasil analisa yang muncul diperangkatnya.

Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya Lune pun berhasil mendapatkan beberapa informasi terkait rekaman CCTV yang diinginkan oleh Bram, yang tidak lama kemudian disusul dengan analisis beberapa file yang telah selesai dilakukan proses pemindaiannya.

"Kalau deduksimu sama sepertiku, berarti mereka berempat (saksi kunci) hanya dijadikan kambing hitam saja, sungguh menarik sekali. Kau berhutang sangat besar kepadaku untuk kali ini, Bram," ucap Lune.