Chereads / Ketua Kelas / Chapter 16 - LIMA BELAS

Chapter 16 - LIMA BELAS

"Sebenernya gue-" ucapan Fitra terpotong oleh Dalvin dan Firda yang berjalan memasuki kelas.

"Mohon perhatian sebentar, gue mau ngasih tau bahwa sekolah kita bakalan ngadain camping selama 3 hari" ujar Dalvin didepan murid-murid.

Semua murid bersorak kegirangan, mereka sangat senang dengan acara camping, apalagi ketika malam api unggun.

"Kapan?" tanya Alka.

"Lusa ka, jadi persiapkan dari sekarang ya, gue bakal tulis perlengkapan yang harus dibawa" ujar Firda, kemudian menuliskannya dipapan tulis.

Nabila menatap kedua insan yang sedang bicara dihadapannya. Sungguh tersirat kebahagiaan diwajah mereka.

Nabila menghela nafas pelan, dia harus kuat untuk menghadapi masalah perasaanya pada Dalvin.

"Nab lo ikut kan?" tanya Firda yang sudah duduk disamping Nabila.

"Ikut kok Fir, camping itu seru banget apalagi waktu api unggunnya, sayang kalau gak ikut" jawab Nabila.

Firda mengangguk setuju dengan jawaban Nabila dan tersenyum.

"Heyy lagi ngomongin apa sih?" tanya Dalvin yang tiba-tiba datang sambil mengacak pelan rambut Firda.

"Ck Dalvin berantakan tau" ujar Firda sambil mengembungkan pipinya.

Dalvin terkekeh dan mencubit pelan kedua pipi Firda.

"Gemes banget sih pacar gue ini" ujar Dalvin.

"Iyalah, selain gemes cantik juga kan?" ujar Firda menggoda.

"Pacar aku emang selalu cantik" gombal Dalvin hingga membuat Firda blushing.

Nabila hanya tersenyum kecut melihat kemesraan dua insan yang ada dihadapannya.

Wajahnya panas, dia ingin menangis saat ini juga, namun dia tak mau terlihat lemah dihadapan mereka.

"Terus aja mesra-mesraan, gue gak dianggap disini" ujar Nabila pura-pura marah.

Dalvin dan Firda menoleh kearah Nabila dan nyengir tanpa dosa.

"Hehee sorry Nab" ujar Firda tak enak.

"Makanya cari pacar Nab biar gak jomblo" ledek Dalvin.

Nabila hanya mendengus kesal kearah Dalvin.

"Kalau boleh tau lo lagi suka sama siapa Nab ? Siapa tau gue bisa bantu lo buat nyari informasi tentang dia" tanya Firda.

Gue suka sama cowok lo Fir, dia yang berhasil bikin gue baper dan susah buat move on. Batin Nabila miris.

Nabila menggeleng.

"Gue lagi gak mau pacaran dulu Fir" ujar Nabila berbohong.

Firda dan Dalvin hanya mengangguk.

Hari ini Nabila akan berangkat camping bersama teman satu sekolahnya. Nabila sudah menyiapkan keperluan yang akan dibawa untuk acara camping.

"Nabilaa" panggil Mita.

"Iya bu" sahut Nabila.

"Cepetan dong, Fitra udah nunggu dari tadi tuhh, nanti telat lo" ujar Mita.

"Iya bu, ini udah siap kok" ujar Nabila.

Nabila berjalan menuruni anak tangga rumahnya. Dia melihat Fitra yang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Sorry ya Fit lama" ujar Nabila.

Fitra mendongak dengan wajah tak santainya.

"Lo itu lagi siap-siap apa semedi sih, lama banget" kesal Fitra.

"Ishh lo kan tau sendiri cewek dandannya lama" ujar Nabila.

"Gue cewek nggak tuhh" ujar Fitra.

"Ya iyalah ngga lama, lo kan cewek jadi-jadian" gumam Nabila pelan namun masih bisa didengar oleh Fitra.

Fitra membulatkan matanya tak terima dengan ucapan Nabila.

"Enak aja, gue tuh cewek asli tau bukan jadi-jadian" sungut Fitra.

"Iyasih iya maap, jangan galak-galak dong, nanti gak dapet jodoh baru tau rasa lo" ujar Nabila.

"Ishh" Fitra kesal kemudian berjalan mendahului Nabila sambil menghentakkan kakinya.

Sampai sudah mereka ditempat camping. Kelompokpun sudah dibagi rata oleh pembinanya.

Nabila satu kelompok dengan Nia, Firda, Atik dan Winda. Sekarang mereka sedang mendirikan tenda, namun tidak ada satupun diantara mereka yang bisa mendirikan tenda.

"Gimana nih yang lain udah selesai, tapi kita belum sama sekali" ujar Atik.

"Kita minta bantuan ke anak cowok aja" usul Winda.

"Yaudah bentar gue telfon Dalvin dulu yaa" ujar Firda kemudian segera menelfon Dalvin.

Tak butuh waktu lama Dalvin sudah datang bersama Ribut.

"Berdiriin tenda aja gak bisa" ujar Ribut.

"Kita kan cewek" ujar Nia.

"Emang kalau cewek gak harus bisa berdiriin tenda ?" kesal Ribut.

"Ya ngga sih" ujar Nia.

Dalvin dan Ribut masih serius mendirikan tenda. Hingga akhirnya selesai juga.

"Selesai" ujar Dalvin.

Firda segera menghampiri Dalvin sambil membawa air mineral dan mengusap keringat Dalvin dengan sapu tangannya.

Nabila hanya tersenyum getir melihat kemesraan Dalvin dan Firda.

Plis Nab lo jangan nangis disini. Lirih Nabila.

Atik yang melihat Nabila terus menunduk dan diam terus merasa heran. Segera dia menghampiri Nabila dan menepuk pelan pundaknya.

"Nab lo sakit?" ujar Atik.

Nabila mendongak melihat siapa yang menepuk bahunya kemudian tersenyum.

"Ngga kok Tik, gue cuma capek sedikit aja" ujar Nabila berbohong.

Atik mengangguk.

"Kalau sakit lo bilang ya, sekarang lo istirahat aja dulu" ujar Atik yang dibalas dengan anggukan oleh Nabila.

Setelahnya Atik meninggalkan Nabila untuk menghampiri Winda dan Nia yang sedang beristirahat didalam tenda.

Nabila terus memandangi dua insan yang masih becanda bahagia. Dalvin menyuapi Firda, Firda yang mengelap keringat Dalvin dan sesekali Dalvin mengecup pucuk kepala Firda dengan sangat lembut.

Gue capek, capek berjuang sendirian tapi gak pernah dihargain sama sekali. Batin Nabila.

Air matanya kini sudah tak dapat dibendung lagi, Nabila berlari meninggalkan tempat dimana Firda dan Dalvin becanda.

Nabila terus berlari memasuki hutan dengan air mata yang terus mengalir diwajahnya. Nabila menghentikan larinya dan menatap sekelilingnya.

"Gue dimana?" gumam Nabila panik.

Nabila merasa ketakutan saat ini, dia baru sadar sekarang dia tersesat didalam hutan.

Nabila kembali menangis namun bukan tangisan untuk Dalvin, melainkan tangisan ketakutan.

"Tolooonggg" teriak Nabila.

Dia berharap ada orang yang mendengar teriakannya dan membawanya kembali ke tenda.

Nabila berjalan tanpa arah sampai-sampai kakinya tersandung akar pohon besar dihutan itu.

"Awhss" Nabila mengusap kakinya yang berdarah.

"Gue takutt, Fitra tolongin gue, gue takut" lirih Nabila.

Nabila membelalakkan matanya karena melihat seekor ular yang ada dihadapannya. Nabila berusaha bangkit dan berlari entah kemana.

"Tolonggg" teriak Nabila sambil berlari, sesekali dia menoleh kebelakang ternyata ular itu masih mengejarnya.

Nabila berlari sekuat tenaganya, dia tak peduli sekarang ada dimana, dia hanya takut ular itu akan terus mengejarnya.

"Aarrghhh" teriak Nabila.

Badannya tergelincir disebuah jurang yang cukup dalam, kepalanya terbentur batu hingga mengeluarkan darah segar dari kepalanya.

"Tooloongg" ujar Nabila dengan sisa suaranya.

Pandangannya kabur, Nabila melihat samar-samar ular yang berbeda ada dihadapannya, Nabila sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi dia hanya bisa pasrah dan pandangannya kini berubah menjadi gelap. Nabila sudah tak sadarkan diri.