Nabila baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya yang harus dikumpulkan besok pagi. Mita memasuki kamar putrinya itu dan mengusap lembut kepalanya sambil tersenyum.
"Ibu" ujar Nabila tersenyum.
"Ibu mau ngomong sesuatu sama kamu nak" ujar Mita lembut.
Mita membawa Nabila duduk ditepi ranjang kamarnya. Sang ibu menatap anaknya dengan tatapan lembut menenangkan.
"Ibu mau ngomong apa?" tanya Nabila penasaran.
"Kamu kenal sama Genta dimana nak?" tanya balik sang ibu.
Nabila mengerutkan keningnnya, sudah dua minggu lebih Nabila kenal dengan Genta bahkan Genta sering main ke rumah Nabila, tapi Mita baru menanyakan hal ini sekarang.
"Aku kenal sama Genta waktu aku kesesat dihutan dan nolongin aku" jawab Nabila.
"Kamu tau nama asli Genta?" tanya Mita lagi.
Nabila mengangguk.
"Arwa Genta Priatama" ujar Nabila.
Mita tersenyum.
"Kamu tau nama Priatama itu siapa?" tanya mita lagi.
"Nama ayah bu, Anwar Priatama" ujar Nabila.
Mita tersenyum, air matanya menetes.
"Ibu kenapa? Nabila gak ngerti, ada hubungan apa ayah sama Genta bu?" tanya Nabila.
"Mungkin ini saatnya kamu tau nak, sebenarnya Genta itu kaka tiri kamu, ketika ibu menikah dengan ayahmu, ternyata ayahmu sudah punya wanita lain dan sudah memiliki anak" ujar sang Ibu.
"Awalnya ibu gak percaya, tapi setelah ayah kamu menjelaskannya ibu percaya, sekarang ayah sedang sakit nak" ujar sang ibu.
Nabila menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Kenapa ibu baru bilang ke Nabila sekarang" ujar Nabila menangis.
"Ibu gak mau kamu benci sama ayah kamu sendiri nak" jelas Mita.
"Ayah jahat, ayah tega bohongin ibu, Nabila benci sama ayaahhh" teriak Nabila.
"Sayang ibu mohon jangan benci sama ayah kamu, bagaimanapun dia tetap ayah kamu nak, temui ayah nak, ayah ingin minta maaf sama kamu" ujar Mita.
Nabila menggeleng kuat, nafasnya menggebu, dia sangat membenci ayahnya karena telah membohongi wanita sebaik ibunya.
"Sampai kapanun Nabila gak akan mau buat nemuin dia lagi, bahkan Nabila gak sudi manggil dia ayah lagi" ujar Nabila emosi.
"Sayang ibu mohon nak, ibu gak pernah ngajarin kamu buat benci sama seseorang apalagi dia itu ayah kandung kamu sendiri" ujar Mita terisak.
"Nabila capek bu, Nabila mau istirahat dulu" ujar Nabila kemudian merebahkan tubuhnya diranjang dan menutupnya dengan selimut.
Mita mengusap lembut kepala Nabila yang tertutup selimut.
"Ibu tau kamu kecewa, tapi ibu mohon kamu jangan benci sama ayah kamu" ujar Mita lembut.
Setelahnya Mita keluar dari kamar Nabila, Nabila sebenarnya belum tertidur dia mendengar apa yang baru saja ibunya katakan.
"Maafin Nabila bu, Nabila belum bisa maafin ayah, Nabila kecewa sama ayah karna ayah tega khianatin ibu bahkan sampai ninggalin aku sama ibu. Dan sekarang ibu minta aku nemuin ayah, aku belum siap untuk itu bu" gumam Nabila lirih.
Ditempat lain Genta duduk dibangku tunggu rumah sakit. Hatinya sangat gelisah. Tak lama dokterpun keluar dari ruangannya.
"Gimana keadaan ayah saya dok" ujar Genta dengan cemas.
"Kondisi pak Anwar semakin memburuk, tapi kalau boleh tau apakah anda kenal dengan seseorang bernama Nabila, karena pak Anwar terus menerus menyebut nama itu" ujar dokter.
"Dia adik saya dok" ujar Genta.
"Apa anda bisa membawanya kesini untuk bertemu dengan pak Anwar?" tanya sang dokter.
Genta terdiam sejenak.
Gimana caranya gue ngomong ke Nabila, gue takut dia ngejauh dari gue. Batin Genta.
"Akan saya usahakan dok" ujar Genta.
Dokter mengangguk mengerti.
"Baiklah, kalau begitu saya keruangan dulu" ujar Dokter yang pergi meninggalkan Genta.
"Gimanapun respon Nabila, gue harus kasih tau semuanya demi bokap gue". Gumam Genta pelan.
Genta berjalan mendekati ayahnya yang terbaring lemah di brankar rumah sakit.
"Gen-ta" suara Anwar tercekat.
"Iya yah" jawab Genta.
"Ap-a ka-kamu su-dah me-ne-mui adik-mu?" tanya Anwar dengan suara terbata.
Genta mengangguk pelan.
"Genta udah ketemu sama Nabila, Genta juga dekat sama Nabila, ayah tenang aja Genta akan berusaha bujuk Nabila supaya mau bertemu dengan ayah" ujar Genta yakin.
Anwar tersenyum.
"Ja-ga ad-ikmu nak" ujar Anwar.
"Genta akan selalu jagain Nabila yah, Genta gak akan biarin siapapun buat nyakitin Nabila" ujar Genta.
Anwar kembali tersenyum.
"Ayah istirahat ya, Genta mau keluar sebentar" ujar Genta yang dibalas anggukan oleh Anwar.
Genta mengetikkan pesan kepada Nabila, Genta berniat untuk menceritakan semuanya kepada Nabila.
Genta : Nab bisa ketemu? Ada yang mau gue omongin ke lo.
Nabila : bisa, dimana ?
Genta : di kafe biasa.
Nabila : gue kesana sekarang.
Genta memasukkan ponselnya kedalam saku celananya setelahnya pergi menuju kafe untuk bertemu dengan Nabila.
Disinilah mereka berdua, didalam kafe yang lumayan ramai, keduanya saling canggung.
Genta berdehem untuk memecahkan kecanggungan.
"Ada yang mau gue omongin ke lo" ujar Genta serius.
"Tentang lo kakak tiri gue dan gue adik tiri lo?" tebak Nabila yang berhasil membuat Genta terkejut.
"Dari mana lo tau?" tanya Genta.
Nabila menghela nafas berat.
"Nyokap gue udah cerita semuanya" jawab Nabila.
Genta mengangguk-anggukan kepalanya.
"Karena lo udah tau, gue minta tolong sama lo buat nemuin bokap" ujar Genta.
"Gue gak mau" ujar Nabila cepat.
"Kenapa? Lo pernah bilang sama gue kalau lo kangen sama ayah lo, dan sekarang lo bilang gak mau nemuin ayah lo yang terbaring lemah di brankar rumah sakit" ujar Genta dengan nada sedikit meninggi.
Nabila berdecih.
"Awalnya emang gue kangen sama dia, tapi setelah gue tau kalau dia udah khianatin nyokap gue, gue kecewa sama dia dan rasa sayang gue sekarang udah berubah jadi benci" ujar Nabila tajam.
"Nab, gue tau lo gak terima nyokap lo dikhianatin. Tapi disini, gue yang harusnya lebih kecewa karena ayah udah ngebiarin nyokap gue sengsara, dia ninggalin nyokap gue disaat nyokap gue koma" ujar Genta.
"Lo tau? Meskipun bokap udah ninggalin nyokap gue tapi gue tetep sayang sama bokap, karna bagaimanapun dia tetep bokap gue" ujar Genta lagi.
"Setiap manusia gak selamanya baik Nab, pasti ada sisi jahatnya meskipun tidak terlalu terlihat, gue emang kecewa sama bokap tapi gue berusaha buat gak benci sama dia, karena dia yang udah ngerawat gue sampai gue besar" jelas Genta.
Nabila terdiam, dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ucapan Genta memang ada benarnya, bagaimanapun juga ayah tetaplah ayah.
"Temuin ayah Nab, selama ayah sakit dia selalu sebut nama lo" ujar Genta melembut.
Nabila memejamkan matanya rapat hingga membuat bulir bening jatuh mulus dipipinya.
"Gue belum siap Gen" ujar Nabila pelan namun masih bisa terdengar oleh Genta.
"Lo gak harus maafin dia sekarang Nab, tapi gue mohon temuin dia Nab, dia bener-bener kangen sama lo" mohon Genta.
"Oke, gue bakal temuin ayah" ujar Nabila.
Genta tersenyum senang.
"Makasih Nab, besok gue jemput lo buat ketemu sama ayah" ujar Genta.
Nabila mengangguk kemudian tersenyum manis sambil mengusap bekas air mata diwajahnya.