"Gue harus mati" ujar Fitra yang akan melompat.
Namun sebelum dia melompat sepasang tangan memeluknya dari belakang untuk mencegahnya bunuh diri namun karena tidak seimbang mereka berdua jatuh kebelakang.
Fitra memejamkan matanya rapat-rapat, dia sudah terjatuh tapi tak merasakan apa-apa.
Apa gue udah di surga? Kok jatuhnya gak sakit ya malahan empuk, jangan-jangan ini kasur dari surga. Batinnya heran.
"Ck merem aja terus sampe bang toyib ikut potong kurban" ujar seorang cowok.
Fitra membuka matanya dan matanya membulat sempurna melihar seseorang yang ada di depannya.
"Da-Dalvin" ujar Fitra.
"Bangun elah, lo pikir lo langsing apa, berat nih" ujar Dalvin ketus.
Fitra segera berdiri, dia mencebikkan bibirnya tidak terima dengan ucapan Dalvin.
"Gue langsing tau" ujar Fitra.
"Iya langsing kaya anak gajah" ujar Dalvin yang kini sudah berdiri dihadapan Fitra.
Fitra melotot.
"Anak gajah itu gendut tau, ishh gue langsing Dalvin" ujar Fitra sambil memukuli lengan Dalvin membuat Dalvin meringis.
"Iya bedug lo langsing kok" ujar Dalvin.
Fitra nyengir lebar menampilkan sederetan giginya. Dia menatap sungai yang mengalir dibawah jembatan, tatapannya begitu sendu.
"Kenapa lo halangin gue buat mati Vin, lo gak mau kehilangan gue ya" ujar Fitra.
"Ck gausah geer dulu lo, gue nolongin lo tadi karna gue liat lo mau bunuh diri, kalau gue gak liat lo mah bodo amat" ujar Dalvin.
"Ish lo mah" kesal Fitra.
"Bedug bunuh diri itu dosa loh, ya gue gak mau ketularan dosa gara-gara diem aja liat lo bunuh diri" ujar Dalvin.
"Yaudah sana lo pergi biar gak liat gue, gue mau bunuh diri lagi nih" ujar Fitra.
Dalvin hanya manggut-manggut, kemudian melenggang pergi meninggalkan Fitra yang cengo menatap Dalvin.
"Dalvin beneran mau gue mati?" teriak Fitra.
"Mati aja sono gue gak peduli, kalau lo mati sekolah bakal tentram damai dan tenang" ujar Dalvin enteng.
Fitra melihat kebawah jembatan, aliran air sungai sangat deras.
"Ngeri juga ya kalau gue lompat kebawah, iya aja kalau cuma lecet, kalau tulang gue remuk gimana" gumam Fitra masih terus memandangi air sungai itu.
Fitra melihat kearah jalan, Dalvin sudah cukup jauh meninggalkannya, Fitra melihat-lihat sekitar, sepi dan sunyi membuat Fitra jadi merinding sendiri.
Fitra segera mengambil ancang-ancang kemudian berlari menyusul Dalvin.
"Dalvin" ujar Fitra yang ngos-ngosan.
Dalvin berhenti memandangi Fitra yang sedang mengatur nafasnya. Dalvin mengerutkan keningnya tak lama dia membelalakkan matanya dan mundur dua langkah membuat Fitra bingung.
"Lo kenapa?" tanya Fitra mendekati Dalvin namun Dalvin malah semakin mundur.
"Lo kalau mau gentayangan jangan ke gue, gue anak baik-baik kok" ujar Dalvin.
Fitra bingung dengan ucapan Dalvin.
"Maksud lo apa?" tanya Fitra.
"Aduhh ampun bedug, jangan gentayangin gue tadi gue cuma becanda suer dehh" ujar Dalvin.
Fitra semakin bingung.
"Lo pikir gue udah mati apa gentayangin lo" ujar Fitra.
Dalvin menatap Fitra datar.
"Lo belum mati?" tanya Dalvin polos.
"Ya belumlah, kalaupun gue setan gak mungkin kaki gue napak bego" kesal Fitra.
Dalvin nyengir tanpa dosa.
"Dasar penakut lo" ledek Fitra.
"Gue gak takut cuma rada sieun dikit aja sihh" ujar Dalvin.
"Sama aja kutil" ujar Fitra.
Kemudian dia berjalan mendahului Dalvin, Dalvin hanya geleng-geleng melihat tingkah Fitra.
"Fit mau es krim gak?" tawar Dalvin.
Mata Fitra langsung berbinar mendengar kata es krim.
"Lo yang bayarin kan?" tanya Fitra.
Dalvin menggeleng.
"Terus kenapa lo nawarin gue es krim?" bingung Fitra.
"Ya siapa tau lo mau beli es krim terus gue minta beliin sekalian pake duit lo" jawab Dalvin.
"Ck dimana-mana tuh ya si cowok yang harusnya bayarin cewek" ujar Fitra.
"Kan dunia sudah terbalik Fit" jawab Dalvin enteng.
Fitra hanya mendengus kesal. Mereka berjalan beriringan melewati jembatan yang panjang, hingga sampailah mereka disebuah taman yang sangat indah dengan danau yang juga indah.
Mata Fitra terpejam menikmati udara yang ada disekitar taman itu.
"Bagus banget tempatnya gue suka" ujar Fitra.
"Gue selalu kesini disaat gue lagi ada masalah" ujar Dalvin.
Fitra membuka matanya kemudian menatap Dalvin dengan sangat lekat. Dalvin terlihat sedang banyak masalah saat ini.
"Lo lagi ada masalah?" tanya Fitra.
"Hidup gue emang selalu bermasalah Fit" jawab Dalvin.
Fitra diam menunggu kelanjutan ucapan Dalvin.
"Gue baru sadar sama perasaan gue sekarang kalau gue tuh cinta sama Nabila, rasa gue ke Firda hanya sebatas rasa suka semata" ujar Dalvin.
"Tapi disaat gue sadar, Nabila malah benci sama gue, gue yang udah bikin adiknya meninggal tapi gue bener-bener gak sengaja" ujar Dalvin lagi.
"Waktu itu gue lagi buru-buru jadi gue ngebut, dan gue gak sengaja nabrak cewek pake seragam SMP, awalnya gue mau turun langsung buat tanggung jawab tapi pas gue liat ternyata itu adik Nabila gue gak jadi turun, dan gue langsung pergi" ujar Dalvin menerawang.
"Kenapa lo gak jadi tanggung jawab padahal lo tau kalau itu adik Nabila" tanya Fitra.
Dalvin membuang nafas berat.
"Posisi Nabila waktu itu sahabat gue Fit, gue gak mau Nabila benci sama gue" jawab Dalvin.
Fitra tersenyum sinis.
"Dan pada akhirnya jujur engga jujur Nabila tetep benci sama lo kan? Sama Vin dia juga benci sama gue" ujar Fitra.
Dalvin menoleh kearah Fitra.
"Apa itu alasan lo bunuh diri?" tanya Dalvin yang dibalas anggukan oleh Fitra.
"Kenapa Nabila bisa benci sama lo?" tanya Dalvin.
Fitra tersenyum miris.
"Gue udah bohongin dia dengan nutupin identitas gue sebagai adiknya Darren" ujar Fitra.
"Lo adiknya Darren?" tanya Dalvin tak percaya.
Fitra menganggukkan kepalanya.
"Lo pasti bakal ikutan benci sama gue kan? Gue emang pantes dibenci, gue udah jahat sama semua orang" ujar Fitra menangis.
Dalvin yang melihat Fitra menangis itu tak tega dan langsung menarik Fitra dalam pelukannya sambil mengusap pelan rambut Fitra.
"Gue gak akan pernah benci sama lo, posisi kita itu sama, sama-sama dibenci sama orang yang kita sayang, dan lo harus inget yang jahat itu Darren kakak lo bukan lo" ujar Dalvin.
Fitra masih menangis dalam pelukan Dalvin, membuat baju Dalvin basah oleh air matanya.
Setelah merasa tenang Fitra melepaskan pelukannya pada Dalvin.
"Lo putus sama Firda?" tanya Fitra tiba-tiba sambil menghapus bekas air matanya.
Dalvin mengangguk sebagai jawaban.
"Gue sayang sama kak Gen" ujar Fitra tiba-tiba.
"Gue tau" ujar Dalvin.
Fitra menoleh kearah Dalvin.
"Kok bisa tau padahalkan gue belum ngasih tau, lo dukun ya atau cenanyang" ujar Fitra.
Dalvin mendengus.
"Gue tau dari tatapan lo ke Genta itu beda" ujar Dalvin.
Fitra hanya manggut-manggut sambil ber oh ria.
"Gue udah tenang sekarang Vin" ujar Fitra.
"Yaudah sana pergi" usir Dalvin.
Fitra mengerucutkan bibirnya.
"Lo nyebelin banget sih" ujar Fitra.
"Nyebelin apa ngangenin" goda Dalvin sambil menaik turunkan alisnya.
"Mana ada cowok begajulan kaya lo itu ngangenin, yang ada tuh ya pengen karungin terus lempar lo ke antartika" ujar Fitra.
"Masa sih, bukannya lo itu pengen karungin gue terus dibawa pulang ya, buat lo pandangin setiap mau tidur" goda Dalvin lagi.
"Mandangin lo pas mau tidur? Bukannya mimpi indah malah mimpi dikejar setan nanti" ujar Fitra.
"Mana ada, kalau mandangin gue sebelum tidur itu pasti bakal mimpi indah" ujar Dalvin.
Fitra mendengus kesal kearah Dalvin.
Kalau aja bunuh orang gak dosa, udah gue bunuh lo Vin. Batin Fitra kesal.
"Sianida berapaan sih Vin?" tanya Fitra.
"Hah, lo mau ngeracunin siapa pake tanya harga sianida?" tanya balik Dalvin.
"Mau ngeracunin lo Vin, biar hidup gue itu anteng" jawab Fitra enteng.
"Eh kalau lo bunuh gue, nanti gue bakal gentayangin lo" ujar Dalvin menakut-nakuti.
"Mau lo jadi arwah gentayangan, setan, tuyul atau bahkan jadi bosnya dedemitpun gue gak bakal takut" ujar Fitra.
"Itu mulut apa cabe sih pedes amat" celetuk Dalvin.
"Jadi cewek tuh ya harusnya baik-baik jangan kaya gitu, pantesan aja Genta gak mau, dia itu jajap liat lo" ujar Dalvin.
"Gue gak mau jadi orang baik, orang baik itu selalu dijahatin, jadi gue mau jahat aja" ujar Fitra.
"Kalau orang lain jahat ke lo, lo jangan bales mereka sama kejahatan juga, Karma masih ada Fit" ujar Dalvin.
"Tumben lo bijak kutil, makan apaan lo ?" tanya Fitra.
Dalvin berdecak kesal.
"Gue tuh titisan Mario Teguh tau, makanya gue bijak" ujar Dalvin.
"Eh Mario Teguh juga pasti mikir-mikir dulu mau jadiin lo sebagai titisannya, secara lo kan pecicilan otak bijak lo juga masih cetek" ujar Fitra.
"Sumpah ya omongan lo pedes banget" ujar Dalvin mendramatir.
"Ck alay lo" ujar Fitra.
Setelahnya tak ada percakapan lagi diantara mereka. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua.