"Maafin gue telat sadar Nab, sebenernya gue sayang dan cinta sama lo, plis kasih gue izin buat jadi sebagian dari hati lo" ujar Dalvin.
Nabila diam menatap serius kearah Dalvin.
"Maaf untuk saat ini gue belum bisa izinin lo buat ngisi hati gue" ujar Nabila kemudian pergi meninggalkan Dalvin.
Selesai acara pemakaman, Nabila dan Genta sudah sepakat bahwa Fitra akan tinggal dirumah Nabila. Awalnya Fitra menolak tapi Nabila terus menerus memaksa Fitra hingga mau.
Nabila melihat Fitra melamun dibalkon kamarnya. Nabila berjalan mendekati Fitra untuk memberi semangat.
"Fit lo harus ikhlas" ujar Nabila sambil menepuk pelan pundak Fitra.
"Gue gak nyangka Kak Darren pergi secepat ini" lirih Fitra.
Nabila mengusap pelan pundak Fitra memberikan ketenangan.
Ditempat lain, Dalvin sedang memetik gitarnya dengan asal. Pikirannya kacau sekarang, dia memikirkan ucapan Nabila ketika di rooftop rumah sakit kemarin.
"Gue gak akan nyerah buat ngejar lo Nab" gumam Dalvin.
Keesokan harinya, Dalvin baru saja tiba di parkiran sekolahnya, matanya menangkap sosok Nabila yang sedang bejalan sendirian di koridor sekolah.
Dalvin berlari menghampiri Nabila dan sekarang dia sudah berdiri tepat disamping Nabila.
"Pagi cewek cantik" sapa Dalvin yang dibalas gumaman oleh Nabila.
"Pulang sekolah ada acara gak?" tanya Dalvin.
"Kenapa?" tanya balik Nabila.
"Nonton yuk" ajak Dalvin.
"Bosen"
"Kalau ke taman gimana?"
"Bosen juga"
"Ke kedai eskrim aja deh" ujar Dalvin.
Nabila menoleh dengan mata berbinar.
"Ayo deh, tapi lo yang bayarin yah" ujar Nabila.
"Oke, apasih yang gak buat cewek cantik kaya lo" goda Dalvin.
Nabila hanya diam tak menggubris godaan Dalvin, saat ini Nabila benar-benar tak mau jatuh ke lubang yang sama lagi. Dalvin selalu seperti ini, menggodanya tapi nanti berpacarannya dengan orang lain.
Ternyata gini ya Nab rasanya berjuang sendiri. Batin Dalvin.
Nabila berjalan mendahului Dalvin menuju kelasnya. Dalvin terus memandang punggung Nabila yang sudah menghilang dibalik pintu.
Gue bakal berusaha buat nebus kesalahan gue ke lo Nab, gue juga bakal berusaha supaya lo mau jadi milik gue. Batin Dalvin.
Dalvin memasuki kelasnya dan duduk dibangku Ido.
"Muka lo jelek amat" ujar Ido.
"Kaya lo nya ganteng aja" sewot Dalvin.
"Dihh sensi amat lo, lagi PMS ya" celetuk Ido.
Dalvin hanya mendengus kesal. Dalvin menoleh ke bangku Nabila, terlihat Nabila yang sedang serius mencatat entah mencatat apa.
Lagi serius aja cantik apalagi kalau senyum. Batin Dalvin tersenyum.
"Kesambet apaan lo senyum-senyum sendiri" ujar Ido bingung.
"Kesambet aura bidadarinya Nabila" ujar Dalvin.
"Jijik gue dengernya" ujar Ido.
"Jomblo diem aja deh" ujar Dalvin membuat Ido mendengus.
Sepulang sekolah Dalvin menunggu Nabila di parkiran. Dalvin mengetukkan jari-jarinya dihelm full facenya sambil bersenandung kecil.
Tak lama Nabila datang menghampiri Dalvin yang membuat senyum Dalvin mengembang seketika.
"Maaf udah buat nunggu lama" ujar Nabila tak enak.
"Makanya kasih kepastian dong, biar gue gak nunggu lama. Gak takut kadaluarsa apa" celetuk Dalvin.
"Apaan sih gak jelas lo" ujar Nabila.
Kemudian Nabila menaiki motor ninja Dalvin dengan bantuan tangan Dalvin. Dalvin membuka tasnya untuk mengambil hoodie dan memberikannya pada Nabila.
"Apa ini?" tanya Nabila.
"Hoodie" jawab Dalvin.
"Iya gue tau, tapi buat apa ?"
"Buat nutupin paha lo" ujar Dalvin.
Nabila segera mengambil hoodie milik Dalvin untuk menutupi pahanya setelahnya Dalvin melajukan motornya.
Sampai sudah mereka di sebuah kedai eskrim. Mereka duduk dan langsung memesan eskrimnya.
Nabila sangat antusias memakan eskrimnya, Dalvin merasa gemas melihat Nabila yang tidak jaim dihadapannya.
Dalvin melihat bekas eskrim disudut bibirnya, dengan cepat Dalvin mengusap sudut bibir Nabila dengan jari telunjuknya.
Seketika Nabila terpaku dengan perlakuan Dalvin.
Duh bisa-bisa pertahanan gue runtuh seketika. Batin Nabila.
"Makannya pelan-pelan ya" ujar Dalvin lembut.
Tahan Nab tahan, lo harus jual mahal sama Dalvin. Batin Nabila lagi.
Nabila kembali memakan eskrimnya dengan pelan-pelan, sedangkan Dalvin terus memperhatikan Nabila hingga membuat Nabila risih.
"Ngapain sih liatin terus" ujar Nabila.
"Wajah cantik lo ada magnetnya, jadi narik gue buat terus liatin lo" ujar Dalvin.
"Mana ada" ujar Nabila.
"Ada kok, buktinya lo"
Nabila diam, dia tak mau lagi pertahanannya yang sudah lama dia bentuk runtuh seketika.
"Nab" panggil Dalvin lembut.
Nabila mendongak menatap Dalvin.
Dalvin memegang tangan Nabila dan menggenggamnya, menempelkannya pada dada bidang Dalvin.
"Percaya atau gak, disini selalu ada nama lo Nab" ujar Dalvin.
"Tolong kasih gue kesempatan buat nebus kesalahan gue ke lo, dan tolong buka hati lo buat gue" ujar Dalvin lagi.
Nabila terpaku dengan ucapan Dalvin. Kemudian dia berbicara.
"Lo tau? Buka hati buat orang itu gampang Vin, tapi yang gak gampang itu ngasih kesempatan ke orang yang udah pernah nyakitin" ujar Nabila membuat Dalvin diam.
"Disaat gue udah ngasih hati gue ke lo, lo malah gak peduli itu Vin dan ninggalin gue gitu aja, gue berjuang sendiri buat dapetin perhatian lo lagi tapi apa? Lo sama sekali gak ngehargain perjuangan gue" ujar Nabila dengan mata berkaca-kaca.
"Semua orang punya titik lelah Vin, saat ini gue udah lelah buat berjuang sendiri, dan disaat gue mau move on lo dengan enaknya dateng lagi dikehidupan gue. Gue bukan layang-layang yang gampang ditarik ulur sama lo"
"Gue salah" ujar Dalvin.
"Sekarang lo baru sadar lo salah, dan maaf untuk saat ini gue belum bisa ngasih kesempatan buat lo" ujar Nabila kemudian pergi meninggalkan Nabila.
Dalvin membiarkan Nabila pergi meninggalkannya.
"Seberapa banyak lo nolak gue, gue gak akan pernah mundur buat minta kesempatan ke lo" gumam Dalvin.
Tak lama Dalvin pergi meninggalkan tempat itu. Dalvin mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata sehingga banyak umpatan-umpatan dari pengguna jalan lainnya.