Disinilah Dalvin, disebuah aula lapangan basket. Malam ini dia akan bermain basket dengan sekolah lain dan dia sedang menyusun rencana untuk Nabila.
"Gimana Vin lo siap?" tanya Alka pada Dalvin yang diangguki mantap oleh Dalvin.
Sudah banyak penonton yang menantikan pertandingan ini, tak lupa Dalvin mengajak Nabila karna memang ini semua ada kaitannya dengan Nabila.
"Apa rencana lo?" tanya Edgard lawan Dalvin.
Dalvin tersenyum.
"Kalau gue dapetin threepoint gue bakal nembak Nabila" jawab Dalvin.
Edgard memberikan seringaiannya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Lo yakin bisa dapetin threepoint?" ujar Edgard meremehkan.
"Gue yakin bisa, ya meskipun gue gak jago banget dibasket" ujar Dalvin.
Pertandinganpun dimulai, Dalvin dengan susah payah memasukkan bola ke ring basket agar mendapatkan threepoint tapi bola itu selalu saja meleset.
Namun Dalvin tak akan menyerah begitu saja, dia terus berusaha merebut bola ditangan Edgard yang notabenya adalah kapten basket di sekolahnya.
Disisi lain, Nabila menatap Dalvin yang susah payah merebut bola dan berusaha memasukannya kedalam ring tapi hasilnya selalu nihil, bola itu meleset terus.
Gue salut sama perjuangan lo bro. Batin Ido.
"Doy emang ini lomba apaan sih?" tanya Nabila.
"Lomba basket lah" jawab Ido sekenanya.
"Maksud gue, tujuannya apa? Kenapa Dalvin berusaha buat dapetin threepoint padahal dia gak jago main basket" ujar Nabila.
"Dia lagi usaha buat nyatain perasaannya sama seseorang yang dia sayang" ujar Ido.
"Kenapa gak nembak langsung aja sih, kan kalau gini dianya capek sendiri" ujar Nabila.
"Justru itu, dia kaya gini supaya orang itu sadar kalau Dalvin bener-bener berjuang demi nyatain cintanya" ujar Ido.
Nabila terdiam mendengar penuturan Ido.
Semoga lo peka Nab, dan semoga lo bisa nerima Dalvin. Batin Ido berharap.
Segitu spesialnya orang yang diperjuangin Dalvin, tapi siapa dia? Batin Nabila bertanya-tanya.
Waktu hanya tinggal 1 menit lagi, Dalvin belum juga berhasil memasukkan bolanya kedalam ring.
Ido yang menonton panik sendiri, bagaimana jika Dalvin gagal mendapatkan threepoint, itu artinya dia akan berhenti berjuang untuk Nabila.
Dan detik-detik terakhir, riuh tepuk tangan menggema seantero aula ini, Ido menatap tak percaya kepada Dalvin yang berhasil mendapatkan Threepoint dengan mulus diakhir waktunya.
Dalvin berjalan mendekati Nabila dengan tubuh yang penuh keringat, tangannya menggenggam tangan Nabila membawanya ke tengah lapangan basket itu.
"Karna gue udah berhasil dapetin Threepoint, gue bakal ungkapin perasaan gue ke orang yang gue sayang" teriak Dalvin yang membuat penonton memekik histeris terutama kaum wanita.
Dalvin menatap Nabila sambil terus menggenggam tangan Nabila.
"Nab, mungkin ini terlalu lebay bagi lo, tapi asal lo tau, gue ngelakuin ini demi lo, gue berjuang buat dapetin threepoint yang biasanya untung-untungan buat perjuangin cinta gue ke lo" ujar Dalvin serius.
"Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo Nab. Plis kasih gue kesempatan buat bahagiain lo Nab, gue janji gue bakal berusaha buat lo tersenyum karna gue. Izinin gue buat ngisi hati lo, izinin gue buat jadi orang yang selalu disamping lo dan izinin gue buat jadi orang yang pertama hapus air mata lo disaat lo nangis" ujar Dalvin bersungguh-sungguh.
"Lo mau jadi pacar gue Nab?" tanya Dalvin serius.
Teriakan para penonton yang tadinya begitu ramai kini menjadi hening dan mereka terlihat begitu tegang.
Semuanya berharapa Nabila akan menerima Dalvin menjadi kekasihnya. Namun tak lama Nabila menggelengkan kepalanya dan melepaskan genggamannya dari tangan Dalvin.
"Maaf gue gak bisa" ujar Nabila kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Kecewa sekiranya kata itu yang menggambarkan hati Dalvin saat ini, dia sudah bersusah payah berjuang tapi perjuangannya sia-sia.
Dalvin mengambil bola basket dan melemparkannya kearah papan ring dengan sangat kencang hingga menghasilkan suara dentuman yang sangat keras.
Dalvin pergi meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan teriakan-teriakan dari para sahabatnya.
Dalvin melajukan motornya dengan ugal-ugalan, dia berhenti disebuah club malam. Selama hidupnya dia tak pernah mendekati bahkan sampai menginjakkan kakinya di tempat haram ini. Tapi sekarang dia benar-benar butuh ketenangan.
Sudah 3 gelas vodka yang Dalvin habiskan saat ini, dengan setengah sadar Dalvin membayar minumannya dan langsung pergi.
Dalvin melajukan motornya sampai di tempat tujuan dengan selamat meskipun keadaanya setengah sadar.
Dia memasuki kamarnya dan langsung ambruk diatas ranjang.
Pagi harinya Dalvin datang kesekolah dengan keadaan yang berantakan, bahkan disebut seorang pelajarpun tak pantas.
Bukannya memasuki kelasnya dia malah berjalan menuju rooftop sekolahnya. Disana dia menyalakan dan menghisap sepuntung rokok.
"Sejak kapan lo jadi bad boy kaya gini" ujar Ido yang sudah ada dibelakangnya bersama Ribut.
Dalvin tak menoleh, dia terus menghisap rokonya hingga habis dan menyalakannya lagi seperti itu terus menerus.
"Udah rokok keberapa?" tanya Ribut.
"Baru 5" ujar Dalvin enteng.
"Lo mau ngerusak badan lo hah? Lo boleh sakit hati tapi jangan sampai lo ngerusak badan lo sendiri. Sebelumnya lo paling anti sama yang beginian tapi sekarang lo malah ngelakuin terus" emosi Ribut.
"Gue butuh ketenangan" ujar Dalvin enteng.
"Mati aja sono biar lo tenang" ujar Ribut emosi.
"Rokok sama club emang bisa buat lo tenang Vin, tapi itu cuma sementara, selebihnya itu bisa ngerusak organ-organ yang ada didalam badan lo. Lo harus sayang sama diri lo sendiri" ujar Ido.
Dalvin tak menjawab, ketika dia hendak menyalakan sepuntung rokok lagi, tiba-tiba ada sebuah tangan yang langsung merebut bungkus rokok itu dan langsung menginjaknya.
Hal itu membuat Dalvin emosi, ketika hendak melontarkan umpatan yang begitu pedas, mulutnya terkatup begitu saja melihat seseorang yang ada dihadapannya sekarang.
"Jangan rusak badan lo"